Usut Kasus Novel, Polda Samakan dengan Bom Kedutaan Filipina

Rabu, 03 Mei 2017 – 15:30 WIB
Novel Baswedan saat menjalani perawatan mata di RS Singapura. Foto: KPK for Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Polda Metro Jaya menganggap pengungkapan kasus penyiraman Novel Baswedan memiliki tingkat kerumitan tinggi.

Sebab, barang bukti dan saksi mata untuk mengidentifikasi pelaku yang berjumlah dua orang tersebut sangat minim.

BACA JUGA: Lhooo... Peserta Aksi 55 Hanya 10 Ribu

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, pihaknya terus mencari bukti dan saksi baru guna mendapatkan informasi terkait pelaku. Informasi sekecil apa pun, terang Argo, pasti dimanfaatkan.

"Ya, tentunya untuk menangani kasus memang ada kasus yang cepat dan tak terlalu cepat. Tergantung situasi di lapangan. Seperti kasus bom di Kedutaan Filipina, berapa tahun kami belum mengungkap pelaku. Namun, setelah kejadian Bom Bali terungkap. Baru tiga tahun kemudian kami ungkap pelakunya. Ya, memang situasi di lapangan menentukan," kata Argo di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu (3/5).

BACA JUGA: Polda Metro Kerahkan 15 Ribu Personel Kawal Aksi 55

Di sisi lain, kata Argo, ada pula kasus yang bisa diungkap cepat. Salah satunya kasus penyekapan disertai pembunuhan di Pulomas.

Menurutnya, polisi mudah mengungkap kasus ini karena CCTV merekam wajah dan karakter pelaku.

BACA JUGA: Semoga Ada Progres Signifikan pada Novel dalam Dua Pekan

"Kami mendapatkan CCTV kemudian database tentang pelaku. Sehingga kami bisa cepat mendapatkan pelakunya siapa. Namun, tentunya kami masih bergerak untuk mencari bukti-bukti yang lain, saksi yang lain yang nanti mengarahkan kami siapa pelakunya," kata dia.

Menurut Argo, setiap hari penyelidik masih mengulang dan mengingat hal yang tertinggal terkait informasi di lapangan.

Dia memerinci, penyelidik mengembangkan kasus ini dengan pola pengembangan deduktif dan induktif.

"Induktif ini, kan, kami mulai dari TKP itu kemudian kami cek ke TKP berupa barang bukti, keterangan saksi di situ," kata dia.

Sedangkan deduktif, lanjut Argo, melihat siapa saja musuh penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu dan menyelidiknya.

"Apakah ini motif personal, ataukah motif tentang pekerjaan. Ini masih kami dalami. Jadi perlu kami buktikan," jelas Argo.

Namun demikian, Argo mengaku, dari penyelidikan menggunakan dua pola tersebut belum ada titik terang terkait siapa dua pelaku penyiraman Novel tersebut. "Kami masih dalami lagi. Semua informasi kami tampung," tandas dia. (Mg4/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hattrick! Melanie Subono Kembali Polisikan Bos Animal Defenders


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler