jpnn.com, JAKARTA - Deputi Bidang Bina Tenaga dan Potensi Pencarian dan Pertolongan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Abdul Haris Achadi menyebutkan terjadi cuaca ekstrem saat tim menggelar operasi SAR Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (12/1).
Bahkan, kata dia, tim menghadapi gelombang setinggi 2,5 meter saat operasi pencarian di perairan Kepulauan Seribu.
Dari situ, ujar dia, Basarnas mengembalikan KM Sarna ke pesisir dan menghentikan operasi SAR dari perairan Kepulauan Seribu.
"Kami terpaksa harus balik kanan, karena cuacanya dapat informasi di lokasi. Cuaca ekstrem sampai 2,5 meter, tinggi gelombang dan kami keluar 1,5 meter tinggi gelombang," ujar Haris ditemui di dermaga JICT 2, Jakarta.
BACA JUGA: Dompet Seorang Penumpang Sriwijaya Air Ditemukan Penyelam TNI AL, Ada Foto 2 Anaknya
Namun, dia menegaskan, penghentian operasi dilaksanakan sementara. Ketika cuaca mulai membaik, operasi SAR bakal kembali dilanjutkan.
"Untuk sementara ini berhenti dulu sambil lihat cuaca. Hanya sementara," sambungnya.
BACA JUGA: Sriwijaya Air SJ 182 Adalah Pesawat Tua, Sudah Beroperasi 27 Tahun
Sementara itu, Direktur Operasional Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) Brigadir Jenderal TNI Rasman mengatakan, operasi SAR Rabu ini juga mengerahkan lebih banyak ambulans dibandingkan sehari sebelumnya. Pada operasi Rabu ini, ambulans yang dikerahkan sebanyak 300 kendaraan.
"Kemudian ambulans bertambah, karena kemarin kami memang mendapatkan hasil banyak berkaitan dengan korban," ujar dia ditemui di dermaga JICT 2, Jakarta, Rabu.
Menurut Rasman, rencana operasi SAR Rabu ini terbagi menjadi enam sektor di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Rasman berharap, hasil operasi menghasilkan banyak temuan signifikan.
Terutama, kata dia, untuk menemukan kotak hitam berjenis cockpit voice recorder (CVR). Hingga saat ini, operasi SAR baru menemukan kotak hitam berjenis flight data recorder (FDR). (ast/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan