Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp 5.611 Triliun, Ini Faktor Pendorongnya

Senin, 16 Desember 2019 – 21:25 WIB
Bank Indonesia. Foto: Ilana Adi Perdana/Jawa Pos.Com/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Tercatat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Oktober meningkat 11,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi USD 400,6 atau setara Rp 5.611 triliun (asumsi kurs tengah Bank Indonesia sebesar Rp14.008 per dolar AS akhir Oktober 2019).

Bank Indonesia dalam statistik ULN di Jakarta, Senin, menyebutkan terjadi peningkatan pada Oktober 2019 jika membandingkan pada September 2019 yang tumbuh 10,4 persen.

BACA JUGA: Naik 7,9 Persen, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp 5.426 Triliun

"Peningkatan ini terutama dipengaruhi oleh transaksi penarikan netto ULN dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sehingga utang dalam rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS," tulis Bank Sentral.

ULN Indonesia per Oktober 2019 terdiri atas USD 202,0 miliar dari utang pemerintah dan Bank Sentral, dan USD 198,6 miliar dari ULN sektor swasta yang juga termasuk ULN untuk BUMN.

BACA JUGA: Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp 5.463 Triliun

BI mencatat pertumbuhan ULN yang meningkat, juga dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan ULN pemerintah, di tengah perlambatan ULN swasta.

Adapun jumlah ULN pemerintah pada akhir Oktober 2019 tercatat sebesar USD 199,2 miliar atau tumbuh 13,6 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya. Pertumbuhan ULN terutama dipengaruhi oleh peningkatan arus masuk netto asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan penerbitan surat utang global pada Oktober 2019.

BACA JUGA: Defisit APBN Melebar, Mbak Puan Soroti Penambahan Utang Luar Negeri

Pengelolaan ULN pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (19 persen dari total ULN pemerintah), konstruksi (16,5 persen), jasa pendidikan (16,1 persen), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,3 persen), serta jasa keuangan dan asuransi (13,4 persen).

Sedangkan jumlah ULN swasta pada akhir Oktober 2019 tumbuh 10,5 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada September 2019 yang sebesar 10,7 persen (yoy).

Perkembangan itu disebabkan oleh pertumbuhan ULN lembaga keuangan bukan bank (LKBB) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) yang melambat.

"Secara sektoral, ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), sektor industri pengolahan, serta sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa ULN  keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,6 persen," tulis BI.

BI mengklaim struktur ULN Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) pada Oktober 2019 sebesar 35,8 persen, membaik dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya.

Di samping itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 88,4 persen dari total ULN. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler