jpnn.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan pada kuartal I/2022, mencapai 15,79% (yoy) dengan distribusi sebesar 4,62%.
Kemudian, pada kuartal II/2022 BPS kembali melaporkan bahwa ekonomi Indonesia terus impresif, yakni sebesar 5,44% meski berada di tengah-tengah tekanan inflasi global serta ancaman resesi.
BACA JUGA: Biaya Logistik di Indonesia Tergolong Tinggi, Lalamove Memperkuat Digitalisasi dan Memberi Solusi
Data ini menandakan bahwa tren pemulihan ekonomi di Indonesia terus menguat. Kinerja perekonomiannya dipengaruhi oleh faktor domestik dan juga global.
Sementara itu, dari sisi produksi, industri pengolahan, perdagangan, transportasi dan pergudangan (logistik) membawa kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia ini.
BACA JUGA: Tingkatkan Layanan Logistik Laut dan Udara, APLog-MGLog Teken MoU
BPS juga mencatat aktivitas logistik sepanjang semester pertama di tahun ini juga terus mengalami pertumbuhan, meski belum bisa dikatakan signifikan.
Pertumbuhan ini dipengaruhi banyak faktor, di antaranya adalah upaya penanganan Covid-19 yang terus membaik oleh pemerintah serta berbagai indikator yang lainnya.
BACA JUGA: Industri Logistik Terhambat Regulasi
Namun, masih terdapat banyak hal yang menjadi kendala pada bisnis transportasi dan logistik dalam melakukan operasional armadanya.
Jumlah kendaraan komersial di Indonesia mencapai angka 62 juta, tetapi yang terhubung dengan Fleet Management System (FMS) hanya berkisar 2% saja dari total keseluruhan kendaraan tersebut.
Anggia Meisesari, CEO & Founder TransTRACK.ID mengatakan fitur-fitur yang terdapat pada FMS sifatnya bervariasi antara satu dengan yang lainnya.
Tanpa adanya FMS, manajer armada akan mengalami keterbatasan pengawasan terhadap armada mereka.
Keterbatasan ini lanjutnya menimbulkan berbagai masalah yang muncul di antaranya meningkatnya biaya pemeliharaan dan bahan bakar, pengiriman layanan buruk. Kemungkinan terjadinya pencurian, penyalahgunaan kendaraan dan kecelakaan yang sering terjadi.
Merespons kondisi tersebut, TransTRACK.ID menawarkan solusi telematika armada all-in-one untuk membantu industri logistik mengoptimalkan operasional armada. Platform TransTRACK.ID akan mengumpulkan dan menganalisis data telemetri real-time, seperti geolokasi, tingkat bahan bakar, jarak tempuh, dan peringatan pemeliharaan kendaraan armada.
"Perangkat lunak ini bisa dengan mudah diintegrasikan dengan lebih dari 1.000 perangkat GPS yang ada untuk mendapatkan data kinerja dan perilaku para pengemudi," tutur Anggia dalam keterangannya, Rabu (19/10).
Selain itu, TransTRACK.ID juga menawarkan manfaat tambahan berupa jaminan keselamatan bagi para pengemudi dengan menyediakan perlindungan asuransi.
Anggia menjelaskan pandemi COVID-19 menyebabkan pengurangan signifikan penggunaan armada, yang justru meningkatkan pentingnya pemantauan dan optimalisasi pengendalian setiap perjalanan armada.
“Tak cuma itu, TransTRACK.ID juga sudah mulai masuk ke logistik dan supply chain integrator. Kami sediakan visibility untuk kontrol supply chain, logistik dari hulu ke Hilir,” imbuhnya.
Saat ini, TransTRACK.ID telah ada di 13 kota dan menargetkan hingga di 25 kota pada akhir tahun ini, bahkan hingga ke Malaysia dan Myanmar.
Dia menyebutkan misi utama mereka adalah membuat jalan Indonesia lebih aman dan efisien bagi pelaku bisnis logistik. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad