jpnn.com - jpnn.com - Jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kaltim rupanya menurun. Ada beberapa tahapan untuk meningkatkan jumlah tersebut, namun perlu keseriusan.
Terlebih, untuk menciptakan komoditas dari bisnis mikro yang layak ekspor.
BACA JUGA: Moeldoko tak Kenal Lelah Majukan Pertanian dan UMKM
Pengamat Ekonomi dari Universitas Mulawarman Aji Sofyan Effendi menilai, penetrasi produk UMKM di Kaltim ke pasar internasional masih sangat rendah.
Hasil observasi data Pusat Studi ASEAN Unmul bersama Disperindag kota/kabupaten se-Kaltim pada tahun lalu, sejak 2013, jumlah UMKM di Kaltim terus menurun.
BACA JUGA: BRI Sukses Salurkan KUR Rp 69,5 Triliun
Khusus untuk usaha mikro, turun rata-rata 46 persen setiap tahun. Sedangkan usaha kecil berkurang 291 persen.
Pada 2013, observasi tersebut mencatat, di Kaltim terdapat 20.689 usaha di kualifikasi mikro.
BACA JUGA: Pelaku UMKM Tuding Pemerintah tak Perhatikan Rakyat
Jumlah itu, berkontribusi 0,72 persen terhadap jumlah usaha di segmen ini, secara nasional.
“Tahun 2014, ada 15.866 usaha, dan kontribusi terhadap nasional turun jadi 0,49 persen. Masuk 2015, turun lagi jadi 11.084 usaha, dengan kontribusi yang hanya 0,33 persen terhadap jumlah usaha secara nasional,” ujarnya kepada Kaltim Post, Kamis (26/1).
Hal itu, terang Sofyan, berbanding terbalik dengan data dari berbagai stakeholder yang menangani UMKM.
Sebab, beberapa sumber, termasuk data pemerintah, hanya mencatat jumlah UMKM dari sisi penerbitan izin.
Sofyan menilai, Kaltim masih bisa mendorong potensi komoditas UMKM. Termasuk yang berorientasi ekspor.
Daerah ini, jelas dia, bisa fokus pada industri olahan potensial, antara lain makanan atau minuman.
“Cara mengawal potensi itu, bisa dimulai dari alokasi kredit bank. Harus dipastikan, apakah nasabah benar-benar menggunakannya untuk modal usaha, bukan untuk keperluan konsumtif,” bebernya. (ctr/man/k8)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Syarat Koperasi Bisa Jadi Penyalur KUR
Redaktur & Reporter : Ragil