Usul Agar Subsidi Solar Dicabut, ALFI Beberkan Alasannya

Kamis, 21 April 2022 – 22:51 WIB
Antrean truk pengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di SPBU Jalan Untung Suropati, Samarinda, Kalimantan Timur. Foto : Dok. Aditya Abdul Aziz.

jpnn.com, JAKARTA - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) usul kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), agar mencabut subisidi solar untuk armada (truk) angkutan barang/kontainer logistik.

Alasannya, adanya subsidi pada solar justru membuat antrean panjang, sehingga berdampak terhadap terlambatnya waktu pengiriman barang.

BACA JUGA: Jadi Simpanan Om-om di Malaysia, Lucinta Luna Ditawar Rp 700 Juta, Syaratnya Harus Pakai Ini

"Kami melihat permasalahan ini selalu berulang dari tahun ke tahun. Bagaimana truk-truk pengangkut barang ini harus mengantre berjam-jam, bahkan seharian lebih hanya untuk mendapatkan solar bersubsidi. Dari tahun ke tahun selalu seperti itu. Artinya ada (kebijakan) yang salah," ujar Ketua Umum DPP ALFI, Yukki Nugrahawan Hanafi.

Dengan harus antre demikian lama, perusahaan logistik harus menanggung komplain dari pelanggan karena kiriman barang menjadi lebih lama sampai di tujuan.

BACA JUGA: Pupuk Indonesia Pangan Gelar Vaksinasi Booster di Karawang

Tak hanya itu, biaya logistik juga membengkak karena waktu pengiriman yang menjadi demikian lama, sehingga perusahaan logistik harus membayar demurage sebesar Rp 650 ribu per hari.

"Padahal solar (bersubsidi) itu hak kami, tapi sangat susah didapatkan. Berdasar informasi dari anggota kami di lapangan, ada indikasi solar bersubsidi ini justru diborong oknum tertentu untuk  dijual ke industri perkebunan dan pertambangan yang harusnya mengkonsumsi Dexlite," tutur Yukki.

BACA JUGA: Program Pelatihan LPEI Dorong UMKM Go Global

Yukki menjelaskan, praktik penyelewengan di lapangan ini dapat terjadi lantaran adanya perbedaan mencolok antara harga solar non subsidi (Dexlite) yakni Rp 12.150-Rp 13.200 per liter dengan harga solar bersubsidi yang hanya Rp 5.150 per liter.

Dengan disparitas harga yang demikian tinggi, maka sangat berpotensi memunculkan spekulan atau tengkulak.

Dan pada akhirnya, membuat kebijakan pemberian subsidi oleh pemerintah yang niatnya bagus, menjadi tidak tepat sasaran.

"Dari pemikiran itulah kami berkesimpulan, sebaiknya tidak usah ada lagi solar bersubsidi. Cukup ada satu jenis solar (dexlite) saja di SPBU. Dengan begitu bagi kami para pengusaha, justru ada kepastian," tutur Yukki.

Usulan penghapusan BBM solar bersubsidi tersebut, diakui Yukki merupakan pilihan sulit bagi ALFI dan seluruh anggota.

Sebab, mereka terpaksa harus menaikkan tarif pengiriman. Hal ini lantaran BBM merupakan komponen terbesar dalam struktur biaya angkutan barang.

"Tapi bagi kami itu lebih realistis. Ketimbang secara kebijakan seolah-olah ada subsidi tapi manfaatnya tidak sampai juga ke kami. Maka sebaiknya sekalian tidak perlu ada (solar bersubsisi) saja. Yang jelas usul sudah kami sampaikan, tinggal pemerintah yang memutuskan," tegas Yukki.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bercumbu Pakai Kondom Saat Istri Sedang Haid, Bolehkah? Para Suami Wajib Tahu Hukumnya


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler