jpnn.com, JAKARTA - Uni Eropa memulai rangkaian Pekan Diplomasi Iklim (Climate Diplomacy Week) dengan kegiatan bersih-bersih bersama di Jakarta dan Bali pada Minggu (18/9).
Pekan Diplomasi Iklim merupakan bagian dari kampanye global guna menjalin kerja sama dan menginspirasi berbagai pihak untuk beraksi nyata bagi iklim.
BACA JUGA: Selat Taiwan Makin Mencekam, China Kumpulkan Dubes Negara G7 dan Uni Eropa
Peringatan ini berlangsung dari 18 September hingga 1 Oktober, dalam satu seri kegiatan yang mengangkat tema Hijau dan Biru untuk Iklim.
“Perubahan iklim adalah tantangan global terbesar pada masa ini. Kami melihat berbagai dampak perubahan iklim pada kehidupan setiap harinya, dan ini terjadi di seluruh penjuru dunia tanpa terkecuali,” ujar Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia H.E. Vincent Piket dalam siaran persnya, Minggu.
BACA JUGA: Kondisi Gas di Eropa Mengkhawatirkan, Harga Batu Bara Acuan Naik Lagi
Menurut dia, ketika membicarakan tentang aksi iklim tentunya tak lepas dari transisi menuju energi bersih, penciptaan lapangan kerja berwawasan lingkungan, dan mempromosikan ekonomi sirkular.
“Kami percaya bahwa aksi untuk iklim tak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, melainkan juga meningkatkan taraf hidup dan perekonomian masyarakat,” sambung dia.
BACA JUGA: Gelar Webinar, DPP Milenial Indonesia Membahas Krisis Energi Global
Vincent mengatakan untuk mengatasi perubahan iklim memerlukan kolaborasi antar seluruh pihak. Oleh karena itu, pihaknya tak henti menjangkau masyarakat Indonesia, terutama kaum muda.
“Tujuannya untuk merayakan dan mengambil bagian dalam aksi iklim,” kata dia.
Uni Eropa memulai rangkaian kegiatan Pekan Diplomasi Iklim dengan melakukan plogging-picking up litter and jogging atau memungut sampah sambil joging yang dilakukan pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor (CFD) di kawasan Sudirman-Thamrin Jakarta hari ini.
Kegiatan plogging sekaligus memperingati Hari Bersih-bersih Sedunia bertujuan untuk mengajak masyarakat makin peduli tentang pentingnya mengurangi plastik sekali pakai sebagai upaya pelestarian ekosistem laut yang memiliki peranan penting dalam menjaga planet bumi dan iklimnya.
Dalam kegiatan tersebut turut melibatkan perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, proyek kerja sama GIZ Rethinking Plastics, serta mitra komunitas World Cleanup Day Indonesia dan Plustik.
Pekan Diplomasi Iklim tahun ini dihadapkan dengan ancaman krisis energi global. Uni Eropa pun bakal memberi perhatian pada isu tersebut.
Selain itu, Uni Eropa juga sudah merumuskan sejumlah kebijakan yang komprehensif untuk mendukung percepatan transisi menuju energi terbarukan serta secara bertahap meninggalkan bahan bakar fosil.
Kebijakan itu tertuang dalam EU Green Deal atau Kesepakatan Hijau Uni Eropa dan Fit for 55. Paket kebijakan ini akan mengurangi emisi gas rumah kaca di Uni Eropa hingga 55 persen dan meningkatkan target efisiensi energi hingga 32,5 persen pada 2030.
Peran generasi muda menjadi salah satu fokus utama pada Pekan Diplomasi Iklim tahun ini, seiring dengan peringatan Tahun Pemuda Eropa 2022.
“Kami sangat terkesan dan terinspirasi oleh para pemuda dan masyarakat sipil di seluruh dunia yang telah menjadi penggerak aksi iklim,” kata Duta Besar Uni Eropa.
Pekan Diplomasi Iklim 2022 akan mencakup tiga tema, yakni aksi iklim, dan transisi energi bersih. Lalu pelestarian alam, lautan, hutan, dan keanekaragaman hayati. Kemudian kota berkelanjutan dan ekonomi sirkular.
Melalui kerja sama dengan beragam komunitas di Indonesia, Pekan Diplomasi Iklim 2022 akan menampilkan talk show interaktif, pemutaran film, kompetisi ide untuk pemuda, bersepeda kolektif, penampilan musik, dan berbagai kegiatan lainnya. (cuy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Raden Pardede Beberkan Penyebab Krisis Energi Global, Indonesia Harus Belajar
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan