Trump Tiba-Tiba Lupa Kecaman soal Saudi

Senin, 22 Mei 2017 – 18:58 WIB
Donald Trump dan Raja Salman. Foto: AFP

jpnn.com, WASHINGTON - Sikap Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Arab Saudi berbalik 180 derajat saat kunjungan kerjanya ke negara itu.

Saat kampanye pencalonan dirinya sebagai presiden dan baru menjabat, Trump kerap menyudutkan negara tersebut.

BACA JUGA: Trump Ternyata Grogi Kunjungi Lima Negara

Mulai Saudi sebagai dalang serangan 11 September, sarang teroris, memperbudak perempuan, hingga berbagai hal lainnya.

Namun, saat berkunjung pada Sabtu (20/5), suami Melania itu malah menjual senjata kepada Saudi.

BACA JUGA: Trump Merasa jadi Korban Rekayasa Politik Terbesar Sepanjang Sejarah

Nilai penjualan senjata itu mencapai USD 109,7 miliar atau setara dengan Rp 1.462,5 triliun.

Nominal tersebut merupakan bagian dari kesepakatan investasi USD 350 miliar atau setara dengan Rp 4.666,2 triliun yang bakal berlangsung selama 10 tahun.

BACA JUGA: Trump Bocorkan Informasi Sangat Rahasia AS ke Rusia

Beberapa persenjataan yang dijual Trump adalah helikopter 150 Lockheed Martin Blackhawk untuk pengamanan perbatasan serta sistem radar antimisil.

''Ini adalah hari yang luar biasa, ratusan miliar dolar investasi ke AS dan pekerjaan, pekerjaan, pekerjaan. Jadi, saya ingin berterima kasih kepada seluruh penduduk Arab Saudi,'' ujar Trump setelah penandatanganan kesepakatan.

Kesepakatan jual beli senjata tersebut merupakan yang terbesar sepanjang sejarah AS.

Pada masa kepemimpinan Obama, AS dan Saudi juga membuat kesepakatan jual beli senjata. Nilainya mencapai USD 115 miliar (Rp 1.533,2 triliun).

Namun, kesepakatan itu dibatalkan gara-gara Saudi menyerang pemberontak Houthi di Yaman dengan membabi buta.

Sekolah, rumah sakit, dan berbagai fasilitas umum lainnya dijatuhi bom.

Sejak perang di Yaman pecah pada Maret 2015, sekitar 10 ribu penduduk sipil tewas.

Mayoritas disebabkan ketidakakuratan serangan Saudi.

Kesepakatan Trump tentu saja langsung menuai respons di dalam negeri. Terutama dari pegiat HAM dan anggota Demokrat.

Senator Chris Murphy mengungkapkan bahwa selama ini Saudi menggunakan senjata-senjata buatan AS untuk menyerang warga sipil di Yaman.

Menurut dia, pemerintah Trump kini mengandalkan Saudi untuk menegakkan perdamaian dan keamanan di Timur Tengah.

Padahal, negara tersebut memiliki rekor pelanggaran HAM yang paling buruk.

''Penjualan senjata itu adalah ide yang buruk,'' kritiknya sebagaimana dilansir Huffington Post.

Penjualan senjata tersebut juga membuat Iran dan Israel panas.

''Ini adalah hal yang bakal menyulitkan kami,'' kata Menteri Energi Israel Yuval Steinitz dalam pertemuan kabinet kemarin. (Reuters/AFP/CNN/sha/c14/any/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Donald Trump Bakal Pecat Arsene Wenger dengan Segera


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler