Ulrike Von Mengden, 50 Tahun Menjadi Kurator Senior Satwa Kebun

Tangkap Beruang yang Lepas dari Kandang dengan Bir

Sabtu, 20 Juni 2009 – 07:27 WIB

Tinggal di Indonesia sejak 1952, Ulrike Von Mengden mengabdikan diri untuk binatang di Kebun Binatang RagunanHewan dia anggap menjadi bagian dari tanggung jawab hidup

BACA JUGA: Pisau Haifu, Revolusi Dunia Medis dari Chongqing, Tiongkok (2)

Karena itu, dia rajin berkeliling memberikan makan dan merawat binatang selama puluhan tahun


-----------------------------------------------
AGUNG PUTU ISKANDAR, Jakarta
-----------------------------------------------


Rabu siang itu (17/6), sebuah poster seukuran koran dipasang di dinding teras rumah Ulrike Von Mengden

BACA JUGA: Tuntaskan Tumor Kecil Hanya dalam Puluhan Menit

Poster tersebut bergambar foto close up orang utan yang tampak mengiba
Matanya berkaca-kaca

BACA JUGA: Pisau Haifu, Revolusi Dunia Medis dari Chongqing, Tiongkok (1)

Bagian bawah foto itu bertulisan sebuah kalimat dalam bahasa JermanIch bin kein AffeIch bin dein Ur-Ur-Ur-Ur Grossvater.

''In English, it means I am not an ape, I'm your grand-grand-grand-grand father (Kalau dalam bahasa Inggris, tulisan itu berarti aku bukan monyetAku adalah kakek dari kakek-kakek-kakek-kakeknya kakekmu),'' kata Ula -panggilan Ulrike- saat ditemui Jawa Pos di teras rumahnya yang sederhanaKetika menemui Jawa Pos, penampilan Ula sangat sederhanaBahkan terlihat ''jadul''Dia hanya mengenakan blus cerah yang dipadu celana gelapWanita berkebangsaan Jerman itu mengenakan alat bantu pendengaran di telinga kanan

Rumah milik Ula berada di tengah-tengah Kebun Binatang Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta SelatanRumahnya sederhana dengan halaman yang luas seukuran lapangan voliDi halaman itu dua kandang besar diletakkan di sisi depan dan sisi agak belakangKandang di sisi depan itu dihuni dua ekor orang utan.

Sekilas, rumah tersebut tampak seperti bangunan lain di kebun binatang seluas 140 hektare tersebutApalagi, dengan adanya kandang orang utan di depan rumah, pengunjung nyaris tak bisa membedakanKarena itu, sejumlah pengunjung kerap kesasar dan masuk ke rumah itu''Saya sering beri tahu bahwa ini rumah pribadi dan mereka tak boleh masuk,'' ujar Barbara Ossenkop, asisten Ula

Ula adalah seorang kurator senior satwa di kebun binatang terebutDia telah tinggal di rumah itu sejak pertama kebun binatang tersebut dibangun pada 1968Bahkan, ketika kebun binatang itu berada di Cikini, Jakarta Pusat, dengan nama Kebun Binatang Cikini, dia sudah ikut aktif merawat satwaDia pula yang ikut membantu babad alas kebun binatang tersebut saat direlokasi dari Cikini ke Ragunan

Keterlibatan Ula dimulai ketika dia pindah ke Indonesia dari negara asalnya, Jerman, pada 1952Saat itu, Freifrau Von Mengden, suami Ula, diminta pindah ke Indonesia oleh Kedutaan Besar Jerman di JakartaKemampuan bahasa Von Mengden membuat pemerintah Jerman menugaskan dia di JakartaSebab, Von Mengden yang berasal dari kalangan ningrat Jerman mampu berbahasa Jawa dan Indonesia dengan baik''Keluarganya memiliki perkebunan karet yang luas di Indonesia,'' ujar Barbara.

Pada 1958, Ula kemudian berkenalan dengan Benjamin Gallstaun (direktur Kebun Binatang Cikini saat itu) dan Ali Sadikin (gubernur DKI Jakarta ketika itu)Ula lantas terlibat aktif dalam perawatan satwa di kebun binatang tersebutApalagi, pada kurun 1960-an, Kebun Binatang Cikini direlokasi karena lingkungannya tidak mendukungRagunan menjadi pilihan dengan luas lahan 140 hektare''Saya sudah di sini sejak Ragunan belum ada apa-apanya,'' ujar Ula dengan bahasa Indonesia yang pas-pasan.

Sekitar tujuh hingga delapan tahun sejak kedatangan Ula ke Indonesia, Von Mengden lantas meninggal karena infeksiItu membuat keterlibatan Ula di Kebun Binatang Ragunan semakin intensifApalagi, setelah kebun binatang tersebut diresmikan pada 1968, Ali Sadikin memberikan rumah yang terletak di dalam kebun binatang untuk dia tinggali selama dia hidupSejak itu, Ula semakin intensif merawat satwaTerutama orang utan.

Usia Ula kini semakin senjaNamun, jangan coba-coba bertanya kepada dia berapa usianyaSebab, dia tidak mau dianggap sebagai wanita yang tidak berdaya''Kalau ada yang bertanya usianya, Ula akan langsung teriak, that is not your business,'' ujar Barbara yang sudah mendampingi Ula sejak tujuh tahun terakhir itu

Sekitar pukul 14.00, lima orang berambut pirang mendatangi rumah tersebutKelompok itu dipimpin seorang wanita paro baya berambut pirangNamanya Jose JakemanDia membawa dua cewek dan dua cowok''Mereka baru saja lulus SMAMereka berkeliling dari Jogja, Solo, dan sekarang ingin melihat JakartaTerutama Ragunan,'' ujar wanita asal Belanda yang suaminya ekspatriat di Bandung itu.

Rupanya, Jose yang teman dekat Ula rupanya sudah memahami jadwal rutin UlaTiap pukul 10.00 dan 14.00, Ula berkeliling kebun binatangKegiatannya memberikan makan orang utan hingga berkeliling kebun mencari daun untuk sarang binatang yang dia sayangi itu

Ula lantas mengantarkan tamunya ke sejumlah kandang binatangMulai harimau, orang utan, hingga kuda nilUntuk ukuran wanita yang sudah senior, fisik Ula masih sangat kuat diajak berkelilingMeskipun, terkadang dia harus dipapah ketika berjalan''Paling tidak, usia dia (Ula, Red) sekarang 89 tahun,'' ujar Barbara yang ikut berkeliling setengah berbisik.

Ketika mengunjungi kandang kuda nil di sisi timur kebun binatang, Ula ikut memberikan makan mamalia bertubuh jumbo itu''Saya mengenal hewan-hewan ini sejak mereka sangat kecilRupanya, mereka tumbuh sangat cepat,'' ujarnya, lantas menunjuk dua kuda nil yang kini sudah beranak dua

Ula memang mengenal betul kebun binatang tersebutTak hanya hewan, semua pegawai dan lingkungan dia kenal dengan detailLebih dari lima dekade di kebun binatang membuat Ula begitu mengenal penghuni dan lingkungannyaKejadian-kejadian menarik di kebun binatang pun masih dia ingat dengan rinci

Pernah, kebun binatang dilanda hujan lebatPermukaan air di kolam meningkat drastisBahkan, permukaan air di kandang naik hingga melebihi pagar pembatasEnam buaya kaburMereka berkeliaran di sekitar kandangBegitu pula delapan beruang yang kandangnya rusakMereka mengelompok di sebuah pohon rindang

Saat hujan reda, Ula dan sejumlah petugas berusaha mengembalikan mereka ke kandangBuaya ditangkap dengan tali layaknya koboiTali dilempar untuk menjerat ekor dan mulut reptil besar itu''Satu buaya ditangkap banyak orang,'' tuturnya

Bagaimana beruang? Semua petugas bingungTak ada yang berani mendekatSalah-salah mereka bisa menjadi santapan binatang tersebutAtau, kalaupun tak diganyang, paling tidak dicakar atau dirangkul hingga tulang retakPetugas pun ciut nyali.''We got no weapons,'' tutur Ula.

Tapi, Ula selalu punya caraDia menyuruh petugas menyiapkan botol susu yang biasa diberikan kepada hewan tersebutBotol itu lantas diisi bir penuh''Juga ditambahkan gula di dalamnyaBiar terasa manis,'' ujarnya

Botol-botol itu lantas diletakkan tak jauh dari kawanan beruangBinatang yang bisa berjalan layaknya manusia itu terbujukMereka berebut mendatangi botol susu palsu ituDengan lahap mereka meminum isinyaBeruang-beruang itu lantas mabuk.

Mereka lemasAda juga yang terkapar pingsan''Mereka sudah tidak berbahaya, kami kembalikan mereka ke kandang,'' ujar Ula, lantas tertawa lepasKecintaan Ula kepada binatang memang tak diragukanTerutama kepada orang utanDi rumahnya, dia memiliki kandang-kandang perawatan orang utanKebutuhan gizi dan fisik mereka dipenuhiPrimata itu ada yang sudah dia rawat sejak bayi karena orang tuanya ditembakAda juga orang-orang yang datang sendiri menyerahkan satwa tersebut''Katanya, mereka takut dihukumOrang utan dilindungiMereka yang ketahuan punya bisa dipenjara,'' katanya.

Ula punya alasan menyayangi orang utanMenurut dia, orang utan tak sekadar binatangBangunan tubuh hewan itu sangat dekat dengan manusiaBahkan, dia percaya, orang utan adalah wujud manusia sebelum menjadi seperti yang sekarang ini''Kita dan mereka adalah setaraKita juga harus memikirkan nasib mereka,'' ujarnya

Barbara mengamini ituTapi, menurut dia, ada alasan lain Ula menyayangi hewan yang suka bergelantungan itu''Ula itu shio-nya monyetMakanya, dia sayang orang utan,'' ujar wanita asal Jerman itu setengah serius

Selama ini Ula berkebangsaan JermanDia tidak berpikir untuk mengubah statusnya menjadi WNITapi, dia sangat mencintai IndonesiaSudah menganggap negara sendiri''My fatherland is German and my motherland Indonesia,'' ujarnya(iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus Mirip Prita; Menulis Surat Pembaca, Khoe Seng Seng Jadi Terdakwa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler