Unika Atma Jaya Kukuhkan 2 Guru Besar di Bidang Statistik & Komunikasi

Jumat, 10 Maret 2023 – 13:19 WIB
Unika Atmajaya mengukuhkan dua guru besar, yaitu Prof. Dr. Dorien Kartikawangi dan Prof. Stanislaus S. Uyanto, Ph.D. Foto Humas Unika Atma Jaya 

jpnn.com, JAKARTA - Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya mengukuhkan dua guru besar, yaitu Prof. Dr. Dorien Kartikawangi dan Prof. Stanislaus S. Uyanto. 

Rektor Unika Atma Jaya Dr. Agustinus Prasetyantoko mengatakan dengan pengukuhan Prof. Dorien dan Prof. Stanislaus menambah jumlah anggota Dewan Guru Besar.

BACA JUGA: Unika Atma Jaya Beri Beasiswa untuk Putra-putri Flores Timur, Begini Harapan Uskup Larantuka

"Unika Atma Jaya sekarang memiliki menjadi 26 guru besar," kata Agustinus saat prosesi pengukuhan guru besar yang dipimpin Ketua Dewan Guru Besar Unika Atma Jaya Prof. Aloisius Agus Nugroho di Jakarta, Kamis (9/3).

Unika Atma Jaya mendorong para calon guru besar untuk mengakselerasi proses. Pada 2019 terdapat dua pengukuhan guru besar.

BACA JUGA: Unika Atma Jaya Mengukuhkan 2 Guru Besar Bidang Ekonomi dan Psikologi

Tahun 2020 terdapat empat pengukuhan guru besar, dan pada 2022 bertambah lima.

Pada tahun ini diproyeksikan ada 5 hingga 7 guru besar baru di lingkungan Unika Atma Jaya.

BACA JUGA: Menjelang Sumpah Pemuda, Atma Jaya Jakarta Meluncurkan Website Terbaru

“Dukungan penuh diberikan kepada calon guru besar, sebagai apresiasi atas upaya para calon guru besar untuk memajukan keilmuannya dan pendidikan tinggi," tutur Dr. Agustinus.

Pada orasi ilmiahnya Prof. Dorien mengemukakan pentingnya komunikasi dalam konvergensi simbolik dalam interaksi dan kolaborasi.

Dalam perjalanan karier akademiknya, Prof. Dorien telah mengembangkan dua model komunikasi yang menjadi perhatian dan dikembangkan akademisi lain.

Model collaborative social responsibility, merupakan model komunikasi oleh Prof. Dorien yang telah memeroleh hak kekayaan intelektual banyak digunakan oleh peneliti lain untuk mengembangkan kajiannya, dan oleh praktisi untuk menyusun strategi serta implementasi program komunikasi organisasi maupun perusahaannya.

Model kedua yang dikembangkan adalah Cross-cultural Communication Competencies Model yang merupakan hasil penelitian bersama Dr. Yohanes Temaluru dan Drs. Domi Dolet Unaradjan, M.A. pada 2015 dalam konteks komunikasi organisasi.

Model itu pertama kali dipresentasikan pada International Conference of Cross Cultural Communication di Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand.

Seiring dengan perkembangan lingkungan digital yang juga melahirkan budaya digital, model tersebut saat ini dalam proses pengembangan lebih lanjut.

“Kolaborasi lintas disiplin ilmu juga telah dilakukan dengan pembelajaran yang memperkaya pemahaman peran signifikan komunikasi dalam berbagai persoalan, utamanya ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan isu global, seperti perubahan iklim, lingkungan, serta keberlanjutan," tutur Prof Dorien dalam orasinya.

Konteks yang lebih makro juga diungkapkan mencakup peran komunikasi dalam memahami knowledge management secara lebih luas, social capital, dan social engineering untuk dapat menjelaskan interaksi rumit dan simpang siur di ranah digital dan tantangan etika yang menyertainya. 

Dia mengatakan ketersediaan big data sebagai bentuk jejak digital (digital trace), pentingnya analisis jaringan sosial dan komunikasi untuk meningkatkan partisipasi sosial (social participation) yang lebih positif, stakeholder mapping, pengelolaan isu, dan identifikasi krisis.

"Ini menjadi tren kajian komunikasi yang harus terus didalami untuk kontribusi solusi pada persoalan nasional dan global dengan tetap mendasarkan pada etika komunikasi dalam interaksi yang terjadi," terang Guru Besar ilmu Komunikasi dari Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya ini.

Dia menyoroti persoalan Equality, Diversity, dan Inclusion (EDI) yang memastikan keadilan penyelenggaraan dan kesamaan kesempatan bagi semua.

Prof. Dorien menekankan bagaimana peran sentral komunikasi dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang menjadi payung dari upaya penanganan isu global.

“Komunikasi dalam persoalan ini bertujuan untuk mengurangi, kalau tidak menghapus, kecurigaan, dan diskriminasi berbasis individual atau kelompok," tegas Prof. Dorien.

Di sesi orasi ilmiah kedua, Prof. Stanislaus mengingatkan kembali bagaimana perkembangan teknologi informasi saat ini semakin membawa ke dalam dunia VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous).

Simulasi Monte Carlo dapat menjadi alat yang berharga bagi organisasi untuk mengelola resiko dan membuat keputusan.

“Simulasi Monte Carlo dapat digunakan di keuangan untuk memodelkan dan menganalisis risiko portofolio, untuk mengestimasi potensi imbal hasil investasi, dan untuk menentukan alokasi aset yang optimal.” ungkap Prof. Stanislaus, guru  besar bidang Statistik dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Dalam manufaktur, ujarnya dapat digunakan untuk memodelkan dan mengoptimalkan proses rantai pasokan dan untuk mengevaluasi dampak perubahan jadwal produksi.

Simulasi Monte Carlo telah diaplikasikan dalam beberapa bidang, yaitu, keuangan dan investasi, energi terbarukan, manufaktur, fisika, kimia, lingkungan, transportasi, dan teknologi informasi.

“Dalam energi dan utilitas dapat digunakan untuk memodelkan dan menganalisis pola produksi dan konsumsi energi, untuk mengevaluasi dampak sumber energi baru, dan untuk merencanakan permintaan energi masa depan,” ucap Profesor dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unika Atma Jaya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hebohnya Atma Jaya Run 2022, Ada The Changcuters, Banjir Donasi Beasiswa 


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler