jpnn.com - JAKARTA - Misteri penemuat mayat seorang perempuan dalam koper di Kali Cinyuruk, Desa Cibadung, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat akhirnya terungkap. Mayat perempuan itu diketahui bernama Heny Dewi Manapode alias Tante Heny (73) yang tewas dibunuh kekasihnya, Suherman (31), pada 30 Oktober 2013 silam di Jalan MPR Raya, Cilandak, Jakarta Selatan. Pelaku yang berprofesi sebagai seorang therapist pijat refleksi di kawasan Plaza Senayan diringkus di tempat kerjanya, Kamis (5/12) malam
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes (pol) Heru Pranoto mengatakan, awalnya hubungan Heny dan Suherman hanya sebagai pemijat dan pasien. Mereka berkenalan di sebuah tempat pijat di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan awal 2010.
BACA JUGA: Polri Usut Pihak yang Bantu Pelarian Fadli
Namun, lama kelamaan keduanya berlanjut merajut hubungan spesial. "Tersangka SH merupakan teman kencan korban," tegas Heru di Markas Polda Metro Jaya, Jumat (6/12).
Menurut Heru, pada 31 Oktober 2013 Heny meminta tersangka datang ke kosnya. Bahkan, tersangka diminta korban libur bekerja.
BACA JUGA: Mabes Polri Tegaskan Penangkapan Fadli
Namun, tersangka menolak karena sudah libur sehari. "Korban tidak terima dan terjadilah pertengkaran mulut," kata Heru.
Saat pertengkaran mulut itu korban melemparkan botol minyak untuk pijat ke Suherman. Bahkan, korban sempat mengambil pisau dan berusaha menusuk tersangka.
BACA JUGA: Kabareskrim Janji Usut Kasus Pencurian Dinamit
Namun Suherman bisa menangkis tusukan Henny. "Lalu pisau mengenai tubuh korban. Kemudian tersangka menusuk korban berkali-kali," jelas Heru.
Usai menghabisi teman Henny, Suherman lantas menghubungi rekannya, SW. Selanjutnya Suherman menemui RW di rumahnya di Ciputat dan menceritakan kejadian yang baru dialaminya.
Akhirnya, SW pun sepakat membantu tersangka untuk membuang mayat korban. "SW masih DPO (Daftar Pencarian Orang). SW dibayar Rp 1 juta untuk membantu membuang jenazah," ungkapnya.
Heru melanjutkan, kedua tersangka ini kemudian mengambil mobil Avanza sewaan di rumah Suherman. Keduanya langsung menuju ke kost korban. SW membersihkan bekas darah di kamar, sementara Suherman memasukkan mayat ke dalam koper warna cokelat berikut handuk merah marun. Koper kemudian digembok. "Koper dimasukkan ke dalam mobil dan dibawa menuju sungai di daerah Gunung Sindur," kata Heru.
Tiba di sungai, koper lalu diikat dengan tali nilon hijau. "Koper juga diikat dengan batu lalu dibuang ke sungai. Setelah koper tenggelam kedua tersangka meninggalkan sungai," kata Heru.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto menambahkan, pada 2 November 2013 koper berisi mayat itu mengapung di sungai dan ditemukan warga yang tengah memancing. "Oleh warga dilaporkan ke Polres Bogor. Kemudian mayat dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit," kata Rikwanto.
Usai membunuh, Suherman menggasak barang berharga korban. Kasubdit Kejahatan dan Kekerasan Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan menuturkan, cincin berlian korban milik korban dijual pelaku untuk biaya operasional melarikan diri. Menurutnya, cincin dijual Rp 25 juta.
Menurut polisi, tersangka ternyata juga diberi jatah bulanan oleh anak korban. Malahan tersangka berpura-pura tidak tahu soal peristiwa ini dan tetap berkomunikasi kepada anak korban melalui pesan singkat.
"Jadi korban setiap bulannya selalu di-support dana oleh anaknya sebesar Rp 10 juta. Jadi pelaku memanfaatkan itu," ujar Herry.
Dari tangan tersangka polisi menemukan buku tabungan BCA atas nama Dewi Manapode, handphone Blackberry, tas, jam tangan, KTP, cincin kawin korban, cincin bermata batu merah, sepasang anting berlian, sertifikat berlian, dompet, pisau dengan panjang 15 cm warna silver dan mobil Avanza. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Periksa Server Judi Bola Online
Redaktur : Tim Redaksi