Usung Perdamaian, Digalang 'Seruan Pontianak'

Senin, 28 September 2009 – 17:12 WIB
PONTIANAK- Hari ini, tiga media cetak terkemuka di Kalimantan Barat, menerbitkan iklan satu halaman penuh, yang berisi seruan perdamaian antaretnis di daerah tersebut.

Sebanyak, lebih dari 70 aktivis, sarjana, wartawan serta tokoh agama Pontianak turut ambil bagian dengan membubuhkan dukungannya dalam iklan yang esensinya menyerukan perdamaian.

Mereka menyerukan kepada warga Kalimantan Barat agar berhati-hati melihat pertengkaran antar perseoranganWarga sebaiknya tak membawa pertengkaran menjadi persoalan etnik, adat atau agama

BACA JUGA: KPU Bima Melancong ke Makassar

Mereka memberi nama petisi ini sebagai "Seruan Pontianak".

Kristianus Atok, seorang penyeru juga penulis buku Membangun Relasi Antar Etnik: Pelajaran dari beberapa kampung di Kalimantan Barat, mengatakan seruan ini adalah upaya pendidikan politik untuk warga Kalimantan Barat
Kalau ada pertengkaran bawalah ke jalur hukum

BACA JUGA: Trans Sulawesi Terancam tak Tuntas

Jangan dijadikan masalah suku atau agama
"Sesuatu dengan niat baik akan selalu dapat dukungan," kata Kris Atok.

Andreas Harsono, salah satu penyeru dan jurnalis, mengatakan, sangat menyadari aksi ini akan menuai pro dan kontra

BACA JUGA: Lagi, 4 Imigran Afghanistan Ditangkap

"Banyak yang menentang, tapi tidak sedikit pula yang mendukungIni wajar dalam pergerakan," katanya.

Dia mengatakan, iklan ini tidak bertujuan mendiskreditkan etnis tertentu, dan menjadikan etnis lainnya korbanNamun, bagaimana upaya bersama agar pemerintah dan semua elemen masyarakat mengedepankan hukum positif di masyarakat.

Dalam iklan tersebut, mereka menerangkan bahwa "akar kekerasan" di Kalimantan Barat adalah pembantaian kurang lebih 3,000 orang Tionghoa pada 1967Pada 1997, sekitar 600 warga Indonesia etnik Madura dibunuh di Sanggau LedoPada 1999, setidaknya 3,000 khususnya orang Madura dibantai dan 120,000 melarikan diri dari Sambas.

"Kami punya kesan negara Indonesia membiarkan akar kekerasan merasuk semakin dalam," bunyi seruan tersebut.

Dinilai pula, kelemahan penegakan hukum, policy pemerintahan yang kurang bermutu serta ketiadaan upaya mencari kebenaran dan keadilan, membuat kekerasan berakar makin dalam di kawasan ini.

Akibatnya, banyak warga Kalimantan Barat menekankan simbol-simbol etnik, adat dan budaya secara tidak proporsional: Dayak, Jawa, Madura, Melayu, Tionghoa dan sebagainyaBila ada persoalan kriminal biasa, orang menggesernya jadi persoalan kelompok etnik atau agama.

Para peserta seruan meliputi sarjana, termasuk DrChairil Effendy, rektor Universitas Tanjungpura, Haitami Salim, ketua STAIN Pontianak.

DrGerry van Klinken, seorang peneliti dari Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies di Leiden, Belanda, juga ikut mendukung seruanTermasuk, politikus Frans Tshai dari Partai Demokrat juga ikut dalam seruan tersebut.

Gusti Suryansyah, seorang cendekiawan yang juga Pemangku Kraton Ismahayana Ngabang, DrAswandi, tokoh pendidikan, dan WSuwito, seorang advokat di Pontianak, juga turut di dalamnya.

Ustadz KHusnan KH Nuralam, Abdullah HS, Pabali Musa, Nuralam maupun pastor Johanes Robini Marianto OP juga ikut bergabung.

Dari wartawan, termasuk Nur Iskandar, pemimpin redaksi harian Borneo Tribune maupun beberapa wartawan dari Pontianak Post maupun Tribune Pontianak.

Namun barisan ini paling banyak melibatkan aktivis PontianakAda aktivis Dayak Kris Atok dan guru Paulus FlorusMaupun Hermayani Putera, Pahrian Siregar, Faisal Riza, Yohanes Supriyadi, Deman Huri Gustira, Ahmad Shiddiq, Pay Jarot Sujarwo, Rizal Adriyanshah dan sebagainya.

Tampak pula para aktivis perempuan, Padmi Tjandramidi, Laili Khairnur, Indah Lie, Sapariah Saturi Harsono, Siti Lutfiyah, Ansela Sarating, Dwi Syafriyanti, Rizawati, dan lainnya.

"Seruan ini melibatkan individu namun mereka datang dari ragam-ragam backgroundAda orang Dayak, ada Melayu, juga banyak Madura, Tionghoa, Batak, Flores dan sebagainyaSemuanya warga yang punya commitment terhadap masa depan Kalimantan Barat, yang damai serta berlandaskan hukum," kata Nur Iskandar.(lev/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lowongan 605 CPNS di Merauke


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler