jpnn.com, ANKARA - Di saat jumlah kasus virus corona terus meningkat, pemerintah Turki malah sibuk mengurusi konflik di Libya. Kemarin, Minggu (10/5), Rezim Presiden Recep Tayyip Erdogan mengecam PBB karena tidak bertindak untuk menghentikan pertumpahan darah di negara Afrika Utara tersebut.
"Sangat mengecewakan jika PBB terus diam melihat pembantaian ini," tulis pihak Kementerian Pertahanan Turki dalam pernyataanya.
BACA JUGA: Turki Targetkan Akhiri Pembatasan Sosial Bulan Depan
Dalam konflik ini, Turki bersama sebagian besar masyarakat internasional mendukung kubu GNA. Ankara bahkan telah menyepakati kerja sama militer dengan kelompok tersebut.
Di sisi lain, ada kelompok LNA yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar. Rusia, Uni Emirat Arab dan Libya memberikan dukungan kepada kelompok tersebut.
BACA JUGA: Update Corona di Timur Tengah: Turki Jadi Episentrum Baru, Kabar Baik dari Israel
"Negara yang memberi dukungan finansial dan politik kepada Haftar bertanggung jawab atas penderitaan yang dialami rakyat Libya dan kekacauan serta instabilitas di negara itu," lanjut pihak kementerian.
"Jika sampai perwakilan dan kepentingan kami diserang, maka kami akan menganggap pasukan Haftar sebagai target sah."
BACA JUGA: Optimisme Erdogan untuk Turki di Tengah Krisis Akibat Pandemi Corona
Untuk diketahui, Turki saat ini masih kewalahan menghadapi penyebaran virus corona di dalam negeri. Kemarin, pemerintah melaporkan tambahan 1.500 kasus baru.
Total kasus virus corona di Turki saat ini telah menembus 135 ribu dengan 3.786 kematian. Jumlah tersebut menempatkan Turki di urutan ke sembilan negara dengan jumlah kasus terbanyak. (reuters/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil