Ular Besar Jatuh dari Plafon SD, Menimpa Kepala Ibu Sri, Histeris!

Jumat, 05 Mei 2017 – 15:53 WIB
Ular piton berukuran sekitar 5 meter dan berbobot sekira 60 kilogram yang jatuh dari plafon ruang TU SDN 6 Basirih Banjarmasin, berhasil ditangkap warga sekitar, Kamis (4/5). Foto: FAUZAN RIDHANI/RADAR BANJARMASIN/JPNN.com

jpnn.com, BANJARMASIN - Seekor ular piton berukuran besar menyatroni SDN Basirih 6 Banjarmasin, Kalsel, kemarin (4/5). Padahal, saat itu para siswa SD tersebut sedang konsentrasi mengerjakan soal ulangan.

Fauzan Ridhani, Banjarmasin

BACA JUGA: Perjuangan Petugas Damkar Tangkap 2 Piton, 3 Personel Pingsan

Tak ayal, keberadaan ular sawah sepanjang kurang lebih lima meter dan diperkirakan berbobot 60 kilogram tersebut membuyarkan konsentrasi para siswa kelas 1-5 yang sedang mengerjakan soal ulangan mata pelajaran Seni, Budaya, dan Keterampilan (SBK). Padahal, sisa waktu untuk mengerjakan soal ulangan tinggal 15 menit.

"Anak-anak berhamburan ke luar ruangan dan meninggalkan soal ulangan lantaran berebut ingin melihat wujud ular sawa tersebut. Kami para guru juga kerepotan, dan langsung menyuruh mereka kembali ke ruangan menyelesaikan ulangan," ujar Sukma, guru olahraga SDN Basirih 6 Banjarmasin kepada Radar Banjarmasin (Jawa Pos Group), Kamis (4/5).

BACA JUGA: Polisi Datang, Braak! Suara Dinding Jebol, Ternyata...

Ular besar di SD yang berlokasi di Komplek UKA Basirih, Kecamatan Banjarmasin Selatan tersebut memang mengejutkan. Ular yang diduga kekenyangan tersebut jatuh dari plafon ruang Tata Usaha (TU) yang berlapis gipsum.

"Mungkin karena sudah kekenyangan dan semakin berat, plafon gipsum sampai ambrol karena tak kuat menahan bobot ular sawah tersebut. Parahnya, ular menimpa tepat di atas kepala Ibu Sri (Kepala Bagian TU SDN Basirih 6 Banjarmasin, red) yang kala itu sedang mengerjakan administrasi sekolah dengan laptopnya," ujar Sukma.

BACA JUGA: Insiden Mamuju Jangan Terulang, Ini Trik Hadapi Ular

Sontak, Ibu Sri yang kejatuhan ular langsung menjerit sekencang-kencangnya meminta tolong. "Saya kira Ibu Sri jatuh, karena sebelum beliau menjerit didahului suara braaaakkk, kencang sekali. Saya spontan mendatangi ke ruang TU," tutur Sukma yang saat itu sedang berada di sebelah ruang TU.

Sial, begitu jatuh dari plapon, sang ular bukannya kabur ke luar ruangan TU. Seakan tahu ada mangsa baru, ular yang kulitnya mirip corak kain batik itu justru nangkring dan melingkar di depan pintu masuk ruang TU. Padahal, pintu tersebutlah satu-satunya akses keluar masuk ruang TU.

Keadaan rupanya makin genting. Soalnya, jeritan Ibu Sri yang semakin histeris membangunkan seorang balita yang tertidur lelap ayunan.

Sebagian ruangan TU ternyata disekat oleh partisi tipis yang membentuk ruang kecil sebagai mushola. Nah, di mushola itulah ada seorang balita berusia dua tahun yang sedang dijaga oleh neneknya.

"Balita itu anak salah satu guru honor di SDN Basirih 6 Banjarmasin. Pihak sekolah mengizinkan ruangan mushola digunakan untuk wadah istirahat sang anak bersama nenek yang menjaganya sementara ibunya mengajar," terang Sukma.

Antara panik dan takut, Ibu Sri lantas kabur ke ruangan mushola. Lengkap, dua wanita separuh baya dan satu balita terkurung di ruang sempit. Situasi kian dramatis lantaran ketiganya diadang ular besar itu di pintu keluar. Beruntung, di ruangan mushola tersebut ada jendela kecil sebagai celah untuk menyelamatkan diri.

Para guru bersiap mengevakuasi mereka bertiga dari jendela kecil tersebut. Caranya tak gampang, para guru harus berlari memutar ke belakang ruang TU. Padahal, tekstur tanah di belakang ruang tersebut adalah tanah rawa yang berlumpur.

"Kami tidak peduli lagi, mau tidak mau harus berkubang ke area belakang ruang TU.Celana becek, kotor, dan basah demi mengeluarkan Ibu Sri, balita, dan juga sang nenek melalui jendela ruang mushola," paparnya.

Ketakutan para guru benar, begitu ketiganya berhasil diselamatkan, sang ular malah masuk ke dalam ruang mushola. Dengan santainya, ular penyebab kegaduhan tersebut merayap masuk ke dalam ayunan sang balita yang dibuat dari berlapis kain Tapih Bahalai (kain selendang khas Banjar).

"Ular itu malahan seperti asyik ayun-ayunan. Mungkin dia mengantuk dan ingin tidur sambil berayun-ayun," selorohnya.

Situasi itulah yang dimanfaatkan oleh warga kampung dan guru-guru untuk menangkap sang ular. Setidaknya, ada enam orang kampung yang memberanikan diri masuk ke ruang TU dan menyergapnya dari ayunan. Tak menunggu lama, orang-orang kampung kemudian keluar ruangan membawa sang ular.

"Perlu tiga orang untuk mengangkat ular itu. Para siswa yang sudah selesai ulangan langsung mendekat untuk melihat ular yang bikin geger sekolah," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Basirih 6 Banjarmasin, M Syukri mengaku juga kaget dengan keberadaan ular sawa berukuran besar di sekolah yang dipimpinnya itu.

"Untuk itu, saya imbau anak-anak dan warga sekitar sekolah melakukan bersih-bersih lingkungan sekolah usai ulangan. Ular sawa senang dengan kondisi semak belukar yang lembab," imbaunya.

Syukri berharap situasi ini tidak terjadi lagi di sekolahnya. "Mudah-mudahan, dengan kondisi lingkungan yang bersih, sekolah kami bebas dari gangguann hewan-hewan berbahaya seperti ular sawa ini," ujarnya sembari menceritakan ular sawah tersebut diserahkan kepada warga kampung setempat.(oza/yn/ran)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemenggal Kepala Pemuda Kalsel Itu Diringkus di Manado


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler