Tren Elektabilitas Ridwan Kamil Menurun, Beda dengan Erick Thohir

Senin, 27 Maret 2023 – 18:48 WIB
Data Survei Indikator Politik nama Erick Thohir naik signifikan elektabilitasnya. Misalnya di November 2020 lalu hanya 12,9 persen tetapi saat ini menjadi 17,6 persen. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Elektabilitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Kang Emil) masih menempati posisi teratas versi Survei Indikator Politik Indonesia untuk menjadi kandidat calon wakil presiden di Pilpres 2024.

Namun, yang menjadi perhatian adalah, walaupun posisi Ridwan Kamil masih teratas, namun cenderung terus menurun persentase elektabilitasnya. Berbeda dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

BACA JUGA: Erick Thohir Lebih Berpotensi menjadi Cawapres Dibanding Ridwan Kamil dan AHY

Misalnya saja pada saat ini eletabilitas Ridwan Kamil sebesar 22 persen. Padahal pada November 2022 lalu persentasenya sebesar 25,2 persen.

Dekan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya Andy Fefta Wijaya menilai nama Ridwan Kamil terdongkrak ketika putranya meninggal dunia di Swiss beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Guru yang Dipecat Akibat Komentari Ridwan Kamil Dapat Pekerjaan Baru

Tetapi, setelah itu Ridwan Kamil tak begitu menjaga namanya untuk di Pilpres 2024. Sehingga opini nama Ridwan Kamil semakin memudar.

“Isu pemecatan guru kemarin saya perkirakan juga akan memberikan dampak negatif bagi elektabilitas Kang Emil. Publik melihat pemecatan tersebut sebagai bentuk Kang Emil sebagai sosok semi otoriter. Saya melihat implikasi pemecatan guru kemarin tak bagus bagi Kang Emil di kemudian hari,” ujar Andy kepada wartawan Senin (27/4).

BACA JUGA: Guru SMK Pengkritik Ridwan Kamil Tidak Mencaci, Reaksi Kang Emil Berlebihan

Menurut Andy, merujuk data Survei Indikator Politik nama Erick Thohir naik signifikan elektabilitasnya. Misalnya di November 2020 lalu hanya 12,9 persen tapi saat ini menjadi 17,6 persen.

Andi menyebutkan kenaikan elektabilitas Erick karena ia berhasil menjadi ketua pelaksana Hari Lahir Nahdlatul Ulama (Harlah NU) dan ketua PSSI. Kata Andy, kalau untuk kinerja beliau di BUMN, memang ada yang menilai berhasil dan ada yang menilai sebaliknya. Selain itu yang mengerti mengenai kinerja positif Erick di BUMN adalah kalangan menegah atas dan pebisnis. Sedangkan yang disurvei oleh Indikator adalah semua lapisan masyarakat.

"Saya yakin elektabilitas Erick akan terus naik. Pemimpin nasional berhasil muncul karena prestasi menyelesaikan tugas besar. Ketika berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, maka kepemimpinan Erick Thohir teruji dan bisa menjadi pemimpin nasional berikutnya,” kata Andy.

Sementara itu, untuk capres versi Indikator Politik Indonesia sudah ada tiga calon kuat yakni Gubernur Jawa Tengah (Ganjar Pranowo 36,8 persen), Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 27 persen dan eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 26,8 persen.

Daro tiga nama tersebut Anies Baswedan yang paling tergerus elektabilitasnya. Menurut analisis Andy elektabilitas eks Mendikbud tersebut karena banyaknya isu negatif. Misalnya saja isu curi start kampanye. Sehingga banyak serangan bertubi-tubi dari lawan politik Anies.

“Jika dikemas sebagai sosok pribadi dan ingin silaturahmi dengan berbagai komponen masyarakat di berbagai daerah, itu sah saja. Tetapi Anies melakukan safari politik untuk memperkenalkan sebagai cawapres. Tentu ini dijadikan senjata bagi lawan politiknya,” ucap Andy.

Selain itu stigma politik identitas yang masih kental melekat juga memberi dampak negatif kepada Anies. Sehingga Andy menilai sulit melepaskan stigma politik identitas dari Anies.

“Mungkin secara pribadi beliau tidak melakukan politik identitas. Namun secara politik stigma beliau tak bisa dihapus. Meski ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menghapus stigma politik identitas. Di politik sah saja jika lawannya menggunakan isu politik identitas untuk menurunkan elektabilitasnya,”kata Andy.

Selain itu menurut Andy, isu penolakan Timnas Israel yang akan bertanding di Indonesia yang dilakukan Ganjar Pranowo akan juga berdampak terhadap kader PDIP tersebut.

"Mungkin isu penolakan Timnas Israel ini akan dijadikan sarana untuk mendapatkan suara calon pemilih agamis. Saya memperkirakan pernyataan Ganjar tersebut sudah memperhitungkan pro dan kontranya,” pungkas Andy.(mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler