Optimisme Erdogan untuk Turki di Tengah Krisis Akibat Pandemi Corona

Rabu, 22 April 2020 – 17:07 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto: AFP

jpnn.com, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa pandemi virus corona naru (COVID-19) merupakan krisis global terbesar sejak Perang Dunia II. Menurutnya, problem kesehatan itu menjalar ke persoalan ekonomi.

“Pandemi ini, yang dasarnya masalah kesehatan, telah menjadi krisis terbesar setelah Perang Dunia II dalam hal ekonomi,” ujar Erdogan dalam pertemuan pengurus pusat Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) melalui telekonferensi, Selasa (21/4).

BACA JUGA: Virus Corona Menggila, Rezim Erdogan Malah Sibuk Menjegal Kepala Daerah dari Partai Oposisi

Erdogan juga menyoroti ketidakberdayaan negara-negara maju dalam menghadapi pandemi virus corona. Menurutnya, bukan hal mustahil bagi Turki untuk keluar dari pandemi meski kini situasi di seluruh Eropa dan Iran sangat parah.

“Perbedaan kita dengan negara lain adalah kita memiliki infrastruktur kesehatan yang kuat dan mengambil langkah-langkah pencegahan dari waktu ke waktu,” tegasnya.

BACA JUGA: Memanas Lagi, Arab Saudi dan Turki Saling Blokir

Erdogan menambahkan, wabah COVID-19 di Turki mulai menunjukkan tren mendatar. Oleh karena itu dia mengharapkan warganya tetap mematuhi aturan sehingga kehidupan kembali normal setelah Idulfitri.

“Kami bermaksud memastikan kepatuhan dalam level tertinggi dengan langkah-langkah sepanjang Ramadan, dan mudah-mudahan, negeri kita beralih ke ke kehidupan normal setelah hari raya,” katanya.

BACA JUGA: Selamat, Iran Berhasil Tangani Pandemi Corona

Erdogan juga meminta partainya membuat analisis bagi Turki dan dunia untuk periode pasca-pandemi. “Turki untuk pertama kali sejak Perang Dunia II telah memperoleh kesempatan untuk ambul bagian dalam di pusat proses restruktutsasi tingkat global,” tegasnya.

Laman worldometer.info mencatat hingga Rabu (22/4) terdapat 95.591 kasus COVID-19 di Turki. Pandemi global itu juga telah merenggut 2.259 jiwa di negeri yang wilayahnya membentang di benua Eropa dan Asia itu.(hurriyet/ara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler