jpnn.com, KUALA LUMPUR - Pusat Pengelolaan Mahasiswa Luar Negeri (PPMLN) Universitas Terbuka (UT) kembali menyelenggarakan wisuda bagi lulusannya yang berada di Kuala Lumpur.
Kepala Pusat Pengelolaan Mahasiswa Luar Negeri (PPMLN- UT) Pardamean Daulay mengungkapkan lulusan UT kali ini berjumlah 85 orang yang berasal dari Pokjar Kuala Lumpur 60 orang, Pokjar UT Johor 13 orang, serta Pokjar UT Penang 12 orang.
BACA JUGA: Memperingati Hari Lahir, UT Gelar Turnamen Tenis Meja
"Semuanya adalah pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja sambil kuliah di UT," kata Pardamean Daulay dalam laporannya saat wisuda lulusan UT di Kuala Lumpur, Minggu (28/8).
Dia menyebutkan dari 85 wisudawan tersebut, 42 orang mengikuti wisuda secara luring (luar jaringan) di KBRI Kuala Lumpur, Malaysia.
BACA JUGA: Brigadir J Kuliah 7 Tahun, tetapi Meraih Predikat Sangat Memuaskan, Ini Penjelasan Rektor UT
Lima orang mengikuti wisuda secara daring (dalam jaringan) dari Johor, dan beberapa 38 orang dari Indonesia karena kontrak kerja mereka telah berakhir dan sudah kembali ke tanah air.
Adapun lulusan terbaik dari masing-masing Pokjar adalah Aulia Diah Meireni, program studi (prodi) Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan IPK 3,82, Monica Renjani, prodi Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan IPK 3,41.
BACA JUGA: 4 Kada Berkolaborasi dengan UT Menyiapkan Beasiswa untuk Putra Daerah
Selanjutnya, Fiarti Meta Rosela, Prodi Akuntansi, IPK 3,39.
Wakil Rektor Bidang Pengembangan Institusi dan Kerja sama Universitas Terbuka Rahmat Budiman menyampaikan berbagai inovasi dan terobosan terus dilakukan agar kualitas dan kewibawaan akademik UT tetap berdiri tegak.
Salah satu layanan bantuan belajar yang disediakan UT dan diminati mahasiswa saat pandemi adalah tutorial webinar (Tuweb).
Tuweb ini melengkapi layanan tutorial online secara asynchronous yang sudah lama diikuti mahasiswa UT.
Selain itu, dalam hal pengukuran hasil belajar, UT juga mendesain ujian dengan take home exam (THE), yang bisa dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dan di luar negeri.
Terobosan terkini, terangnya, UT telah mengembangkan Sistem Ujian Online (SUO) yang dilengkapi dengan online proctoring.
Sistem ujian ini makin mempermudah mahasiswa UT yang berada di berbagai negara dalam mengikuti ujian.
“Dulu, mahasiswa UT di luar negeri harus datang ke kantor KBRI, KJRI dan tempat-tempat yang ditentukan, tetapi saat ini, mahasiswa bisa mengikuti ujian dari rumah atau tempat kerja masing-masing," terang Rahmat.
Lanjut dikatakan PMI merupakan perwakilan bangsa Indonesia di berbagai negara yang selama ini telah memberikan sumbangan signifikan pada perekonomian nasional, dengan nilai remitan 7 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Namun, sayangnya, masih sering mendengar berbagai kasus yang menimpa para PMI di berbagai negara.
BP2MI mencatat sampai Agustus 2021 terdapat 150 pengaduan yang masuk terkait pekerja migran.
Jumlah ini meningkat 117,4 persen dari bulan sebelumnya sebanyak 69 pengaduan.
Berdasarkan jenis masalah yang menimpa PMI umumnya terkait dengan gaji yang tidak dibayar, masalah penipuan peluang kerja, dan perdagangan orang.
Bila melihat berbagai kasus tersebut semuanya bermuara pada rendahnya pendidikan para PMI.
Pemerintah, kata Rahmat, telah berupaya dalam merealisasikan hak-hak yang tercantum dalam UU Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengesahan Konvensi Internasional mengenai Perlindungan Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya.
Salah satu hak pekerja migran adalah berekspresi (mengembangkan diri) dan akses terhadap pendidikan.
Kenaikan taraf pendidikan, termasuk pendidikan tinggi menjadi salah satu pemberdayaan bagi PMI karena mereka bisa lebih memiliki kapasitas pengetahuan dan keterampilan yang berkembang dinamis sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
"Pada titik itulah pendidikan bagi calon PMI dan para PMI yang kini tengah berada di berbagai negara penempatan menjadi perhatian penting agar mereka memiliki daya saing dalam kompetisi global," terangnya
Sebagai upaya dan komitmen UT dalam memberi akses bagi PMI untuk melanjutkan pendidikan tinggi, lanjutnya, pada 28 Juni 2022 yang lalu, UT telah menandatangani Kesepahaman Bersama dengan Kementerian Ketenagakerjaan.
Melalui kerja sama ini, UT bisa berpartisipasi nyata dalam meningkatkan pengetahuan, wawasan dan keterampilan para PMI.
"Diharapkan saat kembali ke Indonesia, para PMI lulusan UT memiliki kompetensi unggul yang dapat berkontribusi dalam menyiapkan generasi bangsa 2045," ucap Rahmat.
Dia memaparkan dengan daya jangkau yang luas, didukung 39 Kantor UPBJJ-UT dan 1 satu Pusat Pengelolaan Mahasiswa Luar Negeri, UT sangat optimistis mampu memperlebar sayap di luar negeri agar para PMI bisa bekerja sambil kuliah.
Harapannya, jumlah mahasiswa UT di luar negeri makin tersebar melebihi kondisi pada 2021 (berada di 45 negara dan 91 kota di mancanegara).
Saat ini jumlah mahasiswa UT sebanyak 346.584 orang, di antaranya 2.328 orang berada di luar negeri, dan sebanyak 876 orang mahasiswa berada di Malaysia.
Perinciannya di Kinabalu 45 orang, Tawau 41 orang, Johor 215 orang, Penang 273 orang, Kuala Lumpur 300 orang, Kuching 30 orang, Sabah 1 orang, dan Malaka 1 orang. (esy/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Mesyia Muhammad