Vaksinasi Rendah jadi Alasan Tingginya Angka Kematian Pasien Covid-19

Rabu, 04 Agustus 2021 – 17:21 WIB
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah. Foto: KOMBEN BNPB/Dume Sinaga

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Bidang Data Dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah menyebut rendahnya pelaksanaan vaksinasi membuat angka kematian pasien positif corona tinggi di Indonesia pada Juli 2021.

Menurut dia, persentase warga yang telah menjalani vaksinasi di Indonesia masih rendah. 

BACA JUGA: Mbak Rerie: Tren Kematian Akibat Covid-19 Mengkhawatirkan, Harus Segera Diatasi

Berbeda dengan negara tetangga yang persentase warganya telah divaksin tinggi.

"Di beberapa negara cakupan vaksinasinya sudah sangat tinggi sekali yang mengakibatkan ketika mereka terinfeksi Covid-19 cenderung memiliki gejala yang ringan bahkan tidak bergejala sama sekali," kata Dewi dalam diskusi daring yang disiarkan BNPB Indonesia di YouTube, Rabu (4/8).

BACA JUGA: Indonesia Menjadi Episentrum Baru COVID-19, Angka Kematian Dokter Meningkat Tajam

Menurut dia, vaksinasi pada dasarnya tidak menjamin seseorang tak tertulari Covid-19. 

Namun, ujar Dewi, vaksin bisa meminimalkan perburukan gejala apabila seseorang terinfeksi Covid-19.

BACA JUGA: Lahan Kuburan di Sejumlah TPU Khusus COVID Terus Meluas Akibat Pertambahan Angka Kematian

"Sekalipun terinfeksi, harapannya tidak menjadi gejala berat apalagi kritis yang perlu ke rumah sakit. Kita akan lebih banyak terlindungi," tutur alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia itu.

Selain rendahnya persentase vaksinasi, angka kematian tinggi ini dipicu oleh pelaksanaan isolasi mandiri para pasien terkonfirmasi yang tak terkontrol.

Menurut dia, isolasi mandiri pada prinsipnya perlu dipantau petugas kesehatan. 

Jadi, masyarakat akan memahami waktu menjalani pemeriksaan ke rumah sakit ketika ada perburukan kondisi semasa isolasi mandiri.

"Media juga berperan dalam mengedukasi masyarakat biar paham kapan harus ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan," kata penerima Beasiswa Presiden Republik Indonesia (BPRI) tersebut.

Menurut Dewi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya menekan angka kematian yang tinggi. 

Misalnya, pemerintah membuat beberapa layanan guna memantau warga yang menjalani isolasi mandiri dan menambah kapasitas tracing serta testing.

"Kemudian, memastikan pasokan oksigen, dari ujung produksi sampai dengan rumah sakit ini juga dilakukan," ungkap dia.

Dewi mengutip data Satgas Penanganan Covid-19 menyatakan bahwa pekan pertama Juli 2021, jumlah kematian setelah tertulari virus SARS-Cov-2 sebanyak 4.400.

Angka itu meningkat pada pekan kedua Juli 2021 yang tercatat 6.300 orang. 

Kemudian, pekan ketiga bulan yang sama naik menjadi 8.300.

"Pekan keempat masih naik jadi 11.076, ya,” tutur Dewi.

Wanita kelahiran Jakarta itu menuturkan rata-rata kematian akibat Covid-19 dalam sehari selama Juli 2021 sebanyak 1.582 orang.

"Nah, ini yang kami lihat ternyata naik terus sampai dengan pekan terakhir Juli," beber dia. (ast/jpnn)


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler