Krisis Nuklir Korea

Uni Eropa Ancam Usir Semua Pekerja Korut

Sabtu, 09 September 2017 – 06:03 WIB
Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un sedang melihat benda dari logam yang merupakan bom hidrogen berkekuatan super. Foto: KCNA/AFP

jpnn.com, TALLINN - Nafsu Kim Jong Un memiliki senjata nuklir berdampak buruk bagi warga Korea Utara di luar negeri. Uni Eropa berencana mengusir seluruh pekerja berkewarganegaraan Korut dari Benua Biru.

Rencana ini bahkan didukung Inggris yang telah menyatakan keluar dari Uni Eropa.

BACA JUGA: Mayoritas Warga Korsel Yakin Korut Tak Berani Memulai Perang

’’Banyak hal yang kami sepakati terkait hal itu (pengusiran pekerja Korut),’’ ucap Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Boris Johnson setelah menghadiri pertemuan dengan para menlu UE di Kota Tallinn, Estonia.

Johnson menyatakan, kebijakan tersebut muncul setelah Pyongyang nekat menguji coba nuklir untuk kali keenam. Jika dibandingkan dengan lima uji coba sebelumnya, uji coba bom termonuklir di fasilitas nuklir Punggye-ri itu merupakan yang paling kuat.

BACA JUGA: Tegas! Meksiko Usir Anak Buah Kim Jong Un

’’Kita harus lebih kuat menekan Pyongyang agar menghentikan program nuklirnya,’’ kata politikus 53 tahun tersebut.

Johnson melanjutkan, jumlah pekerja DPRK alias Democratic People’s Republic of Korea (nama resmi Korut) di negara-negara UE tidak sedikit.

BACA JUGA: Semakin Genting, Korut Diprediksi Luncurkan Rudal Besok

Menurut Menlu Jerman Sigmar Gabriel, ada sekitar 300 pekerja Korut di UE. Mereka terpusat di Polandia. Selama ini, para pekerja itu rutin mengirim pendapatan mereka ke negara asal.

’’Pekerja asing itu merupakan salah satu sumber pendapatan besar DPRK,’’ ujar Johnson.

Hal tersebut dibenarkan Gabriel. Jerman meyakini bahwa pendapatan para pekerja asing itu juga dialirkan ke program nuklir, meski angka pastinya tidak diketahui.

Untuk menghentikan dukungan finansial secara tidak langsung, UE sepakat mengusir para pekerja Korut.

Saat UE mengusir warga Korut, Presiden Tiongkok Xi Jinping berusaha meyakinkan Presiden Prancis Emmanuel Macron agar menyelesaikan krisis nuklir Semenanjung Korea lewat dialog.

’’Kami banyak berharap kepada Prancis sebagai anggota permanen DK PBB. Kami ingin Prancis memainkan perannya dengan baik dalam membangun dialog,’’ tuturnya.

Kemarin, Xi melakukan perbincangan jarak jauh dengan Macron. Xi mengontak presiden tampan tersebut dari Beijing.

Sebelumnya, Xi juga menelepon Kanselir Jerman Angela Merkel. Topik yang dibahas sama, yaitu nuklir Korut.

’’Perlucutan nuklir Korut menjadi agenda yang kian mendesak,’’ ungkap salah seorang pejabat Beijing tentang percakapan Xi dan Merkel.

Bersama Rusia, Tiongkok lebih memilih jalur diplomasi untuk menghentikan nuklir Korut. Dua negara yang dikenal sebagai mitra bisnis Korut itu meyakini bahwa Kim Jong-un tidak akan mempan digertak.

Menurut Moskow, sanksi dan isolasi hanya membuat Semenanjung Korea kian tegang. Beijing pun demikian. Pemerintahan Xi yakin Korut makin nekat jika ditekan.

Kendati aktif mengimbau semua pihak yang berkonflik agar menyelesaikan krisis di meja perundingan, Tiongkok ternyata juga mendukung sanksi untuk Korut.

Namun, Beijing hanya mendukung sanksi-sanksi yang dijatuhkan DK PBB. ’’Tiongkok setuju dengan DK PBB bahwa Korut layak diganjar sanksi,’’ ucap Menlu Tiongkok Wang Yi. (AFP/Reuters/BBC/CNN/hep/c18/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bom Hidrogen Korut Bikin Gunung Mantap Amblas


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler