Perdana Menteri Scott Morrison mendukung rencana sejumlah universitas menjemput para mahasiswa asing yang kini masih berada di negara masing-masing untuk kembali kuliah di Australia.

Pemerintah sudah mengizinkan kedatangan mahasiswa asing mulai Juli mendatang.

BACA JUGA: Butuh Anak Muda untuk Menggebrak Pertanian Indonesia

Rencana tersebut diajukan oleh dua perguruan tinggi, yaitu Australian National University (ANU) dan University of Canberra (UC) dan telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Kawasan Ibukota Australia (ACT).

Sedikitnya 350 mahasiswa asing di ANU dan UC yang kini masih di luar Australia, akan dijemput dengan pesawat carteran.

BACA JUGA: Dexamethasone Selamatkan Pasien COVID-19 di Inggris, Obat Apa Itu?

Tiga tahapan pelonggaran di Australia
Pelonggaran aturan pembatasan pergerakan aktivitas di Australia akan dilakukan secara bertahap.

 

Laporan ABC News menyebutkan langkah ini akan menjadi percontohan bagi perguruan tinggi lainnya yang memiiki banyak mahasiswa asing.

BACA JUGA: Sejumlah Pastor di Australia Terima Tunjangan Untuk Pekerja, Gereja Minta Bagian

Kalangan perguruan tinggi telah melobi pemerintah agar mengizinkan para mahasiswa asing kembali ke Australia dengan tetap mengikuti prokotol kesehatan yang aman.

Keberadaan mahasiswa asing di universitas-universitas ternama di Australia sangat penting karena menyumbang 30 hingga 40 persen dari pendapatan tahunan mereka. Photo: Sejak pandemi COVID-19, ruang-ruang kuliah di perguruan tinggi kosong dan mahasiswa menjalani perkuliahan secara daring. (Unsplash: Nathan Dumlao)

 

Rektor University of Canberra, Profesor Paddy Nixon menyatakan langkah ini diperlukan untuk mencoba mengembalikan kepercayaan diri Australia dalam membuka kembali perbatasannya.

Ia mengatakan para mahasiswa asing akan diminta berkumpul di negara tertentu, mungkin di Singapura, untuk selanjutnya diterbangkan dengan pesawat khusus ke Canberra.

Mereka harus membayar tiket sendiri, namun biaya karantina hotel setibanya di Canberra akan ditanggung oleh pihak universitas.

Para mahasiswa selanjutnya akan dites COVID-19 pada tahap awal dan akhir masa karatina.

Selama dalam karantina mereka akan mendapat layanan akademis dan keagamaan.

Mahasiswa asing yang akan dijemput dipilih berdasarkan sejumlah kriteria, dengan mendahulukan mereka yang sudah berada di tahun terakhir perkuliahan.

Jika langkah ANU dan AC ini berhasil, maka selanjutnya akan dijadikan model bagi perguruan tinggi lainnya di Australia.

Menurut ketua asosiasi perguruan tinggi Universities Australia, Catriona Jackson, rencana menjemput mahasiswa asing ini masuk akal untuk dilaksanakan.

"Universities Australia telah berbicara dengan Pemerintah Federal mengenai kerangka kerja yang aman dalam mengembalikan para mahasiswa ini," katanya seperti dilaporkan ABC News.

Rektor ANU, Profesor Brian Schmidt berharap untuk menyambut kembali para mahasiswa tersebut di Canberra.

"Kami merindukan mereka semua dan sulit bagi mereka berada jauh dari kampus dan kota ini," katanya. Photo: Mahasiswa asing menyumbang sekitar 30 persen dari pendapatan perguruan tinggi ternama di Australia. (Sourced: Facebook)

 

Langkah dua perguruan tinggi di Canberra ini juga sudah dijajaki oleh Australia Selatan.

Negara bagian tersebut telah mengajukan rencananya ke Pemerintah Federal untuk menjemput 800 mahasiswa asing kembali kuliah di Adelaide.

Namun Pemerintah Federal menegaskan negara bagian harus terlebih dahulu membuka perbatasannya sebelum rencana ini dipertimbangkan. Australia Selatan, sebelum memutuskan baru akan membuka perbatasannya paling cepat 20 Juli.

Biro Statistik Australia memperkirakan sektor pendidikan tinggi negara ini menghasilkan pendapatan dari uang SPP mahasiswa internasional sebesar $15,9 miliar pada tahun ajaran 2018/19.

Sebagai dampak COVID-19, pendapatan seluruh perguruan tinggi di Australia akan turun $3 miliar tahun ini. Perbatasan Australia mungkin dibuka tahun 2021

Sementara itu Menteri Pariwisata Australia mengatakan perbatasan Australia kemungkinan akan ditutup hingga tahun depan.

Simon Birmingham mengatakan keputusan untuk tetap menutup perbatasan Australia adalah salah satu alasan utama keberhasilan Australia menekan penularan virus corona selama ini, karenanya tidak akan dicabut dalam waktu dekat.

"Saya juga sedih karena dalam hal perjalanan terkait wisata, baik yang masuk atau keluar Australia nampaknya masih akan jauh," kata menteri Birmingham kepada National Press Club.

Ketika ditanya apakah artinya perbatasan tidak akan terbuka sampai tahun depan, ia menjawab, "saya pikir itu lebih mungkin terjadi".

Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di Australia hanya di ABC Indonesia

BACA ARTIKEL LAINNYA... Satu Menteri Melbourne Dipecat dan Dua Mundur, Mengapa Terjadi Begitu Cepat?

Berita Terkait