jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi menyoroti proyek Food Estate yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Dia menilai proyek tersebut telah terbukti gagal seiring dengan hasil panen yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
BACA JUGA: Andi Akmal: Food Estate Sebaiknya untuk Keperluan Dalam Negeri Dulu
Menurut Uchok, panen yang dihasilkan di proyek Food Estate tersebut jauh dari modal yang dikeluarkan pemerintah untuk mendanai proyek ini. Hal ini karena tanaman yang ditanam pada kawasan Food Estate tidak sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada.
“Masyarakat tidak mendapatkan manfaat dari keberadaan Food Estate ini karena proyek dipaksakan di lokasi yang tidak tepat,” kata Uchok dalam siaran pers pada Jumat (18/6).
BACA JUGA: Food Estate Sumsel Menciptakan Ekosistem Terintegrasi Berkelanjutan
Dia menilai tanaman bawang merah dan bawang putih yang ditanam di lokasi tersebut, belakangan tidak membuahkan hasil karena lahan tidak sesuai dengan karakteristik tanaman yang ditanam.
Selain itu, karakteristik sosial-ekonomi masyarakat di Humbang Hasundutan yang secara turun temurun banyak menggantungkan pendapatannya dari hutan sebagai pengumpul getah kemenyan, akan sulit menerima kehadiran Food Estate yang lebih banyak melakukan aktivitas pengolahan/pertanian.
“Jika terus dipaksakan, proyek Food Estate akan menguras APBN dan hanya menguntungkan kelompok-kelompok pemburu rente dari proyek ini. Sementara masyarakat dan negara tidak akan mendapatkan apapun dari proyek Food Estate ini,” kata Uchok.
Uchok menilai pemerintah sudah menyiapkan anggaran yang cukup besar untuk membiayai Food Estate di Humbang Hasundutan yakni sebesar Rp1,06 triliun.
Khusus untuk tahun 2020, kata Uchok, anggaran yang telah dibelanjakan untuk Food Estate ini pada tahun anggaran 2020 sebesar Rp17,7 miliar. Namun dari anggaran yang telah dikeluarkan tersebut, hasil panen yang diperoleh jauh di bawahnya, yakni hanya ratusan juta rupiah.
Oleh karena itu, Uchok meminta pemerintah melakukan langkah-langkah yang bisa mengurangi kerugian Negara dengan melakukan evaluasi total atas proyek Food Estate.
“Jika tidak memberikan manfaat dan malah menimbulkan kerugian, proyek ini harus dihentikan. Bagaimana pun, banyak pos anggaran yang jauh lebih penting untuk dibiayai ketimbang Food Estate,” ujar Uchok.
CBA, kata Uchok, juga menekankan pentingnya mengawasi secara ketat lahan milik negara yang digunakan untuk Food Estate tersebut agar tidak ada upaya privatisasi, yang pada akhirnya menguntungkan segelintir pihak, utamanya para pemodal dan pemburu rente yang ingin menguasai lahan negara untuk kepentingan lainnya.
“Kamu juga meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengembalikan fungsi lahan menjadi hutan Negara,” kata Uchok.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich