USD Dorong Akademisi Berperan Aktif dalam Dinamika Politik Indonesia

Kamis, 21 Desember 2023 – 22:08 WIB
Ki-Ka: Rektor USD Albertus Bagus Laksana SJ, Ph.D, bersama para pembicara: Dr. Haryatmoko SJ, Dr. Arie Sudjito, Aria Bima dan moderator, Paulus Sarwoto Ph.D. Foto dok. USD

jpnn.com, JAKARTA - Universitas Sanata Dharma (USD) mendorong perguruan tinggi dan akademisi ikut berperan dalam dinamika politik Indonesia.

Dorongan tersebut terungkap dalam seminar ilmiah dosen dengan tema 'Peran Perguruan Tinggi dan Akademisi dalam Dinamika Politik Indonesia Kini' baru-baru ini.

BACA JUGA: USD Gelar LLTC ke-10, Perubahan Paradigma Pembelajaran Bahasa Inggris

Seminar yang dimoderatori Paulus Sarwoto, Ph. D. (Magister Kajian Bahasa Inggris), ini mengundang tiga narasumber, yakni Dr. Arie Sudjito, S.Sos., M.Si (Sosiolog dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Pengabdian Masyarakat UGM), Dr. Johannes Haryatmoko, SJ (Dosen Magister Filsafat Keilahian USD), dan Aria Bima (Wakil Ketua Komisi VI DPR R1 2019-2024) 

Rektor Universitas Sanata Dharma Albertus Bagus Laksana, SJ, SS, Ph.D, mengungkapkan kegiatan ini menjadi rangkaian acara Dies Natalis ke-68 USD sekaligus bentuk keprihatinan kampus dan akademisi terhadap dinamika politik yang berkembang.

BACA JUGA: Mahasiswa Kurang Berminat ke Politik, Anies: Jangan Apatis

Dia menilai dinamika politik dalam kaitannya dengan pemilu akhir-akhir ini menunjukkan pelbagai macam kejutan seperti arah politik yang diarahkan ke kepentingan yang sangat sempit dan kepentingan keluarga dengan memakai jalur-jalur fundamental konstitusional. 

"Semoga seminar ini bisa menjadi media untuk ikut berwacana di simpang jalan kritis demi menentukan bangsa ini ke depannya, menyambut Indonesia Emas 2045,” ungkap Romo Bagus dalam pernyataannya dikutip Kamis (21/12).

BACA JUGA: Bambang Mendukung Pesan Prabowo untuk Mewaspadai Praktik Politik Uang

Pada kesempatan sama, Arie Sudjito mengatakan peran kampus adalah sebagai institusi penggerak dan pengawal demokrasi, menuntut perguruan tinggi merumuskan masalah bersama. 

Kolaborasi penelitian dan publikasi akademis lintas-perguruan tinggi, membangkitkan kedaulatan produksi pengetahuan dalam negeri dan membangun mazhab kritis bersama, memperkuat publikasi dalam negeri bertaraf internasional, tidak semata melayani publikasi internasional di negara lain.

"Dengan adanya publikasi dan penelitian dan gagasan kritis kolaboratif ke dalam ruang publik kita bisa mengawal demokrasi dan mencegah otokrasi.” ungkap Arie yang menjadi pembicara pertama.

Sementara itu, Johannes Haryatmoko menyampaikan pentingnya penguatan demokrasi melalui upaya menciptakan masyarakat yang kompeten.

Menurutnya, demokrasi Indonesia saat ini tidak sehat. Pasalnya, tingkat keterpilihan di masyarakat sangat bergantung dengan politik transaksional. 

Di sisi lain, partisipasi juga sangat lemah karena kedaulatan hanya menutupi realitas pertarungan kekuasan di antara kelompok tertentu dan partai politik. 

“Uang jadi penentu sehingga rentan terhadap praktik korupsi di semua lini. Maka perlu usaha penguatan demokrasi dengan menciptakan masyarakat yang kompeten, yang punya sikap politik berdasarkan informasi yang memadai, menyadari hak dan kewajibann,” paparnya.

Haryatmoko berpendapat tatanan masyarakat yang kompeten dapat diwujudkan melalui beberapa cara dengan metode kartu pelaporan warga, seperti tentang tingkat kepuasan kinerja atau memberikan indikasi adanya perilaku koruptif serta mendesain standar kinerja. 

“Membentuk masyarakat yang kompeten memang sulit karena tidak hanya berhenti dalam diskusi, tetapi harus dilaksanakan sehingga bisa berpartisipasi aktif untuk penyelenggaraan pemilu yang baik,” tuturnya.

Wakil Ketua Komisi VI DPR R1 2019-2024 Aria Bima mengajak para peserta untuk melihat kembali bahwa politik tidak bisa dilihat hanya dari orientasi politik praktis. 

Perguruan tinggi perlu mempunyai orientasi politik, karena politik merupakan suatu jalan mulia menuju kekuasaan yang mampu mewujudkan tatanan yang ideal. Demokrasi melalui pemilihan umum, masih merupakan tatanan yang ideal, yang paling pas saat ini.

"Memang belum sempurna, dan di situlah peran perguruan tinggi serta para akademisi untuk berkontribusi menjalankan fungsi," ucapnya.

Acara ini mendapat tanggapan baik dari para dosen USD karena kontekstual dan aktual dalam situasi saat ini.

Agustinus Tri Kristanto, salah satu pengajar di Program Studi Akuntansi menilai seminar ini sangat berguna bagi para pengajar karena membuka cakrawala baru. 

"Seminar ini memberikan banyak pandangan tentang politik karena sebagai warga negara harus berpolitik secara sehat dan tidak apatis” ungkap Agustinus.

Hal senada juga diungkapkan oleh Catharina Brameswari, dosen Program Studi Bahasa Inggris. Apa yang didapatkan hari ini tentu bisa menjadi referensi bahan mengajar di fakultas. 

"Saya dari Fakultas Sastra, ke depannya bisa mencoba mengaitkan isu-isu yang ada dalam sastra dengan isu-isu dalam politik dan ini tentu menjadi suatu pandangan baru bagi mahasiswa” pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler