jpnn.com, JAKARTA - Universitas Terbuka (UT) dipercaya menjadi host ASEAN Higher Education Conference (AHEC) Communique Webinar Series #7.
Terpilihnya UT karena melihat trackrecord-nya sebagai sebagai salah satu perguruan tinggi terbuka jarak jauh (PTTJJ) terbaik di level dunia.
BACA JUGA: Begini Strategi Subsektor Hortikultura Mengatasi Dampak Perubahan Iklim Global, Mantap!
AHEC Communique Webinar Series #7 ini mengambil topik mitigasi perubahan Iklim. Fokus isu pada topik ini adalah pendidikan mitigasi bencana alam, ketahanan lingkungan pesisir, teknologi mitigasi bencana alam, dan pengelolaan bahaya bencana alam.
Tercatat lima host dari AHEC Communique Webinar Series #7 yaitu Prof. Dr. Agung Dhamar Syakti, DEA -Rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Kepulauan Riau — Indonesia dengan judul "Government role in mitigating rising sea level: Insight from higher education community".
BACA JUGA: Diskriminasi Sawit Indonesia, Uni Eropa Mengklaim Lindungi Dunia dari Perubahan Iklim
Kemudian, Menteri Pembangunan Brunei Darussalam Yang Terhormat Dato Seri Setia Awang Haji Muhammad Juanda Bin Haji Abdul Rasyid, Prof. Pongruk Sribanditmongkol, M.D., Ph.D. - (Presiden Universitas Chiang Mai Thailand ).Rektor Universitas Studi Komputer, Yangon Myanmar Dr. Mie Mie Khin dan Dr. Bandung Sahari, Executive Vice President for Sustainability of PT Astra Agro Lestary Tbk (Indonesia).
Kelima host kompak mengatakan mitigasi perubahan iklim sangat penting. Perubahan iklim adalah salah satu tantangan global paling mendesak yang dihadapi bangsa saat ini.
BACA JUGA: Maksimalkan Teknologi Smart Farming untuk Menghadapi Perubahan Iklim
Rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Kepulauan Riau Prof. Dr. Agung Dhamar Syakti, DEA mengungkapkan perubahan iklim mengacu pada perubahan iklim bumi dalam jangka panjang. Terutama karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan, dan perubahan penggunaan lahan.
"Data dari sejumlah organisasi saintifik menunjukkan pola yang sama, yakni kenaikan muka air laut dan perubahan pada tanah, di mana kondisi tersebut dipicu aktivitas manusia dan perubahan iklim," ucapnya dalam AHEC Communique Webinar Series #7 yang dipantau lewat akun Universitas Terbuka TV di YouTube, Rabu (19/7).
Dia memaparkan perlu keterlibatan masyarakat dan stakeholder lainnya untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim. Selain melalui komitmen dan inisiatif lingkungan, yang bisa dilakukan melalui institusi pendidikan adalah turut melakukan edukasi kepada masyarakat dengan sumbangan pemikiran serta aksi nyata untuk mencegah dampak buruk perubahan lingkungan.
"Perubahan iklim bumi dalam jangka panjang akan berdampak pada kehidupan manusia terutama pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Hal ini disebabkan pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, serta alih fungsi hutan dan lahan," tegas ketua umum Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (ISOI) periode 2021-2024 ini.
ASEAN Higher Education Conference communique webinar series #7 diselenggarakan untuk mendiskusikan praktik terbaik yang dapat membantu Perguruan Tinggi ASEAN dalam meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan pengintegrasian transformasi digital ke dalam sistem akademik dan administrasi.
Kemudian, mengeksplorasi cara mempertahankan relevansi perguruan tinggi di tengah platform pembelajaran yang membayangi.
Selanjutnya mengembangkan kurikulum yang relevan dengan industri dan membangun kemitraan berkelanjutan dengan industri, dan terakhir memeriksa masalah etika yang terkait dengan penerapan teknologi baru.
Webinar ini menjadi bagian langkah para akademisi untuk mengembangkan studi dengan paradigma baru yang berfokus pada keberlanjutan masyarakat dan ketahanan masyarakat terhadap bencana khususnya dalam upaya memahami perubahan yang ditimbulkan oleh bahaya alam dan teknologi.
Sektor masyarakat yang terpinggirkan telah menjadi perhatian sehingga secara bertahap para pengambil kebijakan mengembangkan konsep kerentanan dan program mitigasi bahaya yang lebih canggih daripada yang diterapkan sebelumnya.
Rektor UT Prof. Ojat Darojat mengatakan membahas mitigasi perubahan iklim penting untuk mengatasi dampak negatif perubahan iklim, melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, mendorong stabilitas ekonomi, dan membina kerja sama internasional. Dengan membahas dan menerapkan langkah-langkah mitigasi perubahan iklim, kita dapat bekerja menuju masa depan yang lebih berkelanjutan untuk diri kita sendiri dan generasi mendatang.
Konferensi itu, kata Prof. Ojat selain mendiskusikan praktik terbaik yang dapat membantu perguruan tinggi ASEAN dalam meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan pengintegrasian transformasi digital, juga mengeksplorasi cara mempertahankan relevansi perguruan tinggi di tengah banyaknya platform pembelajaran.
“Juga mengembangkan kurikulum yang relevan dengan industri dan membangun kemitraan berkelanjutan dengan industri, memeriksa masalah etika yang terkait dengan penerapan teknologi baru," pungkas Prof. Ojat. (esy/jpnn)
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Mesyia Muhammad