Trump Ingin AS Berhenti Jadi Polisi Dunia

Jumat, 28 Desember 2018 – 09:00 WIB
Donald Trump mengunjungi pasukan Amerika Serikat di Irak. Foto: AFP

jpnn.com, IRAQ - Donald Trump tersenyum lebar saat berswafoto dengan beberapa prajurit Amerika Serikat (AS) di Pangkalan Udara Al Asad, Iraq. Rabu (26/12) presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 itu mengajak istrinya, Melania, melakukan kunjungan Natal ke Negeri Seribu Satu Malam tersebut.

Kunjungan itu terbilang mendadak dan tak direncanakan sebelumnya. Dia bertemu dengan perwakilan sekitar 100 prajurit. "Beberapa tentara kini bisa kembali pulang ke keluarganya," ujar Trump seperti dikutip Reuters.

BACA JUGA: Makin Mesra dengan Trump, Saudi Klaim Tetap Peduli Palestina

Dia merujuk pada rencana penarikan sekitar 2 ribu tentara di Syria dan separo dari 14 ribu tentara yang berada di Afghanistan.

Itu adalah kunjungan pertamanya ke zona konflik. Trump berkali-kali menerima kritik karena selama dua tahun kepemimpinannya, dirinya tidak pernah mengunjungi pasukan yang ditempatkan di area berbahaya.

BACA JUGA: Kebijakan Trump Kembali Tewaskan Bocah Imigran

Padahal, kunjungan kepala negara biasanya menjadi ritual tahunan untuk menyuntikkan semangat. Dia juga membatalkan kunjungan ke pemakaman pasukan AS di Prancis yang menjadi korban Perang Dunia II hanya gara-gara hujan.

Pemilik Trump Tower itu sepertinya ingin mengubah haluan berita tentang dirinya agar lebih positif. Sebab, beberapa hari belakangan ini kebijakan-kebijakan kontroversialnya mendulang pemberitaan negatif.

BACA JUGA: Trump Sudah Tak Sabar Tendang Mattis dari Kabinet

Mulai permintaan pembiayaan tembok pembatas dengan Meksiko yang mengakibatkan shutdown, penarikan pasukan dari Syria dan Afghanistan, hingga mundurnya mantan Menteri Pertahanan James Mattis.

Trump menyatakan, alasannya berkunjung adalah untuk berterima kasih secara personal kepada pasukannya yang telah berhasil mengalahkan kelompok militan ISIS. Menurut dia, dua tahun lalu ketika kali pertama menjabat, kekuasaan ISIS masih besar.

Tapi, kini tidak lagi. Trump juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan menarik pasukan di Iraq yang kini tersisa 5.200 orang. "Alih-alih kita bisa menggunakan tempat ini sebagai pangkalan jika kita ingin melakukan sesuatu di Syria," tegas Trump seperti dilansir NDTV.

Pangkalan Udara Al Asad memang terletak di dekat perbatasan Syria. Di Iraq, pasukan AS mendapat izin dari pemerintah setempat. Sedangkan di Syria tidak.

Pasukan koalisi AS, selain memerangi ISIS, juga melatih pemberontak yang melawan Presiden Syria Bashar Al Assad. Kebijakan tak menarik pasukan di Iraq itu bertentangan dengan pernyataan Trump belakangan ini. Yaitu, perang melawan ISIS telah usai.

Kepada para prajurit yang ditemuinya, Trump memaparkan alasannya menarik pasukan dari Syria. Dia menegaskan bahwa memang tidak ada rencana untuk menempatkan pasukan secara permanen di Damaskus. Tujuan utama misi di Syria adalah menghancurkan ISIS dan itu sudah tercapai. "AS tidak bisa terus menjadi polisi dunia," ujarnya.

Trump juga memberikan janji manis kepada pasukan Iraq berupa kenaikan gaji 10 persen. Menurut dia, gaji pasukan militer tidak naik lebih dari 10 tahun. Padahal, setiap tahun ada kenaikan. Pada 2019, kenaikannya hanya 2,6 persen, bukan 10 persen.

Rombongan Trump hanya tiga jam berada di Iraq. Mereka berhenti 1,5 jam di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman untuk menyapa pasukan AS di negara tersebut sebelum bertolak ke Washington.

Seharusnya, Trump bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Iraq Adel Abdul Mahdi. Namun, pertemuan itu dibatalkan karena tidak ada kesepakatan lokasi dan bagaimana pertemuan itu akan berlangsung. Trump dan Mahdi akhirnya hanya berbicara via telepon. Trump minta bertemu di Pangkalan Udara Al Asad, tapi Mahdi menolak. (sha/c6/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditinggal Anak Buah Lagi, Trump: Saya Tidak Kenal Dia


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler