Upacara Ngusaba Bukakak, Tradisi Penarik Wisman

Sabtu, 25 Februari 2017 – 13:38 WIB
Upacara Ngusaba Bukakak. Foto: Indo Pos

jpnn.com - jpnn.com - Menteri Pariwisata Arief Yahya terus berupaya mempromosikan Bali sebagai destinasi nomor wahid dunia.

Sebagai destinasi berbasis budaya, dia juga memopulerkan Upacara Ngusaba Bukakak.

BACA JUGA: Asyik! Dua Aktor Korea Tampan Bakal Syuting di Sumatera

Upacara itu bakal digelar warga desa Sangsit, Sawan, Kabupaten Buleleng pada 12 April 2017 mendatang.

Tradisi ini biasa dilakukan setiap dua tahun sekali.

BACA JUGA: Tips Seru Berwisata ke Pontianak

Kegiatan adat ini adalah perwujudan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah kesuburan yang telah diberikan dan berharap supaya hasil pertanian berikutnya melimpah.

“Buat wisatawan mancanegara, terutama yang berasal dari Eropa, tradisi seperti ini menarik perhatian mereka,” kata Arief.

BACA JUGA: Morotai Pede jadi Destinasi Kelas Dunia

Pernyataan itu diperkuat Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Agung Gede Yuniartha Putra.

"Betul, dahulu tradisi ini dilakukan hampir tiap tahun, akan tetapi karena keterbatasann dana Biasanya tradisi hanya dilaksanakan dua tahun sekali tepatnya pada bulan purnama sasih kedasa (bulan kesepuluh) pada kalender Hindu atau di bulan April pada penanggalan Masehi, ini menarik minat wisatawan dan sangat antusias disaksikan para pengunjung," jelas Agung.

Menurut dia, dalam rangkaian upacara ngusaba, anggota subak dan anggota desa secara gotong royong membuat Bukakak atau Kerangka Garuda berukuran raksasa setinggi empat meter untuk diarak.

Bukakak berasal dari kata Lembu dan Gagak, Lembu melambangkan Ciwa dan Gagak melambangkan Wisnu.

Bukaka sendiri diwujudkan sebagai seekor burung Garuda/Paksi yang di buat dari daun enau muda yang dalam bahasa lokal disebut ambu.

Sedangkan sarana untuk pelinggih/singgasana yang akan naik di atas garuda adalah seekor babi hitam pulus yang diproses menjadi dua warna yaitu Hitam sebagai warna bulu asli yang melambangkan Dewa Wisnu, separuh lagi warna putih melambangkan Dewa Ciwa.

Babi itu sendiri adalah simbul Dewa Sambu.

“Bukakak ini milik Jagat Bali Dwipa, baik Bali Utara dan Bali Selatan. Karena kebetulan bertempat di Bali Utara, ini kami khusus lakukan untuk Buleleng," jelasnya.

Agung menjelaskan untuk mengetahui ke mana Pura yang akan di tuju, beberapa hari sebelumnya telah dilaksanakan nuntun Ida Betara yaitu mohon petunjuk dengan jalan dialog secara supra naural oleh Jro Mangku.

Ratusan krama berpakaian adat putih dan bersaput merah kemudian mengarak sarad matah bukakak mengelilingi desa dengan diiringi tetabuhan gong baleganjur.

Akan tetapi, Kerama desa yang akan mengusung Bukakak hanya diperbolehkan bagi yang sudah dewasa, sedangkan yang masih tergolong remaja hanya boleh mengusung sarad atau jempana.

"Pengusung Bukakak berpakaian putih merah sedangkan pengusung Jempana berwarna putih kuning. Warna merah putih sangat sarat akan makna. Merah simbul darah dan putih simbul getah. Merah dan putih merupakan simbul kesatuan kehidupan semesta seutuhnya. Sedangkan putih kuning juga bermakna sangat dalam yaitu merupakan tunas-tunas kehidupan yang kelak tumbuh menjadi sempurna," bebernya.

Dia menjelaskan untuk biasanya aktivitas terkonsentrasi di desa Jaba Pura Pasek.

Terletak di sentral Desa, persis di pinggir jalan Raya Giri Emas-Singaraja.

Biasanya,sebelum arak-arakan dimulai diawali dengan menyucikan Ida Betara dan seluruh warga desa ke Pura Pancoran Emas.

Di pura ini dibagikan berkah berupa bija /beras kuning yang telah diberkahi sebagai bekal kekuatan secara gaib untuk siap menempuh perjalanan jauh dan melelahkan.

“Secara skala ini juga sebagai pertemuan krama-krama di desa, kebanyakan masyarakat Bali diperantauan akan pulang ke sini hanya ingin menikmati keberhasilan pertanian di sini. Tapi di sisi lain ada rasa cemas karena setiap tahunnya terjadi alih fungsi lahan pertanian di Buleleng,” tambahnya.

Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Wisata Nusantara, Esthy Reko Astuti, mengatakan Indonesia memang sangat luas dan kaya dengan potensi wisata budaya.

Bali sendiri boleh saja berbangga karena selama 12 tahun berturut-turut, Pulau Dewata tersebut menjadi terbaik sedunia oleh DestinAsian Readers Choice Award (RCA) award.

Itu semakin menambah kepercayaan dunia internasional terhadap kekuatan kepariwisataan Indonesia.

"Penghargaan ini akan menaikkan value Bali dan Wonderful Indonesia. Rasa kepercayaan diri ikutan naik. Semua lini jadi makin termotivasi untuk berbuat lebih hebat lagi," ucapnya.

Industri yang mendapatkan penghargaan atas pilihan pembaca majalah Destiny Asian adalah Alila Villas Uluwatu sebagai The Best Boutique Hotel, sedangkan COMO Uma Ubud berada di peringkat ke-5.

Ayana Spa sebagai The Best Hotel Spa ditemani oleh The Spa, Four Seasons Resort Bali at Jimbaran Bay di peringkat ke-3 dan beberapa resort lain di Bali juga mencatatkan prestasi gemilang.

Di sisi lain Maskapai Garuda Indonesia mendapatkan peringkat ke-3 sebagai Best Economy Class.

Sementara itu, peringkat ke-5 masing-masing pada kategori Best Airline dan Best Frequent Flyier Program.

Menurut Dinas Pariwisata Bali, pada tahun 2015 total jumlah wisatawan yang datang sebanyak 4.001.835.

Angka tersebut naik sebesar 22,5% pada tahun 2016 menjadi 4.904.175 orang.

Dengan kenaikan tersebut, Dinas Pariwisata Bali yakin daerahnya bisa ikut menyumbang jumlah wisman yang ditargetkan berkunjung ke Indonesia sebesar 20 juta wisman pada 2019.

Lima negara yang terbanyak datang ke Bali adalah wisatawan dari Australia berjumlah 106.642 (24,32 persen), Tiongkok berjumlah 80.251 (18,02 persen), Jepang berjumlah 24.963 (5,62 persen), Inggris berjumlah 21.407 (4,84 persen) dan Jerman berjumlah 20.417 (4,58 persen).(lis/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Lewatkan Festival Jaranan Buto Ya!


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler