jpnn.com, JAKARTA - Ulama Asia Tenggara dan Australia mengimbau masyarakat dunia mengedepankan sikap tabayun dalam menerima informasi terkait vaksin Covid-19 asal China.
Prinsip tabayun merupakan ajaran Islam untuk menegakkan etika yang baik dalam memverifikasi, mengklarifikasi, dan memvalidasi informasi yang keliru.
Menurut mereka, pandemi Covid-19 telah menciptakan lingkungan yang tidak pasti dan menimbulkan informasi keliru dalam kampanye yang menyebarkan informasi palsu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah berupaya untuk mengatasi kekeliruan informasi tentang Covid-19, seperti asal-usul virus, kemajuan vaksin, serta kualitas dan kebenaran vaksin.
BACA JUGA: Polisi Sebut 8 Aplikasi Ini Bisa Kuras Isi Rekening Bank Anda, Buruan Hapus!
Berdasarkan ilmu pengetahuan dan protokol WHO, para ulama percaya bahwa vaksin adalah solusi yang baik untuk penanganan pandemi Covid-19.
Para ulama Asia Tenggara dan Australia mengapresiasi upaya pemerintah China untuk mengisi kekurangan vaksin melalui diplomasinya.
Kontribusi vaksin ke berbagai pihak menjadi penyelamat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
“Per 25 Juli 2021, China telah menyumbangkan dan mengekspor setidaknya 100 juta dosis vaksin Covid-19 ke lebih dari 40 negara di seluruh dunia, termasuk Malaysia, Indonesia, Mesir, dan UEA,” ujar Pimpinan Al-Khadeem Malaysia S Hussain dalam keterangannya.
Dia menjelaskan bahwa China telah menyumbangkan peralatan medis yang dibutuhkan untuk perawatan Covid-19 di rumah sakit di negara yang dilanda pandemi Covid-19.
BACA JUGA: Kabar Duka, Miing Meninggal Dunia, Pasar Cinde Sontak Ramai
Sayangnya, menurut dia, retorika anti-China dan yurisdikasi lain telah mendiskriditkan inisiatif vaksin dari China dan memperburuk keraguan vaksin, sehinga mengganggu upaya pemerintah dalam menyelamatkan banyak nyawa.
“Sejalan dengan prinsip tabayun, kami percaya bahwa masyarakat perlu fokus pada data yang ada. Meskipun vaksin China dianggap kurang manjur, tetapi vaksin tersebut dapat mengurangi risiko penyakit, rawat inap, dan kematian,” jelas Hussain.
Hussain juga sudah menggelar dialog bertema “Bijak Menyerap Informasi Melalui Konsep Tabayun” yang digelar pada Selasa (31/8) lalu.
Dialog itu diikuti para ulama dari berbagai negara di Asia Tenggara dan Australia, seperti Abdul Rahman Linzaq dari Filipina, Wael Ibrahim dari Australia, dan Muhammad Azrin dari Singapura.
Dari Indonesia diwakili oleh Ustaz Marzuki MN, Amin Ramzy dari Intitut Islam Darul Huffaz, dan Ali Imran dari Baitul Qur’an.
Para ulama tersebut menyatakan krisis informasi yang keliru telah menciptakan situasi umat Islam makin tertindas dan menjadi korban.
Bahkan, umat Islam dianggap sebagai penindas lewat penggambaran media, medis sosial, dan budaya populer.
Oleh karena itu, para ulama Asia Tenggara dan Australia memiliki keprihatinan yang mendalam terkait kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap muslim di daerah yang dilanda konflik, seperti Palestina, Kashmir, pengungsi Suriah, serta pengungsi Rohingya, dan Uighur di Xianjiang.
Para ulama tersebut, kata Hussain, juga menyadari banyak laporan tentang berbagai penderitaan para pengungsi Rohingya dan Uighur.
BACA JUGA: Korut Sekutu Terdekat China, tetapi Ogah Gunakan Vaksin Sinovac
Namun, para ulama tersebut percaya masih ada banyak pekerjaan yang perlu dilakukan dengan konsep tabayun.
Dengan konsep tabayun, penting bagi masyarakat untuk lebih menverifikasi keaslian sebuah berita dan informasi tentang isu tersebut.
“Oleh karena itu, kami menyerukan kepada semua pemerintah untuk menahan diri dan memungkinkan pelaporan informasi yang transparan dan adil dalam semangat tabayun,” ujar Ustaz Marzuki. (tan/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jarang yang Tahu, 4 Manfaat Minum Air Rebusan Ketumbar, Wow!
Redaktur : Rasyid Ridha
Reporter : Fathan Sinaga