Usia 26 Tahun Sudah Berpenghasilan Rp 9 Miliar Lebih

Senin, 28 April 2014 – 12:41 WIB
Merry Riana yang sukses menjadi miliarder di usia muda. Foto: Indopos/JPNN.com

jpnn.com - Muda dan sukses, dua kata tersebut sangat melekat pada perempuan yang biasa disapa Miss Merry itu. Nama Merry Riana kini dikenal sebagai motivator handal. Kesuksesan yang diraih bukanlah tanpa perjuangan. Namun perjuangannya tersebut kini menjelma menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat. Bagaimana ceritanya?

DEWI MARYANI

BACA JUGA: Raska, Tukang Tambal Ban yang Terpilih sebagai Anggota DPRD Subang

WANITA kelahiran Jakarta, 29 Mei 1980 ini dilahirkan dari keluarga sederhana, dengan ayah pebisnis dan ibu yang hanya ibu rumah tangga. Selepas SMA, Merry yang bercita-cita jadi insinyur teknik berencana melanjutkan studinya ke Universitas Trisakti mengambil jurusan Teknik Elektro.

Namun, saat itu Indonesia, terutama Jakarta sedang tidak kondusif, dengan adanya kerusuhan 1998, orang tua Merry khawatir jika anaknya harus melanjutkan studi di Jakarta. Dan jadilah dia dikirim ke Singapura untuk melanjutkan kuliah di sana. Di Singapura, Merry melanjutkan pendidikan di Nanyang Technological University (NTU) mengambil jurusan Electrical and Electronics Engineering (EEE).

BACA JUGA: Ke Jakarta, Cesar Millan Berbagi Pengalaman Pelihara Anjing

Namun langkahnya tidak mulus. Tidak mempunyai persiapan yang cukup untuk studi di luar negeri ternyata gagal pada tes bahasa asing nya. Ditambah lagi dengan keadaan keuangan keluarga yang minim memaksanya untuk memutar otak mencari tambahan biaya hidupnya di sana. ”Bahkan untuk minum saya minum air keran karena air ke masan harganya mahal,’’ ujarnya.

Merry pun sempat mencari pinjaman uang untuk hidup sehari-hari. Tidak hanya itu, beberapa pekerjaan sampingan pun seperti penyebar pamflet, penjaga kios hingga menjadi pelayan di hotel harus dia jalani untuk terus bertahan sana. Titik balik kehidupannya terjadi pada Juli 2001. Masih berstatus mahasiswa tingkat tiga, Merry sedang magang di perusahaan elektronik Micron Semiconductor.

BACA JUGA: Kecintaan pada Kentang yang Membuahkan Emas

”Saat di MRT saya membaca sebuah artikel yang berjudul ‘He Made His Million at 26’. Saat itu saya berpikir, usianya tidak jauh beda dengan saya. Bagaimana bisa dia mencapai uang sebanyak itu di usia semuda itu?,’’ ujarnya. Artikel tersebut pun dia bahas bersama sang ke kasih, yang kini menjadi suaminya, Alva Tjenderasa.

Untungnya Alva mendukung keinginan kekasihnya tersebut. Artikel tersebut masih terngiang didirinya saat ibu dua anak ini menjalani magang di Micron Semicon duc tor. ”Saya menanyakan ke atasan saya berapa lama mereka bekerja. Ada yang bekerja selama 20 tahun dan hanya mendapatkan promosi dua kali,’’ ucapnya.

Dari jawaban atasannya tersebut, Merry pun berhitung. ”Saya menggunakan logika. Kalau bekerja di perusahaan, dengan gaji 2500 dolar Singapura (SGD), dipotong pajak, bersihnya sekitar 2 ribu dolar, untuk biaya hidup sekitar se ribu dolar. Sisa seribu belum memberi ke orang tua, membayar utang-utang. Penghasilan ini amat sangat berbeda dengan impian saya.

Hal itulah yang membuka pikiran saya tapi saat itu saya tidak tahu harus ngapain,’’ tukas peraih penghargaan StarClub President itu. Setelah berdiskusi dengan Alva, Merry merasa hanya ada dua pilihan dalam hidup. ”Satu, mengerjakan seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang-orang. Aku akan lulus kuliah lalu bekerja kantoran.

Mungkin mimpiku nggak bisa langsung tercapai dengan cepat. Aku nggak bisa seambisius seperti itu. Aku harus merendahkan mimpiku. Dua, tetap berpegang teguh dengan mimpiku, bahwa aku ingin mencapai kebebasan finansial di usia muda. Aku harus melakukan hal yang ber beda daripada yang dilakukan orang-orang kebanyakan.

Jika orang lain bekerja kantoran, maka aku tidak melakukan hal itu,’’ tuturnya. Setelah itu, ibu dari Alvernia Mary Liu dan Alvian Mark Liu ini rajin mengumpulkan informasi dan ikut seminar-seminar. ”Saya ikuti seminarnya Bill Gates dan dengan susah payah akhirnya bisa foto bersama. Ini momen yang tidak terlupakan buat saya,’’ tandasnya.

Bahkan dalam moment ulang tahun ke 20nya, di tengah keterbatasan dan desakan untuk tetap semangat Merry membuat sebuah resolusi. membuat sebuah resolusi. ”Saya membuat resolusi ketika ulang tahun ke-20. Saya harus punya kebebasan finansial sebelum usia 30. Dengan kata lain, harus jadi orang sukses.

The lowest point in my life mem buat saya ingin mewujudkan mimpi tersebut,’’ kata wanita yang baru saja terpilih sebagai brand dari Zalora itu. Akhirnya setelah lulus kuliah, Merry memutuskan untuk berbisnis sendiri. Financial consultant menjadi pilihannya. Keputusan tersebut sempat ditentang orang tuanya. ”Dulu orangtua saya tidak setuju. Lalu saya telpon mama, minta limit tiga bulan.

Kalau tidak berhasil, saya akan mengikuti apapun keinginan orangtua tapi kalau berhasil jadi pembuktian saya bagi orangtua. Dan itu mampu saya buktikan baik bagi diri sendiri maupun orangtua,’’ papar peraih penghargaan Nanyang Outstan ding Young Alumni Award. Keberanian Merry mengejar mimpi mengharuskannya berada di luar zona nyaman.

Keputusan itu diambilnya berdasarkan keinginan untuk terus berkembang. Sebab, berada di zona nyaman membuat segala hal mudah ditebak. Memulai usahanya di Singapura, kala itu Merry harus terjun sendiri ke lapangan demi membagi-bagikan brosur. Pengalaman ditolak dan dicemooh orang tidak membuatnya berhenti untuk terus bekerja dengan keras.

”Saya punya prinsip, kerja bukan untuk gengsi dan gaya. Saya kerja untuk berjuang demi mimpi saya. Selama halal dan baik, saya kerjakan sepenuh hati saya. Saat gagal, kekuatan mental diuji dan saat sukses kerendahan hati kita yang diuji,’’ urai motivator nomor satu di Asia itu. Kehidupan yang berat di Singapura benarbenar menempa mental Merry.

Tidak jarang harus menahan lapar karena kondisi keuangannya yang masih kembang kempis. Namun semuanya benar-benar tak menjadi penghapus semangatnya. ”Semua bisnis itu tidak semudah yang dibayangkan. Awal berbisnis mulai dari jualan, administrasi sampai fotokopi semua saya lakukan sendiri,’’ katanya.

Berkat kegigihannya tersebut di tahun pertama dia berhasil memperoleh penghasilan SGD 220 ribu. ”Saya mulai bisa merekrut anak-anak muda. Syaratnya di bawah 30 tahun dan sarjana,’’ imbuhnya. Untuk menaikkan jumlah sales, Merry dan timnya, yang diberi nama Morning Star, melakukan roadshow. ”Walau pada saat itu ada persaingan, roadshow diblock, saya roadshow di pasar malam,’’ ujarnya.

Akhirnya empat tahun sejak kelulusannya, Merry telah mendapatkan penghasilan lebih dari SGD 1 juta atau sekitar Rp 9,2 miliar melalui bisnisnya. Pencapaian fenomenal ini dimuat di dalam sebuah artikel berjudul. ’Dia mencapai satu juta dolar pertamanya hanya di usia 26’, di koran nasional Singapura, ‘The Straits Times’, 26 Januari 2007.

Di usianya yang masih muda, Merry telah mencapai banyak kesuksesan, bahkan lebih daripada yang pernah dicoba untuk dilakukan oleh orang-orang yang usianya dua kali lipat darinya. Dia telah memenangkan berbagai penghargaan dan memecahkan rekor industri dari waktu ke waktu. Formula sukses Merry adalah : Vision-Action-passion. Sukses di negara orang, akhirnya Merry memutuskan untuk kembali ke tanah air. Hal ini karena dia ingin menularkan semangatnya kepada orang lain, terutama di Indonesia.

‘’Saya ingin menularkan ilmu ini kepada satu juta orang sebelum usia 40 tahun,’’ tandasnya. Dalam beberapa tahun terakhir, Merry telah mengembangkan Organisasinya, MRO (Merry Riana Organization), sehingga sekarang beranggotakan lebih dari 50 orang. Semua anggotanya adalah profesional muda yang luar biasa, yang percaya akan visinya dan telah bekerja bersama dengannya untuk mencapai impian mereka bersama.

Saat ini, Merry memiliki dan mengelola beberapa bisnis diindustri yang berbeda, yaitu di bidang Jasa Keuangan, bidang Seminar & Pelatihan, dan bidang Non-Profit. Melalui Organisasinya, MRO, dia akan memperluas jangkauannya bahkan sampai lebih dari bisnis- bisnisnya saat ini, dengan menggunakan semangat, hasrat,dan keahlian bisnis yang sama, yang telah membuat usaha-usaha.

Merry menerbitkan buku pertamanya ‘AGift From A Friend’, yang, dalam bulan pertama peluncurannya,telah berhasil masuk ke dalam daftar ‘Best-Seller’ di toko-toko bukuternama di Singapura & Indonesia. Saat ini, ‘A Gift From A Friend’ sudah diterjemahkan dan tersedia dalam tujuh bahasa untuk menjangkau lebih banyak pembaca di pasar regional.

Selain bahasa Indonesia, juga tersedia dalam bahasaInggris, Mandarin, Melayu, Vietnam, Tagalog dan Myanmar. Selama lima tahun terakhir, Merry telah memotivasi dan melatih lebihdari 50 ribu profesional, manajer, eksekutif, pengusaha, ‘salespeople’, guru, dan mahasiswa untuk memanfaatkan kekuatan pribadi mereka dan mencapai keunggulan di berbagai bidang, seperti ‘Entrepreneurship’, NLP (Neuro- Linguistic Programming), Perencanaan Keuangan, Strategi Pemasaran dan Penjua lan, Motivasi, Keterampilan Presentasi & Komunikasi, dan banyak lagi. (indopos.co.id)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hancur Kita Lae, Rp 2 Miliar Lebih Hangus Begitu Saja


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler