jpnn.com - JAKARTA - Koalisi Indonesia Bersih (KIB) memprotes tukar guling PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), ke Tower Bersama Infrastructure (TBIG). Tukar guling anak usaha PT Telkom itu berpotensi merugikan keuangan negara.
Koordinator Aksi Koalisi Indonesia Bersih, Arief Rahman mengatakan potensi kerugian negara bisa muncul karena Telkom tidak mendapatkan keuntungan. Apalagi kata dia, Mitratel bukan perusahaan yang merugi.
BACA JUGA: Soal Bandara Halim, Angkasa Pura II Tunggu SK Pemerintah
"Telkom menjual 49 persen saham Mitratel kepada TBIG seharga Rp 2,31 triliun. TBIG tidak membayar dalam bentuk tunai ke PT Telkom, melainkan dengan menukar 290 juta saham TBIG," kata Arief kepada wartawan, Jumat (17/10).
Arief menjelaskan dengan tukar guling itu, keseluruhan saham Telkom di Mitratel saat ini dihargai Rp 4,71 triliun atau Rp 1,2 miliar per menara karena saat ini Mitratel memiliki 3928 menara. Kata dia, dengan pembayaran tidak tunai maka Telkom berisiko menderita kerugian bila harga saham jatuh di bawah Rp 7.972. Ingat, harga saham fluktuatif, naik turun. TBIG sendiri hanya membayar Telkom dengan menerbitkan saham baru senilai Rp 7.972 per saham.
BACA JUGA: AP II Alami Kerugian dari Kelola Tujuh Bandara
"Tidak ada keuntungan apapun bagi Mitratel dan Telkom dari akuisisi atau penukaran saham 5,7 % milik TBIG dengan 49% saham Mitratel. Akuisisi ini juga kami pandang akuisisi terburuk yang pernah dilakukan BUMN sepanjang sejarah. Ini merupakan kesalahan fatal," ujarnya.
Arief lantas mempersoalkan sikap diam DPR yang tidak bersuara atas penjualan BUMN ini. Apalagi kata dia, Mitratel merupakan perusahaan yang memiliki prospek positif.
BACA JUGA: Bursa Tunggu Pemerintahan Baru
"Dimana para anggota Dewan terhormat berada ketika aset negara dirampas? Bersuara dan lakukan tindakan nyata terhadap kasus ini," katanya. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mitsubishi Incar 20 Persen Pasar MPV
Redaktur : Tim Redaksi