BACA JUGA: Santap Siang Lima Presiden AS
Mereka masing-masing tidak mau disalahkan atas meluasnya krisis gas yang melanda sebagian besar Eropa, terutama negara-negara anggota Uni Eropa (UE)Perundingan yang dihadiri pimpinan perusahaan gas masing-masing negara, Gazprom dan Naftogaz, juga masih buntu
BACA JUGA: Warga Indonesia Selamat dari Pembajak Somalia
"Suplai gas ke Eropa dan Turki berkurang sampai lebih dari 50 persenBACA JUGA: Yayasan Antinarkoba Nyambi Bandar
Namun, aliran lewat pipa alternatif lain mulai meningkatMenurut Medvedev, volume aliran gas dari Gazprom biasanya berkisar 430 juta meter kubikTapi, karena krisis yang masih terus berlangsung, suplai tersebut turun pada kisaran 200 juta meter kubik saja"Kami tidak bisa mengirimkan gas lewat UkrainaKiev menuding kami menghentikan aliran gas karena perselisihan hargaTapi, kami tidak punya kapasitas fisik untuk menutup seluruh pipa yang ada dan mematikan kompresor," ujarnya
Namun, seluruh tudingan Rusia itu kembali dimentahkan UkrainaMereka bersikeras bahwa biang krisis gas tersebut adalah RusiaMulai 1 Januari, Rusia berhenti mengirimkan gas Eropa via pipa-pipa UkrainaItu setelah mereka gagal mencapai kesepakatan soal hargaSelain itu, Ukraina dilaporkan sering telat membayar kiriman gas tersebut.
Merasa perlu segera meluruskan konflik yang terjadi, bos Gazprom Alexei Miller, bakal terbang ke Brussels hari ini"Akan ada perundingan tingkat tinggi dengan Komisi UE dan parlemen Eropa," ujar Miller seperti dikutip Associated PressBos Naftogaz, Oleh Dubyna, membenarkan rencana tersebutKabarnya, kedua negara juga siap menyambut kehadiran pengawas internasional untuk ikut menyelesaikan konflik yang terjadi. (hep/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anti-Yahudi Merebak di Eropa
Redaktur : Tim Redaksi