jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Ubedilah Badrun menyoroti kinerja Presiden Jokowi dari seringnya pergantian menteri selama eks Gubernur DKI Jakarta itu menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Dalam catatan Ubedilah, Jokowi telah lima kali mengganti menteri selama menjabat Presiden RI.
BACA JUGA: Soal Reshuffle, Charles Sebut NasDem Cuma Punya Satu Pesan untuk Jokowi
Jumlah itu berpotensi bertambah, menyusul rencana pergantian menteri kabinet Indonesia Maju belakangan ini.
"Semuanya menunjukan kegagalan Presiden memimpin, mengarahkan, dan kegagalan menyinergikan para menterinya," kata Ubedilah dalam pesan singkatnya, Jumat (16/4).
BACA JUGA: Jokowi: Saya Mengerti, Semua Pasti Rindu..
Pria Jawa Barat itu menuturkan Jokowi gagal mengorkestrasi kabinetnya, sehingga pergantian menteri rutin terjadi.
Seharusnya, tambah dia, presiden bertanggung jawab atas kinerja menteri yang buruk.
BACA JUGA: Resmi, PBNU Akan Pasarkan Motor Listrik Asal Malaysia Treeletrik
"Masalahnya mayoritas menteri saat ini kinerjanya buruk, seburuk kinerja Presiden. Jokowi tidak mampu mengorkestrasi para menterinya dalam situasi krisis," ungkap Ubedilah.
Dia pun menyebut nama-nama menteri Jokowi yang dinilai berkinerja buruk, seperti Nadiem Makarim, Johnny G Plate, Sri Mulyani, Luhut Binsar Panjaitan, Airlangga Hartarto, Muhammad Lutfi, Syahrul Yasin Limpo, dan Zaenudin Amali.
"Secara kinerja mereka stagnan dan cenderung memburuk," ungkap Ubedilah.
Namun, alumni Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tersebut merasa ragu Jokowi berani mencopot menteri berkinerja buruk tadi.
Apa lagi, kata Ubedilah, beberapa nama memiliki kedekatan dengan partai politik.
"Sebab reshufle kabinet ini bukan hanya sekadar hak prerogatif presiden, tetapi juga presiden mesti mendengar pemilik modal dan mendengar partai-partai pendukung yang memiliki kontribusi besar saat pilpres lalu," beber Ubedilah. (ast/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ubedilah: Sebaiknya Ijtimak Ulama IV Lahirkan Sikap Politik Oposisi
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan