Tsering Woeser, Blogger Nyentrik yang Getol Suarakan Kebebasan Tibet

Tak Gentar Dihukum Mati, Lebih Takut Dilarang Pakai Lensa Kontak

Kamis, 12 Februari 2009 – 07:17 WIB
Foto: Timesonline

Semangat patriotisme menggelora di dada Tsering WoeserAncaman penjara hingga hukuman mati tidak pernah menyurutkan semangat perempuan 44 tahun tersebut untuk menyuarakan kebebasan Tibet

BACA JUGA: Michelle Obama Hiasi Cover Vogue

Dia tetap aktif meng-update berita-berita dari negeri di Pegunungan Himalaya itu dari tempat tinggalnya di Tiongkok.

-----

"Jika ini terjadi, terjadilah
Saya hanya menulis apa yang saya tulis," ujar penyair sekaligus penulis esai nyentrik itu seperti dilansir The Times kemarin (11/2)

BACA JUGA: Tokoh Oposisi Resmi Jadi PM

Bagi dia, tekanan pemerintah Tiongkok dan ancaman hukuman bukan penghalang untuk tetap melancarkan kritik atas kebijakan Beijing di Tibet
Dia terus saja menulis puisi-puisi kebebasan Tibet dan tetap aktif menulis di blog-nya, woeser.middle-way.net.

Di era internet seperti sekarang, menyuarakan kebebasan Tibet lewat dunia maya tetap tidak mudah bagi Woeser

BACA JUGA: Kadima Unggul di Pemilu Israel, Sayap Kanan Menang

Sudah empat kali blog-nya diblokir pemerintah Tiongkok karena dinilai terlalu ekstremSetelah dua kali diblokir pada 2006 dan 2007, sarjana sastra Tiongkok itu sebenarnya sempat mem-posting aspirasinya lewat server luar negeriTapi, pasca kerusuhan Lhasa tahun lalu, blog-nya terlacak pemerintah dan diblokir lagi sampai dua kali.

Tidak mau menyerah, setelah kematian keempat blog-nya, Woeser kembali bangkit dan menciptakan blog kelimaTema tulisan perempuan kurus tersebut masih tetap sama, kebebasan dan kemerdekaan TibetMeski sempat mati, blog Woeser ternyata tetap punya pengunjung setiaSebab, hanya lewat blog itulah dunia internasional bisa mengetahui Tibet dari perspektif lainTidak melulu pandangan Beijing.

Kegigihan Woeser itu kini membuahkan hasilMenjelang peringatan satu tahun tragedi Lhasa -kerusuhan di ibu kota Tibet pada pertengahan Maret 2008, menelan korban sekitar 100 warga sipil serta biksu yang jadi korban militer Tiongkok- karya-karyanya akan diterbitkan di TaiwanLengkap dengan foto-foto tentang Tibet"Sepertinya, orang-orang mulai memandang saya," ujar penerima penghargaan Freedom of Expression Prize dari Norwegian Authors Union itu merendah.

Robert Barnett, pakar tentang Tibet dari Columbia University, menyebut Woeser pemberani karena memasuki area tak bertuan lewat blog-nya"Tidak ada seorang pun warga Tibet yang pernah menyuarakan kebebasan tanah air mereka sevokal Woeser, baik secara tertulis maupun lewat mediaDia tidak pernah menyerah, tidak ada yang membuatnya gentar," paparnyaWoeser mengungkap ketakutan terdalamnya adalah tidak diperbolehkan memakai lensa kontak di penjara.

Di Tibet, seniman berpenampilan hippies itu menjadi salah seorang figur religius yang sangat dikenalDia setingkat di bawah Dalai Lama"Dia adalah kasus yang sangat langkaPunya perasaan yang sangat dalam, begitu perhatian dan seorang penyair yang lupa rasa takut," sanjung BarnettTapi, puja-puji tersebut tidak membuat Woeser lupa diriSebaliknya, semua itu justru membuatnya semakin menjadi manusia biasa.

Satu hal yang membuatnya berbeda dengan warga Tibet yang lain hanyalah nyaliMenurut dia, tidak banyak warga Tibet yang punya keberanian menyuarakan aspirasi merekaBaik secara tertulis maupun langsungBahkan, orang tuanya sendiriSejak pindah ke Tiongkok, ayah dan ibunya perlahan meninggalkan bahasa Tibet"Kepada satu sama lain, mereka berbicara dalam bahasa MandarinTapi, kepada kami, menggunakan bahasa Tibet," ujar wanita yang terlihat lebih muda bila dibandingkan dengan usianya yang sudah kepala empat itu(hep/ami)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Dianggap Berjasa Atasi Konflik Thailand Selatan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler