Usai Sowan ke Pangeran Muhammad, Hariri Diboyong ke Prancis

Jumat, 17 November 2017 – 08:55 WIB
PM Lebanon Saad Hariri. Foto: Reuters

jpnn.com, BEIRUT - Kepulangan mantan Perdana Menteri (PM) Lebanon Saad Al Hariri dari Arab Saudi akhirnya menemui titik terang. Dia telah menerima tawaran Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Rabu malam (15/11) untuk berkunjung ke Paris.

Setelah kunjungan tersebut, dia akan bertolak pulang ke Lebanon. Rencana itu disambut baik oleh Presiden Lebanon Michel Aoun. Artinya, misteri tentang mundurnya Hariri yang diumumkan pada Sabtu dua pekan lalu (4/11) dari Riyadh, Arab Saudi, bakal terungkap.

BACA JUGA: Raja Salman Segera Lengser, Pangeran MBS Mau Gandeng Israel

’’Kami berharap krisis berakhir dan keputusan PM Hariri menerima undangan untuk berkunjung ke Prancis bisa membuka pintu solusi,’’ cuit Aoun di akun Twitter-nya kemarin, Kamis (16/11).

Aoun yang pernah menduga Hariri ’’diculik’’ Saudi mengungkapkan, Hariri tiba di Paris bersama keluarganya besok, Sabtu (18/11). Dia akan tinggal selama beberapa hari sebelum kembali pulang ke Lebanon.

BACA JUGA: Dua Tahun Tragedi Crane Maut, Apa Kabar Janji Raja Salman?

Anggota Future Movement Party Okab Sakr mengungkapkan, PM ke-33 Lebanon tersebut sangat mungkin lebih dulu berkeliling Eropa dan negara-negara Arab untuk menjelaskan posisi dan kondisi Lebanon saat ini.

Hariri menyatakan mundur lewat Future TV pada Sabtu (4/11) saat berada di Riyadh, Arab Saudi. Sejak saat itu, dia belum pulang. Aoun tidak menerima pengunduran diri tersebut, kecuali Hariri datang langsung dan menjelaskan alasannya.

BACA JUGA: Kesabaran Habis, Presiden Lebanon Sebut Saudi Pelanggar HAM

Pada Minggu malam (12/11), Hariri menyebut bakal pulang dalam 2–3 hari, tetapi tidak terjadi. Saling tuding antara Lebanon dan Saudi pun tidak terelakkan. Lebanon menuduh Saudi menahan Hariri. Di pihak lain, Saudi menolak mentah-mentah tudingan tersebut.

Prancis menjadi negara pertama yang memecah kebuntuan diplomasi kedua negara. Macron bahkan berkunjung mendadak ke Saudi pada Kamis (2/11) setelah membuka Museum Louvre Abu Dhabi. Kemarin Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian juga dijadwalkan bertemu dengan Hariri.

Le Drian sehari sebelumnya bertemu dengan Putra Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman. Prancis ingin menekankan pentingnya menghindari intervensi dan menghargai prinsip kedaulatan negara.

Stabilitas Lebanon menjadi perhatian utama Prancis. Banyak pihak yang menilai Saudi akan menjadikan Lebanon sebagai lahan perang proxy dengan Iran, sama halnya seperti Yaman.

Prancis pernah menjajah Lebanon. Karena itulah, negeri yang terkenal dengan Menara Eiffel tersebut merasa memiliki kedekatan dengan negara yang dipimpin Aoun itu.

Di luar alasan tersebut, selama ini pemerintah Prancis memang dekat dengan keluarga Hariri. Sama dengan Lebanon, Prancis tidak mengakui pengunduran diri Hariri. Karena itu, mereka tetap menyebutnya dengan PM.

’’Setelah berdiskusi dengan Putra Mahkota (Saudi) Pangeran Mohammad bin Salman dan PM Lebanon Saad Al Hariri, Presiden (Macron) mengundang Saad Al Hariri dan keluarganya ke Prancis,’’ bunyi pernyataan dari Istana Élysée.

Rumor dan tudingan langsung beredar pasca tawaran Prancis kepada Hariri. Sebab, pernyataan resmi Prancis seakan menegaskan bahwa Hariri memang ditahan Saudi.

Sebab, untuk mengundang Hariri, mereka harus berdiskusi dulu dengan Muhammad bin Salman. Seolah-olah Hariri tidak berhak memutuskan sendiri.

Prancis, tampaknya, sengaja menulis bahwa undangan itu juga diperuntukkan keluarga Hariri. Muncul dugaan bahwa keluarga Hariri selama ini disandera sehingga tidak bisa meninggalkan Riyadh.

Sebelumnya, Hariri pernah mencuit di akun Twitter-nya bahwa dirinya khawatir dengan keselamatan keluarganya.

Bukan hanya itu, Prancis juga ditengarai menawarkan diri sebagai tempat pengasingan bagi Hariri. Macron langsung membantahnya.

Dia menegaskan hanya mengundang Hariri untuk tinggal selama beberapa hari. Klarifikasi Macron itu justru membuat publik kian curiga. Ada dugaan undangan tersebut disengaja untuk mengeluarkan Hariri dan keluarganya dari Saudi.

Pada hari yang sama dengan undangan Prancis, Bahaa membuat pernyataan publik untuk kali pertama. Kakak Saad Al Hariri itu berterima kasih kepada Saudi atas dukungan selama beberapa dekade terhadap Lebanon.

Bahaa menyebut bahwa Hizbullah dan Iran memang ingin mengambil alih Lebanon. Bahaa seakan menunjukkan bahwa dirinya siap menjadi ujung tombak Saudi untuk memerangi Hizbullah dan Iran.

Hariri diduga ditahan Saudi gara-gara menolak membuat pernyataan serupa. Hariri khawatir negaranya bergolak lagi. Dia baru mengkritik Hizbullah secara hati-hati setelah berada di Saudi dan mundur dari jabatannya.

Bahaa adalah orang yang digadang-gadang Saudi untuk menggantikan Hariri. Namun, Future Movement menolaknya. (Reuters/The New York Times/Al Jazeera/sha/c14/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Makin Panas, Lebanon Terancam Di-Qatar-kan Saudi Cs


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler