UNPAD Paparkan Hasil Studi HTPL

Selasa, 29 September 2020 – 21:16 WIB
Tembakau kering yang menjadi bahan baku rokok. Foto/ilustrasi: Ara Antoni/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Produk Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HTPL) bisa berperan efektif dalam smoking reduction and smoking cessation karena profil risiko produknya yang berkurang secara signifikan dibandingkan dengan rokok.

Hasil kajian Pusat Unggulan Iptek Inovasi Pelayanan Kefarmasian Universitas Padjadjaran (PUIIPK UNPAD) ini disampaikan dalam webinar bertajuk Faktor Risiko Pengurangan Risiko HTPL untuk penerapan di Indonesia, Senin (28/9).

BACA JUGA: Pembatasan Penggunaan Produk Tembakau Alternatif Dinilai Langgar Hak Konsumen

Hasil penelitian tersebut merupakan kerja sama antara Universitas Padjadjaran dengan Center of Excellence for Harm Reduction (CoEHAR), University of Catania, Italia.

Rektor dari kedua universitas tersebut menandatangani MoU Penelitian Pengurangan Risiko. Selain studi, kerja sama tersebut juga menyepakati pendirian Pusat Unggulan Pengurangan Risiko di UNPAD, Indonesia.

BACA JUGA: Produk Tembakau Alternatif di Inggris Mendorong 20 Ribu Orang Berhenti Merokok

Antara kedua universitas tersebut, akan dilaksanakan rangkaian kegiatan riset, pertukaran mahasiswa, kajian dan studi, serta transfer knowledge mengenai pengurangan risiko, khususnya pada tembakau, guna memberikan informasi kredibel dan objektif kepada pemerintah, akademisi, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Terkait studi tersebut, Ketua Peneliti Auliya Suwantika memaparkan hasil positif yang ditemukan mengenai potensi HPTL untuk mengurangi risiko HPTL bagi perokok di Indonesia.

BACA JUGA: Sudah 94% Pasien Covid-19 di Pupuk Kaltim Selesai Isolasi Mandiri

“Kami melihat potensi pengurangan risiko bisa diterapkan untuk mengatasi angka prevalensi perokok dewasa di Indonesia yang mencapai 33,8 persen, seperti pada data Riset Kesehatan Dasar 2018. Kami meninjau produk HPTL seperti, e-cigarette (EC), tobacco heating system (THS) dan snus bisa berperan dalam smoking reduction dan smoking cessation. Secara umum, HPTL memiliki nilai risiko yang lebih kecil dibandingkan rokok,” tutur Auliya.

PUIIPK UNPAD menyimpulkan penggunaan HPTL juga memiliki risiko lebih kecil dalam hal kejadian tidak diharapkan atau adverse event (AE).

“Dari hasil studi penelusuran literatur secara sistematis yang telah dilakukan, nilai AE pada e-cigarette (EC), tobacco heating system (THS) dan snus lebih kecil dibandingkan dengan rokok konvensional,” kata Auliya.

“Dengan hasil studi ini, kami juga menyarankan adanya studi lanjutan yang lebih kompehensif agar dapat dijadikan sebagai science-based policy oleh pemerintah untuk menyusun kebijakan HPTL dan mendorong supaya masyarakat dapat beralih ke produk yang lebih rendah risiko,” sambung Auliya.

PUIIPK UNPAD juga memaparkan science-based policy dalam pengurangan risiko yang dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan dengan melakukan studi lanjutan yang lebih komprehensif seperti uji toksikologi, studi populasi, uji klinis dan uji eksperimen terkontrol secara acak.

Hal ini dilakukan agar regulasi mengenai pengurangan risiko HPTL dapat berdampak secara optimal.

“Kami berharap studi ini bisa menjadi langkah awal yang baik untuk memahami potensi manfaat dan profil risiko HPTL. Namun, agar HTPL bisa dilihat secara holistik, kami perlu mendorong terwujudnya lebih banyak riset klinis yang melibatkan pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan produktif,” tandas Ketua PUIIPK Unpad Irma Melyani Puspitasari.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler