Tumpang Sisip Padi Gogo jadi Strategi Kementan Meningkatkan Produktivitas di Lahan Sawit

Rabu, 12 Juni 2024 – 13:36 WIB
Ngobrol Asyik (Ngobras) Volume 18. Foto: tangkapan layar - source for JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengajak seluruh jajarannya bekerja dengan maksimal sehingga dapat mewujudkan swasembada pangan, seperti pernah terjadi pada 2016-2018.

Kementerian Pertanian saat ini menggencarkan Program Upaya Khusus (Upsus) Antisipasi Darurat Pangan Nasional yang terdiri dari pompanisasi, optimasi lahan (oplah) dan tumpang sisip (tusip) padi gogo tanaman perkebunan.

BACA JUGA: Mentan Amran Sulaiman Lepas Ribuan Mahasiswa Polbangtan untuk Kawal Program Pertanian

"Pengembangan lahan rawa merupakan komitmen untuk mempercepat kebutuhan masa tanam dalam waktu dekat ini," ujar Mentan Amran.

Pengembangan lahan rawa ini dikelola melalui oplah yang diharapkan dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan produktivitas.

BACA JUGA: Kementan Memaksimalkan Alsintan untuk Meningkatkan Produktivitas Pertanian

“Tolong bantu percepat tanam percepat produksi sehingga tidak perlu impor," kata Mentan Amran.

Sementara itu, pada acara Ngobrol Asyik (Ngobras) Volume 18 bertemakan "Strategi Tumpang Sisip Padi Gogo di Perkebunan Kelapa Sawit, Selasa (11/6), Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, saat ini kondisi pangan dunia sedang tidak baik-baik saja, terutama dengan bahan pangan pokok.

BACA JUGA: Kementan Minta Penyuluh Pertanian di Kalsel Menyukseskan Upsus Antisipasi Darurat Pangan

"Tanda-tanda kekurangan sudah tampak, sejak awal tahun lalu sampai bulan Maret tahun ini, karena kemarau yang berkepanjangan," katanya.

"Setiap bulan diperlukan beras sebanyak 2,6 juta ton, setara dengan 5,2 juta ton gabah trenggiling, setara dengan 1 juta hektare luas panen, dan juga setara dengan 1,1 juta hektare luas tanam."

"Jadi kalau ingin kecukupan beras tiap bulan, maka harus tanam padi minimal 1,1 juta hektare setiap bulan,” tutur Dedi.

Menurut narasumber Ngobras yang merupakan Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) pada Direktorat Kelapa Sawit dan Aneka Sawit, Tulus Tri Margono mengatakan bahwa konsep tumpang sari pada lahan perkebunan adalah suatu pola atau sistem usaha tani diversifikasi berbasis tanaman perkebunan, yang berlangsung adanya integrasi atau diversifikasi fungsional antara dua komoditas atau lebih yang diusahakan dalam pemanfaatan zat-zat makanan.

"Diharapkan antarkomoditas tidak berkompetisi, melainkan saling subtitusi dalam memenuhi kebutuhan hara atau nutrisi, sehingga terbentuk rantai ekosistem pemanfaatan zat-zat makanan secara tertutup. Saat ini Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai 139 komoditas binaan dan 16 komoditas strategis perkebunan," kata Tulus.

Dia menambahkan beberapa tantangan dalam menentukan Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) di antaranya adalah tidak seluruh lahan berpotensi, ada yang berpotensi, tetapi tidak masuk dalam Keputusan Mentan, sangat bergantung pada minat pekebun dan bergantung pada musim tanam di musim penghujan.

"Untuk akselerasi, agar pengajuan benih melibatkan Dinas Perkebunan Provinsi dan penyaluran bantuan benih padi gogo, Dinas Pertanian Provinsi selaku Penanggung Jawab (PJ) segera melakukan percepatan CPCL. Hal ini mengingat ketersediaan benih sesuai dengan kebutuhan dan jadwal tanam pada bulan April sampai dengan Juni 2024," ujar Tulus. (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler