jpnn.com, TRIPOLI - Impian ratusan imigran asal Somalia dan Eritrea untuk menginjakkan kaki di Benua Biru kandas. Truk yang mereka tumpangi oleng dan terbalik Rabu (14/2) sekitar pukul 03.00 di Jalan Soof Jeen, dekat Kota Bani Walid.
Sebanyak 19 orang di dalamnya tewas dan 79 lainnya luka-luka. Perempuan dan anak-anak termasuk dalam daftar korban luka. Korban jiwa bisa bertambah karena luka 8 korban cukup parah.
BACA JUGA: Salut! Anggota DPR AS Pidato 8 Jam demi Membela Imigran
Seluruh korban tewas dan luka awalnya dibawa ke Rumah Sakit Bani Walid. Mereka yang terluka cukup parah dibawa ke Tripoli yang jaraknya sekitar 180 kilometer dari Bani Walid.
”Sopirnya tidak ada di rumah sakit ini. Kami tidak tahu apa yang terjadi padanya. Sangat mungkin dia selamat,” ujar Mohamed Al Mabrouk, manajer Rumah Sakit Bani Walid, seperti dilansir Reuters kemarin (15/2).
BACA JUGA: AS Bakal Jadi Negara Medioker tanpa Imigran
Relawan di lokasi kejadian mengungkapkan bahwa truk nahas itu membawa 250–300 orang. Belum diketahui penyebab terbaliknya kendaraan tersebut. Sangat mungkin itu terjadi karena kapasitas truk yang berlebihan. Mereka yang lolos dari maut dan tak terluka akhirnya melarikan diri.
Para imigran tersebut memang patut ketakutan dan lari. Sebab, mereka masuk secara ilegal. Jika sampai tertangkap, mereka bakal berakhir di dalam penjara. Mereka diselundupkan para pedagang manusia dan rencananya dibawa ke area pantai Libya.
BACA JUGA: Trump Siap Beri Kewarganegaraan untuk Dua Juta Imigran
Biasanya dari situ mereka akan dinaikkan perahu menuju Laut Mediterania dengan harapan bisa ditolong kapal internasional dan dibawa menuju Italia atau negara-negara lain di Benua Biru.
Banyak yang berakhir tewas di tengah laut setelah kapal yang mereka tumpangi terbalik. Sama dengan truk itu, kapal untuk para imigran gelap tersebut dijejali banyak orang hingga mereka hampir-hampir tak bisa bergerak.
Sejak 2014, lebih dari 600 ribu imigran gelap berhasil melewati ganasnya Laut Mediterania dan menginjakkan kaki di Italia. Tahun lalu saja ada total 120 ribu imigran dari negara-negara di Afrika Utara yang tiba di Uni Eropa (UE).
International Organization for Migration (IOM) memperkirakan, 20 ribu orang tewas di tengah laut selama 4 tahun belakangan ini demi menyeberang ke Italia. Tingginya angka kematian itu membuat Laut Mediterania dilabeli sebagai perairan yang paling mematikan di dunia.
Berdasar data Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Libya menjadi titik pemberangkatan lebih dari 90 persen orang yang menyeberangi Laut Mediterania menuju Eropa.
Lembaga tersebut baru-baru ini telah mengevakuasi lebih dari seribu imigran yang ditahan di Libya dan membawa mereka ke negara ketiga yang mau menerima. (sha/c10/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Trump Pilih Pemerintah Tutup ketimbang Membantu Imigran
Redaktur & Reporter : Adil