JAKARTA - Pelaksanaan Ujian Nasional (Unas) yang tidak lama lagi akan dimulai, dinilai menjadi suatu ancaman atau teror bagi psikis anakApalagi sampai anak didik harus harus mengerjakan soal dengan lima paket soal
BACA JUGA: Hindari Penipuan Kunci Jawaban Unas
"Menurut Kemdiknas, tingkat kesulitan soal yang berbeda tersebut sudah adil
Arist mencontohkan, bisa saja si A mendapat soal yang lebih mudah dibanding yang didapat oleh si B
BACA JUGA: Kemendiknas Melunak, Deadline Pengumpulan NUS Diperpanjang
Akibatnya, lanjut Arist, akan menimbulkan rasa ketidakadilan bagi para siswa jika tingkat kesulitan soal berbeda dan tentunya akan sangat berpengaruh bagi mental siswa yang menempuh Unas ada tahun ini.Selain itu, komponen pembobotan nilai ujian sekolah (US) sebanyak 40 persen sebagai penentu kelulusan, menurutnya tetap saja akan memicu perilaku kecurangan pihak sekolah mendongkrak nilai rapor siswa
"Nampaknya harus menjadi pertimbangan bahwa hingga saat ini belum ada pemerataan standar mutu pendidikan di seluruh Indonesia
BACA JUGA: Rachmawati Pilih Rizal Ramli
Sebaiknya, Unas harus didahului pemerataan standar baik baik di kota besar hingga daerah terpencilSelain itu mutu para pendidiknya juga harus ditingkatkanMungkin dengan begitu, orang tua baru akan merasa tenang karena anaknya mendapat mutu pendidikan yang baik," paparnya.Dengan kondisi demikian, lanjut Arist, Komnas PA juga meminta kepada pemerintah agar angka kelulusan siswa disesuaikan dengan standar kategori tempat anak belajar di sekolahMisalnya, standar kelulusan sekolah potensial rata-rata 5,50 harus menjadi lebih tinggiYakni untuk sekolah berstandar nasional (SSN) rata-rata 6,50 dan sekolah berstatus Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) rata-rata kelulusannya 7,50"Jadi, jika begitu pasti akan adilNilai Unas bukanlah penentu tunggal kelulusan anakPemerintah harus memberi perhatian khusus kepada sekolah-sekolah yang belum memiliki fasilitas dan sarana belajar yang memadai," imbuhnya.
Arist mengimbau kepada pemerintah harus lebih membenahi sistem pendidikan nasionalSehingga, ada jaminan anak pergi ke sekolah dengan hati senang"Sekolah bukan tempat menakutkan, tetapi menyenangkanFungsi sekolah harus dikembalikan ke habitatnyaSekolah , orang tua dan penentu kebijakan negara harus saling berintegrasi demi kehidupan anak-anak yang lebih baik di masa depan," ujarnya(cha/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Investasikan Rp 120 Miliar untuk Relokasi Universitas Bakrie
Redaktur : Tim Redaksi