jpnn.com, JAKARTA - Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah 13 poin atau 0,08 persen.
Mata uang Garuda berada di posisi Rp 15.331 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.318 per USD.
BACA JUGA: Kurs Rupiah Ngeri-Ngeri Sedap, Diprediksi Bisa Makin Gila
Rupiah masih tertekan ekspektasi pengetatan moneter yang agresif oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed).
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah masih berpeluang tertekan hari ini terhadap USD.
BACA JUGA: Rupiah Hari Ini Ambyar, USD Tembus Rp 15.318
"Faktor-faktor yang menekan rupiah masih sama seperti kemarin yaitu ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif hingga akhir tahun ini karena bank sentral AS lebih memprioritaskan pengendalian inflasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi," ujar Ariston di Jakarta, Selasa (11/10).
Menurut Ariston, pengetatan moneter The Fed menyebabkan selisih atau spread tingkat imbal hasil antara aset rupiah dan aset USD menipis sehingga memberikan tekanan ke rupiah.
BACA JUGA: Setahun Merger, PT Pelindo Bisa Hemat Ratusan Miliar Rupiah, wow
Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS terutama tenor 10 tahun yang kembali naik mendekati angka empat persen mengindikasikan ekspektasi pasar yang masih besar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif.
"Selain itu, bayang-bayang resesi global mendorong pelaku pasar mengalihkan sebagian asetnya ke aset aman di USD," kata Ariston.
USD menguat karena investor memperkirakan data inflasi pekan ini kemungkinan akan menunjukkan bahwa tekanan harga tetap tinggi di ekonomi terbesar dunia itu.
Data AS yang akan dirilis pada Kamis (13/10) diperkirakan menunjukkan inflasi akan mencapai 8,1 persen (yoy) September, turun dari 8,3 persen (yoy) pada Agustus. Namun, inflasi inti diperkirakan meningkat menjadi 6,5 persen (yoy) dari bulan sebelumnya 6,3 persen (yoy).
Presiden Fed Chicago Charles Evans mengatakan inflasi jauh lebih persisten daripada yang diperkirakan oleh bank sentral AS. Namun dia mencatat bahwa The Fed mungkin masih dapat menurunkan inflasi tanpa kenaikan tajam dalam pengangguran dan tanpa mendorong ekonomi ke dalam resesi.
Data AS Jumat (7/10) menunjukkan pengangguran secara tak terduga turun dan ekonomi menambahkan lebih banyak pekerjaan daripada yang diperkirakan pada September.
Hal itu mendorong imbal hasil obligasi karena para pedagang meningkatkan taruhan mereka bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada November keempat kalinya berturut-turut.
"Rupiah hari ini akan bergerak di kisaran level Rp 15.280 per USD hingga Rp 15.350 per USD," ujar Ariston.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul