BACA JUGA: Pasokan Batubara Listrik Aman
Bahkan, kini kerajaan bisnis yang dimiliki Menko Kesra Aburizal Bakrie itu tak mampu lagi membayar utangnya yang jatuh tempo alias default.Dua pinjaman yang default tersebut adalah utang induk Grup Bakrie, yakni PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) kepada PT Recapital Securities dan PT Aldira
Menurut Direktur Keuangan BNBR Yuanita Rohali, selama Juli–Oktober 2008, perseroan menggadaikan 45,947 juta saham BUMI dan 116,667 juta saham UNSP senilai Rp 189 miliar kepada Recapital
BACA JUGA: BI Suspens Bank Century
Pinjaman itu jatuh tempo pada Oktober 2008-September 2009BACA JUGA: Kartu AS Luncurkan Aktif Terus
Pinjaman tersebut jatuh tempo pada November 2008.Kepada Recapital, Bakrie telah membayar Rp 45 miliar, sedangkan Rp 134,9 miliar berstatus default atau gagal bayarSementara itu, seluruh utang kepada Aldira senilai Rp 10 miliar berstatus default’’Gagal bayar karena penurunan harga saham UNSP dan BUMI begitu tajam, sehingga menyentuh batas bawah perjanjian,’’ kata Yuanita dalam paparan publik di Wisma Bakrie 2, Kuningan, Jakarta, Senin (17/11).
Selama periode April hingga Oktober 2008, BNBR telah menggadaikan sejumlah saham anak usaha kepada 10 kreditor senilai USD 1,386 miliar (sekitar Rp 15 triliun) dan Rp 560,81 miliarUtang kepada beberapa lembaga finansial itu hingga kini masih berjalan.
Paparan publik kemarin berlangsung panasHampir semua investor yang hadir mendesak agar Grup Bakrie memberikan penjelasan yang gamblang seputar aksi korporasinyaSeorang peserta dengan nada tinggi berdebat dengan Dirut BNBR Nalinkant ARathod soal ketidakseimbangan dalam pencatatan neraca Bakrie terkait dengan aksi rights issue (penerbitan saham baru)
Namun, Nalinkant menegaskan bahwa pencatatan telah dilakukan dengan metode akuntansi berstandar internasional’’Kami nggak mungkin mencatatkan akuntansi yang ilegalKami bukan perusahaan seperti itu, semua sangat terbuka,’’ tegasnya.
Para investor umumnya mendesak agar Bakrie memberikan informasi sejelas-jelasnya, terutama terkait dengan transaksi repoSayangnya, Bakrie tidak mau menjelaskan repo di luar kewajiban grupSebab, selain repo USD 1,3 miliar, dikabarkan masih ada repo saham BUMI lain USD 600 juta yang dilakukan anak usaha Bakrie.
Namun, Nalinkant menegaskan, yang menjadi kewajiban BNBR hanyalah repo kepada 10 institusi’’Sisanya bukan kewajiban kamiKami tidak bisa bertanggung jawab pada hal-hal yang bukan kami lakukan,’’ tegasnyaDalam paparan publik yang berlangsung pukul 14.30–16.00 tersebut, peserta tetap tak puasBegitu acara berakhir, manajemen BNBR langsung keluar melalui pintu yang tidak bisa diakses publik.
Penjualan BUMI Bisa Batal
Dalam kesempatan itu, Direktur BNBR RA Sri Dharmayanti mengatakan, penjualan 35 persen saham BUMI kepada konsorsium Northstar Pacific yang perjanjiannya diteken 31 Oktober bisa batalBNBR berencana menjual 35 persen saham BUMI atau setara 6,791 miliar lembar untuk menutup seluruh utangnya yang totalnya sekitar Rp 15 triliun.
Harga saham BUMI dalam transaksi itu dipatok USD 0,1914 per lembarDengan kurs Rp 10 ribu per USD, nilai per lembar saham BUMI seharga Rp 1.914Harga itu jauh di atas harga saham BUMI yang kemarin ambles menuju level Rp 1.050 per lembar’’Bisa batal jika terjadi ketidakcocokan harga (price discrepancy)Karena itu, kita minta doanya semoga transaksi ini berhasil,’’ ujar Sri di kantornya, Senin (17/11)
Anjloknya harga saham BUMI memang bisa menimbulkan ketidakpuasan pihak Northstar yang kini melakukan due diligence (uji tuntas) sejak meneken perjanjian 31 Oktober lalu.BNBR berharap proses due diligence Northstar berjalan lancar hingga berakhir 28 NovemberDalam klausul perjanjian, Northstar meminta BNBR mengamankan saham-sahamnya di BUMI sebesar 35 persen yang sedang digadaikanNorthstar meminta status 35 persen saham BUMI free and clear.
Meski demikian, Nalinkant memastikan belum ada renegosiasi dengan NorthstarTapi, dia mengakui bahwa memang akan adjustment harga terkait hasil due diligenceYuanita menjamin, BNBR akan mengamankan 35 persen saham BUMI’’Memang ada yang dicatatkan atas nama bank kustodian dan nama investor yang bertindak sebagai counter party transaksi repo,’’ ujar kakak artis Alya Rohali itu
Nalin, sapaan karib Nalinkant, menambahkan, pihaknya akan membeli BUMI lewat pasar jika memang ada eksekusi saham dari kreditor yang utangnya tak bisa dibayar BNBRDi tengah aksi penjualan itu, manajemen BUMI Kamis lalu mengumumkan akan membeli kembali (buyback) hingga 3,3 miliar saham dengan dana Rp 8,25 triliunSaham akan dibeli kembali dengan harga Rp 2.500 per lembar.
Hingga kini BUMI berencana menerbitkan medium term notes (MTN/surat utang jangka menengah) hingga Rp 6 triliun dengan tenor 1-2 tahunPT Asia Kapitalindo Securities dan Samuel Sekuritas akan menjadi penjamin emisiSayang, Nalin tak mau berkomentar tentang aksi BUMI tersebut’’Jangan tanya itu,’’ ujarnya.
Saham BUMI memang fenomenalMerujuk majalah Forbes Asia, berkat saham perusahaan tambang batu bara terbesar di tanah air itu, kekayaan Aburizal Bakrie melonjak dari USD 1,2 miliar pada 2006 menjadi USD 5,4 miliar pada 2007Saham BUMI melejit 600 persen dari Rp 900-an pada awal 2007 menjadi Rp 6.000-an akhir 2007Bahkan, pertengahan 2008 saham BUMI sempat bertengger di Rp 8.500 per lembarHal itu membuat Forbes Asia menempatkan Aburizal sebagai orang terkaya di tanah air.
Namun, akibat terlalu ekspansif, keluarga Bakrie terbelit utang triliunan rupiahMelalui induk usahanya BNBR, Bakrie ingin memperbesar porsi kepemilikan di lima anak perusahaan lewat utangYakni, di BUMI, UNSP, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), dan PT Bakrieland Development Tbk (ELTY)
Selain menjual saham BUMI, lewat ENRG, Bakrie menjajaki penjualan 50 persen sahamnya di Blok KangeanPerseroan menargetkan dana hingga USD 550 juta dari penjualan seluruh aset blok minyak dan gas Kangean PSC, di Madura, Jawa Timur(eri/git/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Produksi 1 Juta BPH Minyak Sulit Tercapai
Redaktur : Antoni