jpnn.com, BOGOR - Para ahli dan pemangku kepentingan membahas dampak serangan Ganoderma pada industri sawit dan urgensi kebijakan nasional untuk pengendaliannya.
Pembahasan itu dilakukan pada acara 2nd Technical Meeting Roundtable Ganoderma Management (RGM) yang merupakan program kerja sama BPDPKS yang diadakan di IPB Convention Center, Bogor.
BACA JUGA: Pemerintah Kaji Ulang Regulasi Penghambat Program Replanting Sawit Pekebun Rakyat
Industri sawit merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia, memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan nasional melalui ekspor CPO.
Namun, ancaman serius seperti serangan Ganoderma dapat merusak produksi dan mengancam keberlanjutan industri.
BACA JUGA: Pemerintah Akan Tingkatkan Dana Replanting Sawit Menjadi Rp 60 Juta per Hektare
Penyakit busuk pangkal batang (BSR) yang disebabkan oleh Ganoderma telah menyebar luas, menurunkan produktivitas hingga 50% dan merugikan ekonomi nasional.
Penting bagi para pemangku kepentingan untuk mengambil langkah strategis dalam pengelolaan dan penelitian guna memastikan keberlanjutan industri sawit Indonesia.
BACA JUGA: Petani Sawit di Kalbar Adopsi Pola Kemitraan Petani dan PTPN IV Regional 3 Riau
Founder dan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung menekankan, Indonesia dan minyak sawit dapat terus menjadi pemimpin pasar minyak nabati.
"Namun, ini tergantung pada bagaimana kita mengelola tantangan seperti penurunan citra, substitusi produk, perubahan iklim, dan serangan Ganoderma," kata Tungkot Sipayung.
Penurunan produktivitas diakibatkan penyakit Ganoderma, menurut Tungkot perlu adanya kebijakan dan gerakan nasional pengendalian Ganoderma kebun sawit sebagai bagian kebijakan dan pembiayaan publik yang perlu mendapatkan dukungan alokasi dana khusus dari dana sawit BPDPKS.
Kepala Penelitian & Pengembangan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Dwi Asmono menambahkan, penanganan Ganoderma yang tidak efektif dapat membuat perkebunan sawit di Sumatera rentan pada 2050.
"Ini telah menjadi masalah nasional yang memerlukan perumusan kerangka penelitian nasional yang komprehensif," tuturnya.
Menurut Dwi, perlu adanya Pendekatan Pengelolaan Ganoderma Terintegrasi (IGM) yang meliputi pencegahan penyakit, meminimalkan insiden penyakit, menunda infeksi Ganoderma, dan memperpanjang masa produktif kelapa sawit.
Para ahli sawit dalam acara itu menekankan pentingnya kerangka penelitian komprehensif yang melibatkan pemahaman prinsip-prinsip tradisional, manajemen penyakit, dinamika epidemiologi, strategi pengembangan, penggunaan alat bantu komputasi, pendekatan non-kimia, dan kolaborasi tim interdisipliner. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh