jpnn.com, JAKARTA - Ustaz Abdul Somad (UAS) dan rombongannya ditolak masuk ke Singapura dan dideportasi kembali ke Indonesia pada Selasa (17/5).
Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Partaonan Daulay meminta Pemerintah Singapura memberikan penjelasan secara terbuka terkait tindakan Imigrasi negara tetangga itu.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: UAS Dicekal Masuk Singapura, Ada Pemeriksaan Kasus Besar, Polri Beri Penjelasan
"Kejadian ini sangat disayangkan dan akan menimbulkan rasa tidak adil di hati warga Indonesia karena selama ini warga negara Singapura sangat bebas untuk keluar masuk Indonesia," kata Saleh dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (18/5).
Pria kelahiran 5 April 1974 itu menilai UAS adalah tokoh yang disegani di Indonesia dan dihormati di banyak negara, termasuk di Malaysia, Brunei, dan banyak negara lainnya.
BACA JUGA: UAS
Wakil rakyat dari daerah pemilihan Sumut 2 itu menyakini UAS sangat disukai dan diidolakan oleh warga Melayu Singapura karena terampil dalam ceramah agama dan sebagai sosok yang baik dan rendah hati.
"Ini bukan perkara boleh masuk atau tidak, tetapi ini masalah keadilan dan kesetaraan. Ini masalah hubungan diplomatik negeri serumpun," ujar Saleh Partaonan Daulay.
BACA JUGA: Ribuan Pegawai Perhutani Demo di Patung Kuda, Massa Membeludak, Lihat Itu
Dia menilai persoalan yang dihadapi UAS merupakan masalah sensitif sehingga Pemerintah Indonesia harus mempertanyakan tindakan Singapura tersebut.
Saleh mendesak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI proaktif untuk membela UAS karena yang bersangkutan sebagai warga negara Indonesia harus diberi perlindungan dan dijaga kehormatannya.
"Jangan sampai ada kesan bahwa orang Indonesia disepelekan, dikecilkan, dan diperlakukan tidak baik. Kalau kepada UAS saja bisa seperti itu, tentu kepada warga negara Indonesia yang lain bisa lebih tidak adil lagi," katanya.
Saleh juga meminta agar Pemerintah Indonesia mendesak Pemerintah Singapura menyampaikan permohonan maaf.
Permintaan maaf itu perlu dilakukan agar ke depan tidak boleh ada lagi kasus serupa yang menimpa WNI di Singapura.
Kementerian Dalam Negeri Singapura sudah menjelaskan alasan melarang masuk Ustaz Abdul Somad Batubara ke wilayah kedaulatannya.
Berikut ini poin-poin penting alasan Kemendagri Singapura melarang UAS masuk ke wilayahnya.
1. Singapura menganggap UAS menyebarkan ajaran ekstremis dan perpecahan
“Somad dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan perpecahan, yang tidak dapat diterima di masyarakat multiras dan multiagama Singapura,” kata Kementerian Dalam Negeri Singapura dalam pernyataan pers tertulis menanggapi Nota Diplomatik yang dilayangkan Kementerian Luar Negeri RI.
2. Pernyataan UAS soal bom bunuh diri jadi alasan Singapura
Kemendagri Singapura mencatat UAS pernah membuat pernyataan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi “syahid”.
3. Singapura menilai UAS pernah merendahkan komunitas agama lain
“Dia juga membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal jin (roh/setan) kafir,” demikian pernyataan Kemendagri Singapura.
4. Ustaz Abdul Somad alias UAS menyebut non-muslim kafir
Selain itu, otoritas Singapura juga beralasan bahwa UAS pernah menyebut non-muslim sebagai kafir.
“Somad secara terbuka menyebut non Muslim sebagai kafir,” ujar kementerian Singapura tersebut.
5. UAS dinilai masuk Singapura dengan berpura-pura untuk kunjungan sosial
Pemerintah Singapura menegaskan bahwa masuknya pengunjung asing ke wilayahnya tidak bisa secara otomatis. Setiap orang akan dinilai berdasarkan kepantasannya masing-masing, kasus per kasus.
“Sementara Somad berusaha memasuki Singapura dengan berpura-pura untuk kunjungan sosial, pemerintah Singapura memandang serius siapa pun yang menganjurkan kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis dan perpecahan. Somad dan teman perjalanannya ditolak masuk ke Singapura,” kata kementerian Singapura.
6. UAS dan rombongan kembali ke Batam di hari yang sama
Kemendagri Singapura memastikan bahwa Ustadz Abdul Somad Batubara tiba di Terminal Feri Tanah Merah Singapura pada 16 Mei 2022 dari Batam dengan enam pendamping perjalanan.
Somad diwawancarai, setelah itu kelompok tersebut ditolak masuk ke Singapura dan ditempatkan di feri kembali ke Batam pada hari yang sama. (antara/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu