Vaksin Demam Berdarah Telan Nyawa Tiga Bocah di Filipina

Selasa, 05 Desember 2017 – 07:14 WIB
Vaksin demam berdarah Dengvaxia. Foto: AFP

jpnn.com, MANILA - Jumat (1/12) pemerintah Filipina menghentikan program imunisasi nasional Dengvaxia, vaksin demam berdarah, yang diberikan kepada bocah usia 9 tahun.

Kemarin, Senin (4/12), pemerintah mulai menginvestigasi vaksin keluaran Sanofi Pasteur yang kabarnya tidak aman tersebut. Padahal, vaksin yang bertujuan mengantisipasi demam berdarah itu sudah kadung diberikan kepada 730.000 anak di seantero Filipina.

BACA JUGA: Sebelum Dikoloni Spanyol, Filipina Dipimpin Perantau Minang

Departemen Kesehatan Filipina mengaku terpaksa menghentikan program imunisasi demam berdarah masal pertama di dunia itu karena mendengar laporan miring tentang Dengvaxia.

Kabarnya, ada tiga bocah yang meninggal dunia lantaran demam berdarah, padahal sudah divaksin Dengvaxia. Sejak pertengahan 2016 pun, WHO sudah menyebut keamanan Dengvaxia belum terjamin.

BACA JUGA: Jokowi Singgung Potensi Ketegangan di Semenanjung Korea

Riset WHO menyebutkan bahwa Dengvaxia justru bisa memperparah penyakit demam berdarah pada pasien yang baru pertama terserang penyakit tersebut pascaimunisasi.

”Mulai sekarang, pemberian vaksin ini tidak kami rekomendasikan kepada anak atau individu yang belum pernah terserang demam berdarah,” kata Ng Su-Peing, kepala medis global Sanofi Pasteur Filipina, kemarin.

BACA JUGA: Sulut Jadi Transit Simpatisan ISIS, Nih Buktinya

Dia menyatakan, rekomendasi itu baru muncul setelah Sanofi Pasteur mendapatkan hasil laporan lengkap riset tim internal. Sebelumnya mereka menegaskan bahwa produknya aman.

Mendengar kabar tersebut, Presiden Rodrigo Duterte pun bergerak cepat. ”Kami akan melakukan investigasi secara lengkap dan menyeluruh. Dan, siapa pun yang terlibat dalam program tersebut dan kedapatan menyembunyikan fakta akan menanggung akibatnya,” kata Harry Roque, juru bicara Duterte.

Pemerintah akan bekerja sama dengan Departemen Kehakiman dan Biro Intelijen Nasional dalam penyelidikan.

Mantan Menteri Kesehatan Janette Garin, penanggung jawab program tersebut, menyatakan kesediaannya untuk diinvestigasi. Dia menyepakati program imunisasi nasional itu di bawah komando mantan Presiden Benigno Aquino.

”Saya siap bertanggung jawab,” ungkapnya saat diwawancarai ANC TV. Dia mengatakan, saat itu imunisasi nasional perlu dilakukan karena tingginya angka penderita demam berdarah. (AP/Reuters/BBC/hep/c10/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pakar Bom Asal Malaysia Pimpin ISIS Asia Tenggara


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler