Uji Coba Sistem Tanam Jarwo 2:1 di Pasaman Sukses

Rabu, 08 Desember 2021 – 11:29 WIB
Uji coba sistem tanam Jarwo 2:1 di Pasaman sukses. Ilustrasi Foto: Humas Kementan

jpnn.com, PASAMAN - Produktivitas petani di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, meningkat signifikan sejak dua tahun terakhir.

Lewat program terintegrasi bernama Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP) seperti Sekolah Lapangan Daerah Irigasi, SDM petani di sana meningkat.

BACA JUGA: Seseorang Masuk ke Kamar Santriwati, Kancing Baju SZA Sudah Terbuka

Pemahaman mereka mengenai cara bertanam makin lebih baik seiring itensifnya pelatihan-pelatihan. Salah satunya implementasi sistem tanam padi Jajar Legowo (Jarwo) di Lubuk Sikaping pada Kelompok Tani Kerukunan Keluarga Induk Anak Aia (K3IA).

"Ketika Field Day Panen 16 November kemarin di Kabupaten Pasaman di Daerah Irigasi Bandar Gadang Nagari Jambak Kecamatan Lubuk Sikaping, hasil ubinan petani meningkat," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman Syafrialis melalui keterangan tertulisnya.

BACA JUGA: Sistem Tanam Jarwo Sangat Cocok di Kubu Raya Kalbar

Dia memaparkan dari tiga macam petakan perlakuan, yaitu sistem Jarwo 2:1, Jarwo 4:1 dan sistem konvensioanal hasilnya adalah jarwo 2:1 berat ubinan 4,52 kg setara dengan 7,2 kw/ha, di mana rata-rata anakannya 22 batang perumpun dan jumlah rumpun per petakan ubinan sebanyak 193 rumpun.

Untuk Jarwo 4:1 berat ubinan 4,4 kg setara dengan 7.040 kw/Ha, di mana jumlah anakan rat-rata 24 batang dan jumlah rumpun per petakan ubinan 113 rumpun. Sebagai pembanding, sistim konvensional, berat ubinan 6.848 Kw/Ha.

BACA JUGA: Buat Warga Surabaya, Hati-Hati Beli Kaveling, Korbannya Sudah Banyak

"Rata-rata jumlah anakan 24 batang, dan jumlah rumpun per petakan ubinan 91 rumpun, dan rata-rata produktivitas di Nagari Jambak bekisar 5,8 – 6 ton/ha," jelas dia.

Syafrialis mengatakan perbandingan hasil menunjukan Jarwo 2:1 lebih unggul dibanding lainnya, karena lebih banyaknya jumlah rumpun, walaupun sempat terserang hama tikus kertika fase vegetative dan walang sangit ketika fase generative, masih memberikan hasil yang baik.

"Mulai dari teknologi seleksi benih, pengolahan tanah yang baik, penggunaan pupuk organik, penaman sistim jarwo 2:1 dan 4 :1, pemupukan yang seimbang, pengairan intermintten, Pengandalian hama Terpadu, pestisida nabati, pupuk organik cair," ungkap Syafrialis.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursamsi menjelaskan bahwa ada banyak manfaat dari implementasi sitem jarwo ini.

Pertama, kata Dedi, adanya ruang terbuka yang lebih lebar di antara dua kelompok barisan tanaman.

"Dampaknya akan memperbanyak cahaya matahari yang masuk ke setiap rumpun tanaman padi. Kondisi ini akan meningkatkan aktivitas fotosintesis dan berdampak meningkatkan produktivitas tanaman," jelas Dedi.

Kedua, sistem jajar legowo memudahkan petani dalam pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit, serta lebih mudah dalam mengendalikan hama tikus. Selanjutnya adalah peningkatkan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap set legowo, berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman akibat peningkatan produksi.

"Petani juga dapat mengembangkan sistem produksi padi-ikan (mina padi) atau kombinasi padi, ikan, dan bebek. Sistem ini mampu meningkatkan produktivitas padi hingga 10 persen - 15 persen," katanya. (rhs/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler