jpnn.com - JAKARTA - Siswa SMP Binus School Simprug, Evan Felix Santoso berhasil mengharumkan nama Indonesia.
Pelajar kelas VIII ini berhasil memenangkan kompetisi Imagine Cup Junior (ICJ) 2022 yang diselenggarakan oleh Microsoft Indonesia.
BACA JUGA: Dukung Transformasi Pendidikan, Binus Beri Penghargaan Lintas Kategori
Bersama dengan ribuan remaja lainnya dari berbagai belahan dunia, Evan dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) menjadikannya satu-satunya wakil Indonesia di antara 10 pemenang kompetisi tersebut dengan membawa konsep Sea Waste Scavengers.
Siswa yang bercita-cita mendesain mobil dengan teknologi AI itu menyisihkan ribuan remaja lainnya dari seluruh dunia.
BACA JUGA: Wow Banget, Binus University Kukuhkan 6 Guru Besar dalam Seminggu, Ini Daftarnya
Melihat potensi yang dimiliki muridnya, Nikhil Loyola Dsouza, guru science di Binus School Simprug telah berhasil mendorong dan membimbing Evan untuk mengikuti kompetisi ini dari awal hingga akhir.
“Saya telah melihat potensi yang dimiliki Evan, sehingga saya mendorong Evan mengikuti kompetisi ICJ," kata Nikhil Loyola Dsouza dalam media gathering di Binus School Simprug, Jakarta,Jumat (2/9).
BACA JUGA: Info Terbaru dari Irjen Dedi, Ferdy Sambo & Putri Candrawathi, Siap-siap ya
Sejak awal Nikhil optimistis Evan bisa mengembangkan konsep Sea Waste Scavengers ini serta menjadi salah satu yang terbaik di dalam kompetisi ICJ.
Sebab gagasan seperti ini mampu memecahkan tantangan di abad ke-21 dan bisa diterapkan di banyak negara di seluruh dunia.
"Saya berharap prestasi Evan menjadi inspirasi bagi banyak generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan di sekitanya," ujar Nikhil.
Evan menceritakan Nikhil yang menyarankannya ikut kompetisi tersebut. Setelah sedikit berpikir dan memberi semangat, siswa yang baru di usia 13 tahun diizinkan orangtuanya menggunakan gawai itu pun bergabung dengan ICJ.
"Sejak saat itu, Pak Nikhil memimpin pelatihan untuk ICJ dan mengajari kami tentang aturan, mekanik, dan bagaimana membuat presentasi yang efektif dan solusi kreatif," terangnya.
Teknologi AI ini, lanjut Evan, diimplementasikannya di kapal listrik bertenaga air dan surya guna melacak, menemukan serta mengambil sampah plastik yang ada di lautan.
Dia berharap inovasi ini mampu menginsiprasi generasi muda lainnya untuk memiliki kepekaan terhadap pencemaran laut, sehingga kehidupan laut menjadi terjaga kebersihan dan keindahannya.
Pada kesempatan sama Kepala Sekolah Binus School Simprug Isaac Koh mengungkapkan prestasi Evan melalui kompetisi ini merupakan salah satu bentuk komitmen sekolah dalam menerapkan shared values dan personal excellence.
Artinya, bagaimana menularkan ilmu pengetahuan kepada sesama serta mengembangkan citra diri yang positif dan inovatif.
Sementara itu, Presiden Binus School Education Michael Wijaya menegaskan sebagai institusi pendidikan, Binus tidak hanya fokus di bidang akademik.
Namun, hal terpenting yang harus ditautkan kepada para siswa adalah bagaimana caranya untuk memaksimalkan diri melalui potensi dan karakter yang sudah dimiliki agar bisa berguna bagi sesama serta lingkungan di sekitarnya.
Semangat fostering dan empowering sebagai komunitas Binus School terarah pada pengembangan siswa dengan tujuan utama membangun karakter teladan, mendukung pembelajaran yang inovatif serta membina kepemimpinan yang penuh kasih.
"Kami juga menawarkan pengembangan individu berwawasan lokal dan internasional yang menunjukkan keteguhan dan ketekunan di era globalisasi yang makin penuh tantangan," tutur Michael Wijaya.
Lidya Sompotan, Ibunda Evan, menceritakan bagaimana mendidik anaknya sehingga berprestasi di tingkat dunia. Selama 13 tahun, Lidya tidak membolehkan anak satu-satunya itu memegang ponsel.
Evan baru memegang ponsel saat duduk di kelas VIII. Itu pun hanya untuk komunikasi dengan Ibunya saat antar jemput.
Meski tidak memegang ponsel, Lidya yang juga piawai di bidang IT, membekali Evan dengan kemampuan teknologi AI.
Evan yang senang dengan teknologi AI untuk mobil makin terasah kemampuannya dengan bantuan guru-gurunya di Binus School Simprug.
"Dua tahun belajar online membuat kemampuan anak saya di bidang AI makin terasah. Puji Tuhan, Evan memenangkan kompetisi ICJ," pungkas Lidya Sompotan. (esy/jpnn)
Redaktur : Soetomo Samsu
Reporter : Mesyia Muhammad