UIN Sunan Kalijaga Diharapkan Berperan Siapkan Generasi Muda yang Kuasai Iptek

Kamis, 15 Desember 2022 – 17:21 WIB
Doktor ilmu pertahanan Hasto Kristiyanto bersama Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Phil. Al Makin. Foto: Dokumentasi Hasto Kristiyanto

jpnn.com, YOGYAKARTA - Doktor ilmu pertahanan Hasto Kristiyanto mendorong UIN Sunan Kalijaga berperan aktif menciptakan generasi muda yang siap menghadapi kondisi global.

Hasto menerangkan Indonesia hanya bisa menjadi hebat, apabila menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. 

BACA JUGA: BPIP Gandeng ITB Gelar Simposium tentang Ideologi Pancasila, Yasonna Singgung Iptek

"Karena itulah tidak mungkin menjadi pemimpin yang hebat tanpa membangun tradisi intelektual yang kuat. Salah satu substansi dari pemikiran geopolitik Soekarno bagaimana kita jadi pemimpin melalui tradisi intelektual yang membumi dalam alam pikir rakyat Indonesia," kata Hasto dalam Seminar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kamis (15/12).

Hasto kembali menegaskan geopolitik Soekarno yang mengedepankan pentingnya penguasaan iptek dengan membangun rasa percaya diri sebagai bangsa merdeka. Indonesia juga mengulurkan tangan bagi persaudaraan dunia.

BACA JUGA: Hanya dengan Iptek, Indonesia Jadi Pemimpin di Tingkat Dunia

"Kita menjadi fasilitator. Ini yang bisa kita lakukan, memiliki outward looking, pandangan harus ke luar," sebut Hasto.

Menurut Sekjen PDI Perjuangan, Indonesia harus terus berupaya membangun kepemimpinan dalam seluruh aspek kehidupan, agar bisa menjadi bintang pengarah bagi dunia dengan ideologi Pancasila.

BACA JUGA: Sejarah Membuktikan Bahwa Indonesia Merupakan Bangsa Besar dan Penguasa Iptek

“Kita harus membangun kepemimpinan dalam seluruh aspek kehidupan agar Pancasila menjadi bintang pengarah, bukan hanya bagi Indonesia sendiri, tetapi juga bagi dunia,” kata Hasto.

Selain itu, Hasto juga memaparkan kaitan Soekarno dan pemikiran Islam yang didalaminya.

"Bagaimana Islam is a progress, yang berkemajuan, maka Soekarno mendapat terang dari Islam dan kemudian berubah jiwanya tentang cita-cita Islam dalam pembebasan umat manusia yang tertindas dan itu dijadikan sebagai suatu energi penggerak bagi Soekarno dalam mencapai kemerdekaan Indonesia," jelas dia.

Namun, lanjut Hasto, Soekarno belum menemukan jawaban mengapa Indonesia menjadi bangsa terjajah dan terdapat rakyat miskin.

Kemudian Bung Karno merumuskan penjajahan terjadi akibat kapitalisme atau suatu sistem yang menghisap dan menciptakan ketidakadilan.

"Lalu Bung Karno belajar tentang sejarah peradaban nusantara dan peradaban dunia hingga melahirkan Pancasila yang seharusnya dijalankan secara progresif," papar pria kelahiran Yogyakarta itu.

Hasto memaparkan belajar dari tradisi intelektual Soekarno, gerakan Islam harus berperan dalam konteks politik pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa, yang membebaskan dari berbagai bentuk penjajahan.

“Karena bukankah Islam antipenindasan? Ini muncul dalam renungan kritis yang dilakukan oleh Soekarno. Atas dasar hal tersebut Soekarno menggandrungi pemikiran sosialisme Islam HOS Cokroaminoto,” tegas Hasto. (tan/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Peduli Kemajuan IPTEK, Sahabat Ganjar Gelar Kompetisi IT SMK di Medan


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler