Update Terkini G20 dari BI, Konon Ada 3 Kabar Tak Sedap

Jumat, 22 April 2022 – 14:08 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani (kiri) bersama Gubernur BI, Perry Warjiyo (kanan). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) ke-2 G20 diwarnai kabar tak sedap akibat geopolitik dunia.

Hal itu terungkap dari pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang hadir dalam Presidensi G20 Indonesia di Washington D.C., Amerika Serikat.

BACA JUGA: Menkeu Sri Mulyani Sebut G20 Mendesak World Bank, Ada Apa?

Setidaknya Perry membeberkan tiga kondisi terkini dari diskusi antar negara G20, berikut:


1. Pemulihan ekonomi kompleks

Perry menjelaskan perang Rusia-Ukraina meningkatkan kompleksitas negara-negara G20 dalam memelihara pemulihan ekonomi global.

BACA JUGA: Ramai Aksi Walk Out di G20 Tingkat Menteri Keuangan, Begini Kata Menkeu Sri Mulyani

"Anggota G20 berbagi pandangan bahwa perang menghambat proses pemulihan global dan meningkatkan perhatian khusus tentang pasokan makanan dan energi," ujar Perry dalam Side Event G20, High Level Discussion yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat (22/4).

Eks Direktur Eksekutif International Monetary Fund (IMF) itu menilai negara-negara berpenghasilan rendah dan rentan pun terkena dampak.

BACA JUGA: Anggota G20 Rencanakan Aksi Boikot Rusia, Saatnya Indonesia Tegas

Pasalnya, negara itu sudah menghadapi tantangan antara lain ruang fiskal yang terbatas dan kerentanan yang ada akibat Covid-19.

"Anggota G20 dalam FMCBG G20 kedua menggarisbawahi peran penting G20 sebagai forum utama kerja sama ekonomi internasional untuk menghadapi tantangan ekonomi global yang beragam dan kompleks saat ini," bebernya.

2. Inflasi global serius

Perry Warjiyo menilai peningkatan inflasi kini menjadi masalah yang serius, terutama di negara berkembang dan negara pasar berkembang.

"Beberapa negara berkembang hanya ingin pulih dengan fiskal yang terbatas, serta beberapa negara berkembang memiliki masalah utang," ucap Perry.

Eks Asisten Gubernur untuk kebijakan moneter, makroprudensial dan internasional BI itu menyebut inflasi juga kini menjadi masalah di negara maju.

"Inflasi adalah dampak dari konflik Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung," kata Perry.

Menurut Perry, ketegangan geopolitik kedua negara menyebabkan tingginya harga komoditas, terutama harga energi dan makanan yang berdampak langsung kepada seluruh negara.

Selain inflasi, Perry menyebutkan dampak konflik kedua negara adalah melalui jalur perdagangan.

"Perang tentunya membuat masalah dalam rantai pasokan global serta membuat perlambatan pertumbuhan ekonomi global," ujar Perry.

3. Suku bunga acuan bank sentral memelesat

Perry mengungkapkan kekhawatiran tentang tekanan inflasi yang menyebabkan bank sentral berbagai negara mengubah kebijakan dan pengetatan likuiditas global lebih cepat dari yang diharapkan.

Alumnus UGM itu menyebut anggota G20mengintegrasikan kembali komitmen pada bulan Februari untuk melakukan exit strategy yang dikalibrasi dan direncanakan dengan baik.

"Dikomunikasikan dengan baik, untuk mendukung pemulihan dan mengurangi potensi dampak rambatan atau spillover," beber Perry.

Di sisi lain, dirinya menyampaikan para anggota G20 mengintegrasikan kembali komitmen untuk mendukung negara-negara yang rentan khususnya mereka yang berisiko mengalami kesulitan utang.

Negara-negara G20 pun menyambut baik dan mendorong lebih lanjut komitmen pendanaan USD 100 miliar dari negara-negara maju secara sukarela untuk negara yang membutuhkan dalam rangka penanganan perubahan iklim. (antara/mcr10/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler