Trump Pilih Duit Saudi ketimbang Jamal Khashoggi

Kamis, 22 November 2018 – 15:23 WIB
Presiden AS Donald Trump dan Pangeran Mohammed bin Salman memamerkan senjata-senjata yang dibeli Arab Saudi kepada wartawan. Foto: AP

jpnn.com, WASHINGTON - Sesuai janjinya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berbicara soal kasus pembunuhan Jamal Khashoggi Selasa (20/11) waktu setempat. Taipan 72 tahun itu mengaku pernyataan terbarunya tersebut sudah final. Yakni, Washington tidak perlu menjatuhkan sanksi apa pun terhadap Riyadh.

Dalam surat resmi yang diawali dan diakhiri slogan America First itu, Trump mengaku tidak mau mengorbankan kerja sama dagang AS dan Saudi. Sebab, nilainya berkisar USD 450 miliar atau setara dengan Rp 6,5 kuadriliun.

BACA JUGA: Ivanka Trump Pelanggar Terbesar di Gedung Putih

Dia juga tidak mau kehilangan kerja sama pertahanan alias transaksi senjata yang sangat menguntungkan AS. Maklum, angkanya mencapai USD 110 miliar (sekitar Rp 1,6 kuadriliun).

"Mungkin iya, mungkin tidak," kata Trump saat didesak untuk menjawab pertanyaan soal keterlibatan Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) dalam kasus pembunuhan Khashoggi.

BACA JUGA: Mengejutkan, Pemberontak Houti Ajak AS dan Saudi Berdamai

Kepada CNN, presiden ke-45 AS itu mengatakan bahwa Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dan putra mahkotanya membantah keterlibatan mereka.

Sebelumnya, Trump juga menyebut keputusan CIA soal MBS terlalu tergesa-gesa. Pekan lalu CIA menyatakan bahwa pembunuhan keji di gedung Konsulat Arab Saudi di Istanbul itu hanya bisa terjadi atas restu penguasa Negeri Petrodolar tersebut.

BACA JUGA: Trump Abaikan Bukti MBS Dalang Pembunuhan Khashoggi

Setelah mendengarkan rekaman audio dari intelijen Turki dan melihat langsung bukti-bukti yang tersaji, CIA langsung menunjuk MBS sebagai dalang di balik pembunuhan itu.

Menurut Trump, kesimpulan CIA tersebut sebatas sangkaan. Karena itu, dia tidak mau mempertaruhkan kerja sama dua negara.

Dia memilih untuk mempertahankan hubungan baik AS-Saudi. Semuanya demi kepentingan rakyat. "Saya jamin, kepentingan nasional AS tetap nomor satu," tegasnya.

Sementara itu, soal kasus e-mail alias surat elektronik (surel) Ivanka, Trump membela putrinya. Menurut dia, publik tidak bisa menyamakan kasus itu dengan Hillary Clinton.

Sebab, meski sama-sama menggunakan surel pribadi untuk urusan pekerjaan, Ivanka tidak pernah menutup-nutupinya seperti istri Bill Clinton tersebut. Lagi pula, Ivanka juga tidak pernah berusaha menghapus surel-surel itu. (bil/c10/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... CIA Ungkap Peran Adik Pangeran MBS di Pembunuhan Khashoggi


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler