jpnn.com - PEMERINTAH pusat sudah menunjukkan keseriusannya mengembangkan Danau Toba sebagai destinasi wisata bertaraif dunia. Melibatkan lima menteri, digelar rapat serius di Laguboti, Tobasa, Sabtu (9/1). Rapat para petinggi dari Jakarta itu mematangkan rencana pembentukan Badan Otoritas Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba.
Menteri Pariwisata Arif Yahya menyebut angka yang cukup fantastis, Rp 21 triliun untuk pembangunan infrastruktur kawasan Danau Toba. Dana itu, Rp 10 triliun bersumber dari APBN dan sisanya berharap dari kantong swasta. Artinya, porsi pendanaan diharapkan lebih besar dari kalangan swasta.
BACA JUGA: Akhirnya, PLTMG Rawa Minyak Terangi Riau
Bicara swasta dalam pengembangan destinasi wisata, maka mau tak mau melibatkan para pengusaha hotel dan restoran, yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
Bagaimana respon PHRI terhadap pengembangan Danau Toba? Apa yang akan mereka lakukan? Berikut wawancara wartawan JPNN Soetomo Samsu dengan Direktur Eksekutif PHRI Siprianus Aur, yang juga mantan anggota Komisi X DPR itu, di Jakarta, kemarin (11/1).
BACA JUGA: Dokter Cantik Jogjakarta yang Hilang Ditemukan di Kalimantan
Pemerintah gelar rapat melibatkan lima menteri untuk membahas pengembangan destinasi wisata Danau Toba, tanggapan PHRI?
Itu bagus dan PHRI sudah sejak awal mendukung pengembangan Danau Toba. Ya, langkah serius pemerintah ini semacam memancing swasta. Karena bagaimana pun, di lapangan itu, di lokasi wisata, pihak swasta sangat dibutuhkan.
BACA JUGA: Di Kafe Remang-remang itu Dia Bertanya..Ingin Cari Bayaran Menggiurkan?
Apa bentuk dukungan PHRI?
Di awal tahun ini, program kerja PHRI fokus ke Danau Toba. PHRI akan konsentrasi ke sana. Ini menjadi skala prioritas PHRI awal tahun ini. Program prioritas ini sudah sejalan dengan yang dinyatakan pemerintah.
Apa yang menurut PHRI menjadi ganjalan masuk ke kawasan Danau Toba?
Persoalan di sana itu ya tujuh kabupaten itu ( Samosir, Toba Samosir, Simalungun, Taput, Humbahas, Dairi, dan Karo, red). Mereka kurang koordinasi. Mereka saling itu, saling merasa dominan. Selama ini sukanya bermain sendiri-sendiri. Jadi ke depan mereka harus memperbaiki koordinasi.
Dari segi infrastuktur bagaimana?
Begini, dalam berbagai kesempatan, Ketua Umum PHRI Pak Haryadi (Haryadi Sukamdani, red), sudah menyampaikan akan memberikan dukungan penuh pengembangan Danau Toba. Tapi ini tentunya hanya sebatas soal penginapan, hotel, restoran. Untuk jalan raya, lalulintas penerbangan, itu domainnya pemerintah. Kalau itu sudah beres, investor otomatis akan masuk. Hotel, penginapan, itu akan otomatis, apalagi sekarang investor asing juga bisa dengan mudah masuk.
Jika investor asing bidang perhotelan masuk, bagaimana? Karena mereka bukan anggota PHRI?
Itulah kesulitan kita. Karena itu, yang perlu mendapat perhatian pemerintah, terutama pemerintah daerah, bagaimana tetap memberikan peluang kepada investor lokal yang sudah lama bermain di sana, terutama yang kelas-kelas melati itu. Mereka perlu mendapatkan pinjaman lunak.
Anda tadi menyebut awal tahun PHRI sudah menyiapkan program prioritas untuk Danau Toba, konkritnya seperti apa?
Begini, kita sudah diskusi-diskusi di sana, memang ada persoalan, ya itu tadi, masalah sikap tujuh kabupaten di sana. Itu kendala-kendala di era otonomi daerah. Makanya, begitu akan dibentuk Badan Otorita pengembangan Danau Toba, berarti nanti itu di bawah pusat, masalah-masalah terkait otonomi, secara otomatis akan ditangani pusat. Pusat yang akan turun tangan. Kalau semua sudah beres, termasuk juga infrastruktur, kita tinggal masuk.
Jadi PHRI dalam posisi masih menunggu?
Ya, investor menunggu. Kalau jalan bagus, akses ke tujuh kabupaten juga bagus, investor akan masuk dari mana pun, ke mana pun. Ada gula ada semut, apalagi investor asing. Tapi ya itu tadi, investor lokal harus tetap diperhatikan.
Jika semua kendala itu sudah beres, bayangan Anda, seberapa kuat Danau Toba mampu menarik wisatawan?
Kita ambil komparasi yang gampang ya, Bali pariwisatanya bisa bagus seperti itu karena ada pesawat terbang langsung ke sana. Nah, kami dengar juga aka ada pesawat yang bisa langsung ke dekat Danau Toba.
Aspek apa lagi yang perlu mendapat perhatian?
Yang perlu diingat, turis datang itu memang untuk menikmati keindahan alam. Tapi itu hanya satu poin saja. Lagi-lagi kita contohkan Bali, di sana ada keindahan alam, adat-istiadat setempat, dan juga kuliner. Nah, itu yang perlu dipersiapkan di sekitar Danau Toba, apa kuliner andalannnya, apa buah tangan, kerajinan khas, yang bisa dijadikan oleh-oleh para turis. Kain khas Batak itu juga bagus.
Terakhir, apa saran Anda untuk pemda di sana?
Yang terpenting bagaimana menggerakkan masyarakat di sana, karena sebenarnya pariwisata itu domainnya masyarakat. Pariwisatalah yang bisa menggerakkan, meningkatkan ekonomi rakyat secara luas. Pedagang pisang jual dagangan ke hotel, petani jeruk menjual ke hotel, seniman, budayawan, pentas di hotel. Semua bergerak. Semua komponen masyarakat harus bergerak, itu kuncinya. ***
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bom Palsu Hebohkan Pengunjung Mall, Ini Fotonya
Redaktur : Tim Redaksi