jpnn.com, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akhirnya menepati janjinya menyelamatkan Sheriff Joe Arpaio dari jerat hukum. Dia memberi ampunan kepada penegak hukum Negara Bagian Arizona yang terancam dibui karena melakukan tindakan rasis itu.
Namun, bukan itu saja yang dilakukan sang presiden untuk Arpaio. Washington Post mengungkap bahwa sejak awal presiden dari Partai Republik itu sudah ikut campur dalam kasus yang membelit suporter Trump tersebut.
BACA JUGA: Dinas Rahasia AS Bangkrut Karena Lindungi Trump
Yang paling kontroversial adalah meminta Jaksa Agung Jeff Sessions untuk tak meneruskan kasus yang menjerat Arpaio. The Post mendapatkan informasi dari tiga sumber yang ikut terlibat dalam percakapan dengan Sessions.
Presiden ke-45 AS itu lantas diberi saran agar membatalkan permintaannya kepada Sessions. Sebab, menutup kasus kriminal bakal dianggap tidak pantas.
BACA JUGA: Tiga Patung Tokoh Pro-Perbudakan Dirobohkan
Trump akhirnya setuju kasus itu tetap berjalan. Namun, kala itu dia mengungkapkan bakal memberikan ampunan jika dibutuhkan.
Niat tersebut akhirnya dilaksanakan Jumat (25/8) waktu setempat. Arpaio bebas. Itu adalah grasi pertama yang dikeluarkan Trump sejak dilantik sebagai presiden 20 April lalu.
BACA JUGA: Eks Penasihat Sebut Kepresidenan Trump Sudah Tamat
Pendukung vokal Trump tersebut dinyatakan bersalah bulan lalu karena melanggar perintah pengadilan pada 2011. Isinya, melarang petugas kepolisian di bawah pimpinannya menangkapi para pengendara yang berdarah Latin hanya karena diduga merupakan imigran ilegal. Tindakan polisi di Arizona itu dianggap rasis.
Seharusnya Arapaio menjalani sidang vonis Oktober mendatang. Namun, grasi dari Trump membuatnya tak mendekam di penjara.
Tindakan Trump itu langsung menuai kritik dari banyak pihak. Termasuk dari partai pendukungnya, Republik. ”Petugas penegak hukum memiliki tanggung jawab untuk menghormati hak setiap orang di AS. Kita seharusnya tidak membiarkan orang yakin jika tanggung jawab itu berkurang dengan pemberian ampunan tersebut,” ujar Kepala House of Representatives AS Paul Ryan.
Melalui juru bicaranya, Doug Andres, Ryan kembali menegaskan bahwa dirinya tidak setuju dengan keputusan Trump. Hal senada diungkapkan Senator Arizona John McCain dan mantan Gubernur Florida Jeb Bush.
Sebagai presiden, Trump memang memiliki kuasa penuh untuk memberikan ampunan kepada siapa saja. Dia berdalih bahwa Arpaio hanya melakukan tugas.
Sheriff yang berkuasa selama 24 tahun itu memang memiliki pandangan yang sama dengan Trump tentang imigran. Sudah tidak terhitung berapa kali dia memuji Arpaio dalam berbagai kesempatan.
”Dia membuat Arizona aman!,” cuit Trump di akun Twitter-nya.
Berita yang dilansir Fox News tertanggal 13 Agustus lalu juga menunjukkan dukungan Trump kepada Arpaio. Menurut Trump, Arpaio telah berbuat banyak demi negara dan dirinya tidak senang dengan apa yang terjadi pada mantan sheriff tersebut.
Pemberian grasi oleh Trump ditengarai tak sesuai prosedur. Dia tak berkonsultasi lebih dahulu dengan Departemen Kehakiman (DoJ). Namun, tudingan itu dibantah Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders. Dia menegaskan bahwa Trump sudah berbicara dengan para pengacara negara sebelum mengambil keputusan tersebut.
The Post menunjukkan, Trump tidak mampu memegang tradisi lama sebagai presiden. Yaitu, menjaga jarak antara Gedung Putih dan DoJ untuk kasus-kasus tertentu. Trump seharusnya tak perlu ikut campur.
Ini bukan kali pertama pemimpin 71 tahun tersebut berusaha ikut campur di DoJ. Dia pernah dikabarkan berusaha memengaruhi para petinggi di bidang penegakan hukum agar tak lagi menyelidiki keterlibatan tim kampanyenya dulu dengan Rusia.
Kasus itu kini masih diselidiki. Saat Michael Flynn masih berstatus sebagai penasihat keamanan, Trump juga berusaha menghentikan investigasi terhadapnya. (AFP/Reuters/sha/c10/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ramai-Ramai Tinggalkan Gedung Putih karena Trump Pro-Kelompok Rasis
Redaktur & Reporter : Adil