jpnn.com - jpnn.com - Pilkada Tulangbawang Barat (Tubaba) 2017 menjadi sejarah di Lampung. Untuk pertama kalinya ada calon tunggal yang maju pilkada melawan kotak kosong di Bumi Ruwa Jurai.
Calon bupati Umar Ahmad berpasangan dengan calon wakil bupati Fauzi Hasan berhasil maju menjadi calon tunggal lantaran semua dukungan parpol berhasil disapu bersih pasangan petahana tersebut.
BACA JUGA: FUI Ajak Umat Islam Hindari Golput
Total 10 parpol di Tubaba ‘aklamasi’ mendukung pasangan ini.
Umar-Fauzi pun punya target besar di pilkada kali ini. yakni perolehan suara memecahkan rekor nasional yang dipegang Joko Widodo saat bertarung di Pilwakot Solo, beberapa waktu lalu yakni 90 persen.
BACA JUGA: Jaga Pengiriman Kotak Suara, Petugas Rela Masuk Sungai
“Kita menargetkan 95 persen agar kemenangan. Jika berhasil, maka kita mengalahkan Pak Jokowi pada saat mencalonkan diri sebagai wali kota Solo yang mencapai sekitar 90 persen suara,” ujar Fauzi Hasan, saat kampanye di Tiyuh Makarti Tama, Tumijajar, pada 4 September 2016.
Sementara Umar Ahmad menegaskan, kemenangan dirinya dan Fauzi di pilkada sebagai calon tunggal bukan hanya untuk kemenangan pilkada. Pasangan berjargon ‘Teruskan Umar-Fauzi (Teruzi) ini punya misi untuk melanbungkan warga dan nama Tubaba ke kancah nasional.
BACA JUGA: Hamdalah, Pak Jokowi Dijamin Netral di Pilkada
”Jika target kita menang bisa diatas 90 persen tercapai, atau sekitar 95 persen, maka kita akan mengenalkan Tubaba ke kancah nasional dan dunia. Jadi nggak sekedar kemenangan Umar-Fauzi untuk saya bisa mendapatkan gaji Rp6,7 juta perbulan saja sebagai bupati. Kami punya misi membawa kememangan seluruh warga Tubaba,” tegasnya.
Kader PDI Perjuangan Lampung ini juga membantah maju sebagai calon tunggal adalah kegagalan demokrasi di Tubaba. Justru menurutnya, hal itu karena dasar demokrasi adalah musyawarah untuk mufakat. maka Tubaba hari ini membuktikan hal tersebut yang dimanifestasikan melalui partai politik (parpol) yang ada di Tubaba.
Karena itu, kata dia, menjadi sebuah tanggung jawab yang begitu besar, karena masyarakat melalui seluruh partai politik di Tubaba ini telah menambatkan harapannya di pundaknya bersama Fauzi Hasan.
”Mengapa kami bisa maju sebagai calon tunggal, ini bukan karena kegagalan demokrasi. Melainkan lebih pada hasil pendekatan kami ke parpol secara kekeluargaan. Namun, dukungan semua parpol ini bukan hal mudah bagi kami. Ini adalah tanggaung jawab besar kami kepada rakyat,” pungkasnya seperti dikutip dari Radar Lampung (Jawa Pos Group), Selasa.
Namun pandangan berbeda disampaikan Direktur Eksekutif Rakata Institute Eko Kuswanto. Dia mengaku pesimis bila target partisipasi pemilih di lima pilkada di Lampung yakni Pringsewu, Lampung Barat, Mesuji, Tulangbawang (Tuba) serta Tulangbawang Barat akan mampu menembus angka lebih dari 80 persen.
“Saya perkirakan untuk lima Pilkada di provinsi Lampung ini tidak akan ada yang sampai target,” kata Eko saat ditemui di Hotel Horison.
Eko mempredikasi, untuk lima Pilkada di Lampung yang akan dimulai pukul 07.00 WIB, angka partisipasi pemilih tertinggi di Pilkada Pringsewu. Sementara rendahnya partisipasi masyarakat menyalurkan pilihanya di Pilkada Tubaba yang hanya melibatkan calon tunggal.
“Menurut saya angka partisipasi tertinggi ada di Pringsewu dan terendah kemungkinan di Tubaba,” ucapnya.
Pertimbanganya, tingkat partisipasi pemilih akan berpengruh dengan banyaknya jumlah kandidat calon yang akan dipilih dalam Pilkada tersebut. Semakin banyak kandidat pasangan calon (paslon), akan memicu kenginginan para pemilih untuk datang ke TPS guna menyalurkan suaranya.
“Berbeda dengan pemilu legislatif. Dengan sedikitnya kontestan dalam Pilkada, justru ini menjadi titik balik. Artinya karena sedikitnya pilihan sehingga pemilih memutuskan untuk tidak hadir ke TPS,” ujar Eko.
Selain itu, lanjutnya, meskipun pemerintah meliburkan hari pencoblosan suara, kebijakan itu tetap tidak signifikan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menyalurkan hak suaranya.
Sebaliknya, masyarakat lebih memilih dengan menghabiskan hari libur tersebut bersama keluarganya. Terlebih, masyarakat pemilih bosan bila calon yang disuguhkan merupakan wajah lama.
“Cukup sulit untuk mencapai target partisiasi pemilih yang telah ditetapkan. Kemungkinan juga ada kendala kartu undangan memilih tidak sampai ke pemilih juga menjadi faktor warga tidak memilih ke TPS,” terangnya.
Dia menyebut, angka partisipasi pemilih di Pilkada Pringsewu, Mesuji, Tuba, dan Tuba Barat dikisaran angka 70 hingga 80 persen. Sementara, di Pilkad Tubaba, kemungkinanan justru angka partisipasi tidak lebih dari 70 persen.
“Pringsewu angka partisipasinya akan tinggi, tapi tingginya dibawah 80 persen. Lampung Barat di kisaran 70 dan 80 bisa memungkinkan. Begitu juga untuk Tuba dan Mesuji juga dikisaran 70 dan 80. Hanya Tubaba ini kisaran 70 persen,” tandasnya.
Senada, Akademisi Universitas Lampung (Unila) Ari Darmastuti menilai target partisipasi pilkada nasional 2017 sulit untuk dicapai. Terlebih, kebanyakan warga tersebut bekerja di luar daerah.
Menurutnya, banyak faktor yang membuiat masyarakat enggan datang ke TPS. Salah satunya, kata dia, warga tidak mendapat kartu panggilan untuk memilih yang secara psikologis mengakibatkan warga juga malas untuk datang memilih.
“Saya kira sulit target tersebut tercapai. Banyak yang bekerja di luar daerah sehingga nggak bisa pulang. Siapa yang mau membiayai perjalanan mudik hanya untuk nyoblos,” tandasnya.
Namun, Dosen Fisip Unila itu tidak mau berspekulasi soal presentase pemilih di Lima Pilkada. Termasuk juga, Daerah yang akan memperoleh angka partisipasinya tertinggi. “Wah saya nggak bisa memperkirakan mana yang paling tinggi dan mana paling rendah,” pungkasnya. (kyd/gus/fei)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Papa Novanto Keluarkan Instruksi untuk Hadapi Pilkada
Redaktur & Reporter : Budi