jpnn.com, TUBAN - Memasuki awal tahun 2019, curah hujan tinggi menyebabkan tanaman cabai terserang banyak organisme pengganggu tanaman (OPT), seperti penyakit virus kuning, antraknosa dan lalat buah. Kendati demikian, Kementerian Pertanian (Kementan) telah jauh-jauh hari menyiapkan upaya preventif.
Kepala Sub Direktorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikulutura, Kementerian Pertanian (Kementan) Nadra Illiyina Chalid mengungkapkan, hingga saat ini virus kuning dan patek (antraknosa) masih menjadi penyakit utama tanaman cabai.
BACA JUGA: Panen Padi 2019 Diperkirakan akan Melimpah
Petugas POPT setempat telah merekomendasikan pengendalian dua penyakit serta lalat buah tersebut dengan penggunaan varietas tahan atau toleran. Petani dianjurkan untuk menggunakan benih yang berkualitas, cara pesemaian yang benar, penggunaan plastik mulsa hitam perak, eradikasi selektif pada tanaman terserang/sakit, pemasangan perangkap untuk mengurangi kutu kebul dan pemanfaatan musuh alami, aplikasi pestisida untuk kutu kebul.
"Serangan hama penyakit pada tanaman cabai sebenarnya dapat dikendalikan sedini mungkin, bila petani menerapkan pengendalian OPT cabai secara ramah lingkungan dengan menggunakan bahan pengendali OPT yang ramah lingkungan, menerapkan prinsip Pengendalian Hama Terpadu," jelas Nadra saat meninjau tanaman cabai di Tuban, Jawa Timur, Kamis (10/1).
BACA JUGA: Kementan Berhasil Meningkatkan Ekspor di Sektor Peternakan
Petugas POPT selalu mengajak petani mendahulukan pengendalian secara pre-emptif yang diintegrasikan dengan sistem budidaya tanaman. Selain itu diikuti pengendalian secara responsif berdasarkan hasil pengamatan di lapang.
“Yakni sejak perencanaan sampai panen, termasuk pemilihan lahan, bibit yang sehat, pemeliharaan intensif dan pemantauan secara rutin,” ucap Nadra.
BACA JUGA: Kementan Dorong Petani Berkiprah di Era Revolusi Industri
Secara terpisah Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf mengemukakan Kementan bersama jajaran Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) serta Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit(LPHP) atau Lab Agens Hayati terus mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi pengendalian OPT dengan menggunakan bahan dan sarana pengendali yang ramah lingkungan.
"Salah satunya dengan menggunakan likat kuning untuk pengendalian aphid yang menjadi vektor virus kuning, aplikasi trichokompos dimulai saat penyiapan lahan untuk menekan cendawan pengganggu tumbuhan,” ungkapnya.
“Harapannya, penerapan budidaya ramah lingkungan pada tanaman cabai semakin luas, sehingga mengurangi gangguan OPT,” pinta Sri Wijayanti.
Perlu diketahui, Kabupaten Tuban salah satu sentra produksi cabai di provinsi Jawa Timur khususnya di Kecamatan Montong dan Bancar. Daearh ini, tidak luput dari serangan penyakit utama seperti penyakit virus kuning, antraknosa dan lalat buah.
Penyakit-penyakit tersebut menyerang tanaman berumur 90 hingga 135 hari dengan luasan 6,5 hektar. Intensitas serangan dikategorikan ringan sampai dengan berat. Hal ini disebabkan petani cabai belum optimal menjalankan anjuran yang diberikan petugas lapang (POPT/PHP). (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Dorong Upsus Siwab untuk Tingkatkan Ekspor
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh